DIOLUHTAN-suluhtani. Program Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri atau Sikomandan yang telah lama diluncurkan Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo pada awal tahun 2020 mulai menunjukkan hasil yang signifikan walau negeri ini dilanda pandemi Covid-19 dan PMK. Tentunya keberhasilan inseminasi buatan, peningkatan populasi ternak sapi dan sebagainya didukung ketersediaan pakan khususnya HMT.
Hijauan makanan ternak (HMT) adaalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman atau tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan bunga. Yang termasuk ialah bangsa rumput, kacang-kacangan (leguminosa) dan tumbuh-tumbuhan lain.
Semakin tingginya harga pakan tambahan seperti (polard, ampas, bekatul, jagung, dan lain-lain) membuat biaya produksi dalam usaha peternakan ruminansia semakin membengkak. Untuk itu para peternak mulai mencari alternatif hijauan yang mempunyai kandungan sumber protein tinggi sehingga dapat menekan biaya pakan. Salah satu hijauan makanan ternak yang memiliki protein dengan sumber protein tinggi yaitu Indigofera Sp.
Indigofera adalah hijauan pakan jenis leguminosa, pohon yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi. Tanaman Indigofera Sp tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. Tanaman Indigofera spicata adalah jenis leguminosa pohon yang selama ini belum dieksplorasi potensinya sebagai hijauan pakan ternak. Tanaman ini memiliki kandungan protein yang tinggi setara dengan alfalfa, kandungan mineral yang tinggi, ideal bagi ternak perah, struktur serat yang baik dan nilai kecernaan yang tinggi bagi ternak ruminansia.
Penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa produktivitas tanaman ini tergolong tinggi yaitu mencapai 30 ton bahan kering per HA per tahun dengan interval pemotongan 60 hari dan intensitas pemotongan 1,5 m di atas permukaan tanah. Dengan kandungan protein yang tinggi (21-24 %) disertai kandungan serat yang relatif rendah dan tingkat kecernaan yang tinggi (TDN 77%), tanaman ini sangat baik sebagai sumber hijauan baik sebagai pakan dasar mau pun sebagai pakan suplemen sumber protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status produksi tinggi (laktasi, ternak muda pasca sapih).
Indigofera bisa diberikan berkisar antara 0,6 – 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tannin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).
Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen panen yang optimal ditinjau dari aspek produktivitas dan kualitas nutrisi adalah panen pertama dilakukan pada umur 8 bulan disertai dengan frekuensi panen setiap 60 hari dengan tinggi pemotongan 1,5 m di atas permukaan tanah. Produksi yang melimpah selama musim hujan dapat dipreservasi (diawetkan) dengan teknologi fermentasi (silase), sehingga dapat dimanfaatkan saat musim kemarau. Tanaman Indigofera Sp tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau.
Masa panen Indigofera sp :
1. Umur potong pertama : 8 bulan
2. Interval pemotongan : 60 – 90 hari
3. Tinggi pemotongan : 1,0 – 1,5 meter dari permukaan tanah
4. Jumlah pemberian : 1–2 kg/ekor per hari untuk sapi dewasa.
Berikut data kandungan nutrisi Indigofera Sp :
No | Nutrisi | Komposisi |
1 2 3 4 5 6 | Bahan Kering Abu Protein Kasar NDF ADF Energi Kasar | 21, 97 % 6,41 % 24,17 % 54,24 % 44,69 % 4,038 KCal/kg |
Sumber: Buletin Peternakan Sulawesi Selatan, 2018
Karakteristik Morfologi dan produksi
No | Morfologi | Komposisi |
1 2 3 4 5 6 7 8 | Bentuk daun Warna Daun Lebar Daun Tinggi Tanaman Panjang Daun Rataan Produksi (daun) Rataan Produksi (batang) Produksi Segar | Lonjong memanjang Hijau 2,45 cm 390 cm 6,95 cm 697,95 g (36,43 %) 1.627 g ( 63, 57 %) 52 ton/ha/tahun |
Sumber: Buletin Peternakan Sulawesi Selatan, 2018
Kecernaan Indigofera SP
No | Nutrisi | Capaian |
1 2 | Bahan Kering Bahan Organik | 59,98% 61,62 |
Sumber: Buletin Peternakan Sulawesi Selatan, 2018
Konsumsi dan Efisiensi Penggunaan Pakan
No. | Nutrisi | Komposisi |
1 2 | Konsumsi Bahan Segar Efisiensi Penggunaan | 1-2 kg/ekor/hari 0,104 - 0,105 |
Sumber: Buletin Peternakan Sulawesi Selatan, 2018
Skema kebijakan swasembada daging khususnya protein hewani melalui program Sikomandan bisa dicapai dengan berbagai cara. Salah satunya dengan penguatan pakan sapi potong. Berbagai riset dikembangkan, termasuk yang aplikatif dan punya prospek sebagai pakan ternak hijauan yaitu tanaman indigofera.
Hijauan leguminosa ini tengah “booming” sebagai alternatif pakan yang sedang digandrungi peternak. Proteinnya tinggi, mudah ditanam, bisa menghemat, ditanam di mana saja cocok. Tanaman Indigofera Sp tahan terhadap kekeringan, sehingga dapat menjadi sumber pakan pada musim kemarau. pakan hijauan yang aplikatif dan sangat prospektif, makanya kita sudah mengembangkannya.
Tanaman Indigofera sangat berguna untuk mendukung program nasional Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan). Tidak hanya untuk sapi, kerbau dan kambing juga akan meningkat kesuburannya jika memakan konsentrat dalam bentuk hijauan tersebut. Daun dari tanaman legum ini digemari ternak seperti sapi perah, sapi potong, dan kambing.
Secara khusus, beliau memaparkan tanaman indigofera ini kepada peserta kemah bakti baha tanaman tersebut memiliki nilai protein kasar tiga kali lebih besar dari jagung. Jagung punya protein kasar 8,9% sedangkan indigofera mengandung protein kasar 27,97%. Ini yang menjadikan jenis legum ini lebih prospektif untuk pakan hijauan.
Selain itu, dengan memanfaatkan indigofera, ternak mendapat asupan protein kasar yang tinggi. Tidak hanya kenyang jerami seperti yang selama ini dilakukan peternak. Peternak selama ini orientasinya masih dikasih jerami yang banyak dan sapi kenyang. Tapi gizinya belum diperhitungkan. Sapi membutuhkan pakan yang kualitasnya baik. Sapi butuh 14-16% protein kasar.
Keunggulan lain tanaman ini adalah kandungan taninnya sangat rendah berkisar antara 0,6 - 1,4 ppm (jauh di bawah taraf yang dapat menimbulkan sifat anti nutrisi). Rendahnya kandungan tanin ini juga berdampak positif terhadap palatabilitasnya (disukai ternak).
Kedepan, diharapkan tanaman Indigofera terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak berupa konsentrat dalam bentuk tanaman hijauan. Ini bahkan bisa menjadi peluang usaha jika dikembangkan dan diharapkan memenuhi kebutuahn pakan hijauan didaerah lain
Re-Suluh : Yusran A.Yahya (Disarikan dari berbagai Sumber Bacaan dan Jurnal)