DIOLUHTAN-suluhtani. Panen merupakan salah satu kegiatan budidaya tanaman yang perlu mendapat perhatian khusus. Saat panen merupakan waktu kritis, karena untuk tanaman tertentu, apabila saat panen terlambat maka kualitas maupun kuntitas hasil atau produksinya akan turun bahkan dapat rusak sama sekali.
Padi sebagai tanaman yang dibudidayakan dengan pola tanam serentak, pada saat dipanen membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak agar panen dapat dilakukan tepat waktu. Kebutuhan tenaga kerja yang besar pada saat panen ini menjadi masalah pada daerah-daerah tertentu yang penduduknya sedikit.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja adalah dengan cara meningkatkan kapasitas dan efisiensi kerja dengan menggunakan mesin panen. Keuntungan menggunakan mesin panen antara lain lebih efisien dan biaya panen per hektar dapat lebih rendah dibanding cara tradisional.
Ada beberapa jenis mesin panen padi, yaitu (a). Reaper (windrower), yang hanya memotong dan merebahkan hasil potongan dalam alur, atau collection type reaper yang memotong dan mengumpulkannya; (b). Binder, mesin yang memotong dan mengikat; dan (c). Combine harvester, mesin yang memotong dan merontokkan
Dalam memilih mesin yang tepat untuk pemanenan padi, maka hal-hal berikut harus dipertimbangkan: (1). Unjuk kerja dan upah dari buruh panen dengan cara tradisional; (2). Harga, biaya perawatan, umur, kinerja, dan sebagainya dari setiap mesin; (3). Ukuran petakan lahan; (4). Tinggi malai padi, kemudahan rontok; (5). Tingkat kekeringan dan daya dukung tanah pada saat panen; dan (6). Cara pengumpulan, pengeringan, transportasi, perontokan dan pengeringan gabah setelah pemotongan. Pertimbangan pada nomor 1,2 dan 3 juga dapat dipergunakan untuk penggunaan traktor atau alsintan lainnya. Tetapi pada nomor 4, 5, dan 6 harus dipertimbangkan secara khusus dalam penggunaan mesin panen.
Dari berbagai jenis mesin panen padi, kemampuannya untuk disesuaikan dengan ketinggian malai, kondisi malai, kinerja pada kondisi lahan tertentu adalah berbeda-beda. Misalnya untuk varietas padi yang mudah rontok, pemotongan harus dilakukan dengan sedikit mungkin menimbulkan getaran untuk meminimumkan susut karena rontok ke lahan.
Apapun jenis mesin panen yang dipilih, diharapkan ada penyesuaian dari ketinggian posisi malai, padinya tidak mudah rontok dan lahan sawah harus kering. Jika tidak, maka efisiensi akan rendah dan susut panen akan tinggi.
Pelaksanaan panen padi merupakan kegiatan untuk mengumpulkan butir-butir padi yang sudah matang di sawah. Dalam kegiatan panen ini meliputi beberapa kegiatan yaitu: a) memotong jerami, b) mengangkut, c) merontok (threshing), d) membersihkan (cleaning) dan e) mengumpulkan (bagging) memasukkan gabah kedalam karung. Kegiatan memotong padi bertujuan untuk memotong tangkai malai padi, sehingga didapatkan butir butir padi yang ada di tangkai tersebut.
Untuk kemudahan proses memotong maka dilakukan dengan menggunakan sabit, sehingga tidak tertutup kemungkinan pelepah dan daun padi ikut terpotong juga. Kegiatan mengangkut yang dimaksud adalah memindahkan hasil potongan jerami sampai sedekat mungkin dengan alat perontok (thresher). Kegiatan merontok merupakan kegiatan melepaskan butir-butir padi dari tangkai malai sehingga didapatkan gabah. Tujuan kegiatan membersihkan adalah memisahkan materi lain selain gabah (pelepah, daun, batu dll) dan membuangnya, sehingga didapatkan gabah yang bersih. Kegiatan mengumpulkan atau bagging meliputi kegiatan mengumpulkan hasil gabah yang bersih kemudian dimasukkan ke dalam karung, dan diangkut ke gudang atau ke rumah, untuk selanjutnya diproses pengeringan dan seterusnya. Secara keseluruhan, kelima proses di atas merupakan kegiatan yang dilakukan di lahan sawah, sehingga bisa dibayangkan berapa banyak tenana dan waktu yang dibutuhkan dalam suasana terik matahari. Dalam kondisi demikian sangat mungkin petani mengerjakan kegiatan tersebut dengan cepat-cepat tidak lagi dengan cermat, faktor kehilangan hasil akan tinggi yang menurut Nugroho (2012) mencapai 16%. Itulah sebabnya diintroduksikan mesin combine harvester yang dapat membantu petani dalam proses panen dan mengurangi kehilangan hasil.
Dengan mesin combine harvester semua kegiatan ini dapat dikerjakan sekaligus dalam satu rangkaian pemanenan padi di sawah, sehingga hasilnya siap dijemur atau dijual. Jadi kegiatan panen menjadi sangat efisien baik dari jumlah tenaga maupun waktu. Dalam 1 Ha sawah yang biasa panen oleh 15 -20 orang selama 2 – 3 hari, tetapi dengan mesin combine harvester cukup 6 jam dengan 2 orang saja. Secara biaya, dengan menggunakan mesin combine harvester lebih hemat biaya sampai 50% daripada menggunakan tenaga manusia secara manual.
Kecuali itu, kehilangan hasil gabah saat panen juga berkurang cukup banyak. “Bila panen dengan menggunakan tenaga manusia secara manual adalah kurang lebih 16%, maka dengan menggunakan mesin combine harvester menjadi 4,1 – 5,4%. Manfaat lain yang didapat adalah hasil gabah bersih, tidak tercampur kotoran yang biasa ada bila dipanen secara manual” tutur Yusran A. Yahya, penyuluh pertanian BPP Patimpeng.
Mesin panen “combine harvester” ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan. Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.
Alsintan jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. “Engine” yang digunakan bervarias dari 7 hingga 30 hp. Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70 menit per 10 are, jika lebar pemotongan 1 m.
Yusran A. Yahya NS (Sumber: eLearning web IPB, Nugroho (2012) dan sumber diskusi Alsintan lainnya)