DIOLUHTAN-suluhtani. Pedet yang baru saja dilahirkan harus segera menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar yang sangat berbeda dengan saat masih di kandungan induknya. Kehidupan in utero yang hangat, makanan yang serba kecukupan, bebas hama (steril) dan tanpa perlu mengeluarkan tenaga harus berganti dengan kehidupan yang penuh tantangan. Tantangan hidup yang harus dihadapi pedet antara lain berupa pergantian cuaca, ketidaksterilan lingkungan, pakan yang kurang tercukupi dan lain-lain.
Pedet yang baru dilahirkan tidak dibekali oleh induknya zat kebal seperti pada hewan yang lain. Karena sifat alami induknya, pedet terlahir dalam keadaan defisiensi vitamin A. sapi betina Induk hanya mampu melahirkan, mungkin membersihkan anaknya, serta memberikan kolustrum dan air susu. Cairan tubuh tersebut sangat penting untuk jaminan kelangsungan hidup pedet. Kolustrum harus diterima oleh si pedet terutama pada 24 jam pertama setelah kelahiran.
Faktor-faktor pengelolaan peternakan dan lingkungan yang sering berpengaruh atas pencernaan pedet meliputi sanitasi yg jelek, kandang becek, ventilasi udara yg kurang baik, dan keadaan kandang yang gelap. Penempatan pedet-pedet secara berdesakan, merupakan pengelolaan peternakan yang memacu gangguan pencernaan. Kurangnya penyediaan air bersih serta pemberian kolustrum maupun air susu juga memudahkan terjadinya ganguaan pencernaan pedet. Kekurangan kolustrum dan air susu mungkin disebabkan oleh kondisi induk yang jelek, baik itu karena terlalu muda dikawinkan, kedengki, atau karena adanya gangguan pada ambingnya. Air susu juga tidak akan cukup terbentuk bila sapi menderita cacingan dan malnutrisi.
Penyuluh, Yusran A. Yahya, mengarahkan Peternak untuk Membantu Anak Sapi untuk Menyusu pada Induknya
Gangguan pencernaan pada pedet sampai umur 1 bulan yang sering terjadi adalah diare kemudian diikuti kelemahan umum karena kedinginan, kelaparan, infeksi pusar, inf eksi cacing dan penyakit defisiensi. Terjadinya penyakit infeksi oleh virus maupun kuman berkaitan erat dengan kekebalan pasif pedet yang diperoleh dari induknya, yang diberikan melalui kolustrum dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
Diare Akut Menyebabkan Pedat Mengalami Prolapsus Ani
Gangguan pencernaan makanan pedet yang paling banyak ditemukan serta paling mendatangkan kerugian adalah penyakit infeksi yang disertai dengan gejala diare (calf scour). Agen-agen penyakit yang paling sering menyebabkan diare meliputi :
Kuman : E.coli, Salmonella sp, dan Clostridium perfringens tipe A, B, dan C.
Virus : Rota-virus, Corona-virus dan Bovine viral diarrhea.
Protozoa : Eimeria sp.
Diare pada pedet yang lebih tua umumnya banyak disebabkan oleh infeksi cacing. Di Indonesia hal tersebut terutama penting pada pedet-pedet yang berumur kurang dari 3 bulan
Diare merupakan gejala penyakit yang sering dialami dan seringkali berakhir dengan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Diare pedet secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu diare non infeksius (akibat kesalahan dalam pemberian pakan, dsb.) dan diare infeksius (akibat infeksi mikroorganisme). Mikroorganisme penyebab diare pada pedet adalah virus, bakteri dan protozoa. Virus penyebab diare pedet biasanya dai golongan rotavirus, coronavirus dan BVD. Bakteri yang sering menyebabkan diare pada pedet adalah E.coli, Salmonella dan Clostridium, sedangkan dari golongan protozoa adalah Cryptosporidia dan Coccidia.
Penanganan Diare (Calf Scour)
Adanya diare menyebabkan pedet mengalami dehidrasi (kehilangan cairan tubuh) dengan cepat. Derajat dehidrasi pedet dapat diperkirakan dengan melihat gejala yang tampak pada pedet. Selain itu derajat dehidrasi dapat diprediksi dengan melakukan uji elastisitas kulit, caranya dengan melakukan penarikan / pencubitan kulit di daerah leher. Pada pedet yang normal kulit akan kembali seperti ke keadaan semula dalam waktu kurang dari 2 detik.
Oleh karena itu pertolongan pertama yang harus diberikan pada pedet yang mengalami dehidrasi adalah dengan memberikan cairan elektrolit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Cairan elektrolit dapat diberikan secara oral untuk mengatasi diare yang menyebabkan dehidrasi ringan, sedangkan untuk diare berat pelu dilakukan pemberian cairan pengganti secara intravena oleh dokter hewan atau paravet. Cairan pengganti yang diberikan secara oral sebenarnya sudah banyak disediakan di pasaran dengan berbagai merek, tetapi apabila tidak tersedia dapat juga dibuat sendiri.
Cairan pengganti
Bahan atau komponen yang harus terkandung dalam cairan pengganti untuk kasus diare adalah:
Air. Merupakan komponen wajib dalam cairan pengganti. Karena sebagian besar komponen penyusun cairan tubuh adalah air.
Sodium/Natrium (Na+). Merupakan ion ekstraseluler yang sangat dibutuhkan dalam system metabolisme tubuh. Idealnya cairan pengganti mengandung 70-145 mmol/L (< 3,3 g/L). terlalu banyak ataupun kekurangan sodium akan berakibat buruk juga untuk pedet.
Glukosa (Dextrosa). Merupakan sumber energi. Adanya glukosa dalam cairan pengganti juga akan membantu dalam proses penyerapan Sodium (Na). Kandungan Glukosa sebaiknya tidak lebih dari 200 mmol/L (atau < 36 g/L). terlalu banyak glukosa menyebabkan perubahan osmolaritas larutan (mjd hipertonik) yang malah bisa berakibat penarikan cairan tubuh keluar dari jaringan tubuh ke lumen usus.
Glysine. Merupakan asam amino non essential . Kandungan total sebaiknya tidak lebih dari 145 mmol/L (10,9 g/L).
Alkali. Berguna untuk menurunkan derajat keasaman (mengurangi metabolic acidosis). Senyawa yang sering dipakai adalah bicarbonate, citrate, lactate, acetate atau propionate yang berikatan dengan Na (Natrium bicarbonate dst.) Pemberian larutan yang menggunakan bicarbonate dan citrate tidak boleh berdekatan dengan waktu pemberian susu karena dapat menghambat penggumpalan casein dalam abomasum. Kandungan senyawa alkalis sebaiknya 50 – 80 mmol/L.
Potassium/Kalium (K+) dan Chloride (Cl–). Merupakan ion penting yang berperan dalam pengaturan pH darah dan kontraksi otot. Kandungan Kalium sebanyak 20 – 30 mmol/L dan Chloride 50 -100 mmol/L
Cara menentukan berapa banyak elektrolit yang dibutuhkan
Untuk menentukan berapa banyak cairan pengganti yang harus diberikan adalah berdasarkan derajat dehidrasi yang dialami pedet dan berat badan pedet.
Contoh:
Pedet diare dengan berat badan 30 kg mengalami dehidrasi 7%.
Jumlah cairan elektrolit yang perlu ditambahkan untuk mengoreksi 7% dehidrasi adalah:
= 30 x 0,07 = 2,1 liter
Jumlah susu yang dibutuhkan pedet (10% dr Berat badan)
= 30 x 0,1 = 3 liter
Jadi jumlah cairan yang harus diberikan (elektrolit + susu) adalah = 5 liter/hari
Cairan elektrolit pengganti cairan tubuh saat ini sudah banyak dijual dipasaran dengan berbagai merek. Tetapi bila tidak tersedia atau kesulitan untuk mendapatkannya dapat dibuat sendiri dengan bahan yang sangat sederhana. Bahannya antara lain: 1 sendok garam dapur, 2 sendok baking soda (Soda kue), 1 sachet agar-agar serbuk dan 1 sachet kaldu sapi
Bahan tersebut di larutkan dalam air sehingga didapatkan larutan sebanyak 2 liter. Berikan larutan tersebut perlahan-lahan menjadi 2-3 kali pemberian. Pemberian susu minimal lebih dari 2-3 jam sebelum atau sesudah pemberian larutan pengganti karena adanya kandungan bicarbonate.
Pemberian Antibiotik dan Vaksinasi
Antibiotik berspektrum luas dapat diberikan untuk kasus diare yang disebabkan oleh bakteri , misalnya salmonella. Penggunaan antibiotik perlu dipertimbangkan pula mengenai residu antibiotik dalam tubuh pedet.
Vaksinasi dilakukan pada induk yang bunting atau setelah pedet lahir untuk mencegah terjadinya diare. Vaksinasi untuk Rotavirus, Coronavirus, E. coli biasa diberikan pada 6 dan 3 minggu sebelum kelahiran. Vaksin E coli untuk pedet usia beberapa jam setelah lahir juga sudah tersedia di pasaran.
Pencegahan
Pencegahan untuk mengendalikan diare pada pedet yaitu: 1) Hindari tempat melahirkan yang kotor, basah dan lembab; 2) Celuplah tali pusar pedet menggunakan larutan iodine tincture; 3) Pastikan pedet yang baru lahir mendapatkan kolostrum yang berkualitas baik dengan jumlah yang cukup. Antibody yang terkandung dalam kolostrum merupakan pertahanan utama pedet yang baru lahir hingga system imunitas pedet tersebuit berkembang; 4) Pisahkan pedet dari induk atau saapi dewasa lainnya; 5) Isolasi pedet yang mengalami diare secepat mungkin. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan kandang; dan 6) Lakukan vaksinasi untuk dara atau induk saat bunting.
Re-suluh: Yusran A. Yahya NS
Sumber: (1) Leafleat “Gangguan Pencernaan Pada Pedet” Y.A.Yahya, 2018; (2) www.vet02ugm.wordpress.com