DIOLUHTAN-suluhtani. Produktivits ternak pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu genetik dan lingkungan. Genetik yang unggul saja belum cukup untuk bisa menapilan produktiviats ternak optimal jika faktor lingkungan yang nyaman. Demikian pula sebaliknya lingkungan peternakan atau kandang yang nyaman tidak akan banyak berarti jika ternak yang dipelihara tidak mempunyai mutu genetik yang tinggi.
Faktor lingkungan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu lingkungan biotik (makanan, air, perkembangan mikroba dan hubungan sosial ternak). Lingkungan abiotik merupakan kondisi fisikotermal lokasi peternakan yang menyangkut keadaan unsur-unsur iklim (iklim mikro).
Faktor makanan yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak meliputi kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan pada ternak. Dalam kontek kualitas yang perlu mendapat perhatian adalah imbangan energi protein ransum.
Penyimpangan imbangan energi protein dari kebutuhan optimal akan menurunkan tingkat efisiensi produksi. Imbangan lebih tinggi dari kebutuhan optimal menyebabkan tidak tersedia cukup asam-asam amino untuk proses pembentukan jaringan daging (anabolisme) dan kelebihan kandungan energi akan disimpan dalam bentuk lemak. Sebaliknya imbangan lebih renadah dari kebutuhan optimal menyebabkan tidak ada energi yang cukup untuk memetabolisme kandungan protein tinggi pada ransum sehingga kelebihan asam amino akan disekresikan melalui urine.
Air
dikonsumsi ternak bertujuan untuk melunakkan makanan sebelum dicerna dan membantu
ternak dalam hal pengaturan panas tubuh. Mikroba yang ada di luar tubuh ternak
berkaitan dengan kesehatan ternak. Mikroba bersifat patogen menyebabkan ternak sakit,
metabolisme terganggu kemudian berujung pada penurunan produksi bahkan
mortalitas. Keberadaan mikroba di dalam rumen justru dapat membantu pencernaan
ternak ruminansia. Interaksi antara individu ternak dalam satu kelompok atau
kandang (hubungan sosial) mempengaruhi status sosial (hirarki), tingkah laku (behavior)
serta tabiat makan ternak. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap hubungan
sosial ternak antara lain: kepadatan ternak dalam kandang, kontruksi kandang,
ventilasi kandang (pergerakan udara) serta kemampuan lingkungan kandang dapat
meredam radiasi matahari. Faktor fisiko termal yang mempengaruhi adalah unsur-unsur
cuaca seperti suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan
(presipitasi). Unsur-unsur cuaca ini saling berinteraksi yang menghasilkan panas
lingkungan.
Diantara
unsur cuaca yang lain, suhu udara merupakan unsut cuaca yang paling dominan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ternak. Chantalakhana (2001) menyatakan bahwa
suhu udara optimal untuk pertumbuhan ternak berkisar 13 – 18oC. Sedangkan
Oldeman dan Frere (1987) menyatakan bahawa suhu rata-rata di daerah tropis
berkisar 27,5oC. Berdasarkan data suhu di atas maka persoalan peternakan di Indonesia
mayoritas beradapan dengan persoalan cekaman panas.
Pergeseran
suhu lingkungan dari kebutuhan optimal baik peningkatan ataupun penurunan akan berakibat
pada masalah cekaman pada ternak. Cekaman pada ternak dapat terjadi apabila
sistem homeostatis ternak tidak mampu lagi mengatasi perubahan faktor lingkungan.
Dalam hal ini terjadi ketidak seimbangan antara panas yang diproduksi dengan
panas yang dilepaskan ke lingkungan. Indikator yang dapat dilihat pada ternak
yang sedanga mengalami cekaman adalah (1) denyut jantung, (2) Respirasi, (3)
Tekanan darah, (4) Suhu tubuh ternak.
Ternak dalam kondisi cekaman panas akan mempercepat denyut jantung dengan tujuan agar peredaran darah meningkat sehingga panas tubuh cepat sampai ke permukaan tubuh ternak, kemudian di lepaskan ke lingkungan. Keadaan sebaliknya akan terjadi pada ternak yang mengalami cekaman dingin. Dalam keadaan cekaman dingin ternak cendrung mempertahankan panas tubuhnya. Respiasi juga akan kelihatan meningkat pada saat ternak mengalami cekaman panas. Melalui respirasi ternak akan melepaskan panas tubuh dengan cara penguapan air dari saluran pernafasan. Tekanan darah meningkat pada saat cekaman panas dengan tujuan yang sama yaitu mempercepat peredaran darah. Suhu tubuh akan senantiasa dipertahankan tetap normal walaupun kondisi lingkungan berubah. karena ternak tergolong homeoterm. Jika cekaman panas terus berlanjut maka suhu tubuh ternak juga akan mengalami sedikit penngkatan. Demikian juga hal yang sama terjadi bila cekaman dingin terus berlanjut. Bagi peternak, usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan cekaman adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan.
Angin dan Kenyamanan
Ternak
Angin
(pergerakanudara dalam kandang) sangat diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan
ternak dalam kandang. Dataran rendah derah tropis (0 –250m dari permukaan laut)
mempunyai suhu rata - rata harian (27,5 oC) lebih tinggi daripada suhu udara
yang diperlukan oleh ternak pada umumnya (15 – 25 oC). Suhu yang lebih tinggi
ini akan menyebabkan cekaman (”stress”) pada ternak (Oldeman dan Frere,
1978). Suhu udara kandang yang lebih tinggi daripada kebutuhan optimum akan
menambah beban panas pada tubuh ternak. Kelebihan beban panas pada ternak akan
dilepas ke lingkungan kandang dengan cara : (1) Konduksi, (2) Konveksi, (3)
Evaporasi) dan (4) Radiasi. Pelepasan panas dengan cara konveksi dan evaporasi
memerlukan peran angin. Makin tinggi kecepatan angin yang masuk dalam kandang
maka proses pelepasan panas dengan cara konveksi dan evaporasi makin cepat.
Menurut laporan Annex (1990) kecepatan angin optimum yang diperlukan oleh
ternak dipengaruhi pula oleh musim. Pada musim dingin, ayam petelur memerlukan
kecepatan angin optimum 0,3m/dt sedangkan pada musim panas kecepatan angin yang
diperlukan sedikit lebih tinggi yaitu 0,5 m/dt. Nuriyasa (2003) melaporkan
bahwa terjadi perbedaan indek ketidaknyamanan kandang dan penampilan broiler
pada kecepatan angin 0,4 m/dt dibandingkan dengan 0,6 m/dt dan 0,8m/dt . Makin
tinggi kecepatan angin dalam kandang makin rendah nilai indek ketidaknyamanan
kandang (makin nyaman). Hal ini disebabkan karena pertukaran panas antara kandang
dengan lingkungan menjadi lebih baik.
Modifikasi
kandang yang dapat dilakukan agar pertukaran panas antara kandang dengan
lingkungan menjadi lebih baik adalah dengan memasang kipas angin disamping
memperbaiki ventilasi. Putaran baling-baling kipas akan memaksa pergerakan
angin di dalam kandang.
Evaporasi dan Kenyamanan
Kandang
Pengadaan kolam yang melingkari kandang ternak khususnya broiber merupakan salah satu usaha modifikasi lingkungan yang mengarah pada perbaikan tingkat kenyamanan kandang. Radiasi matahari yang mengarah ke kolom akan diabsobbsi dan ditransmisikan ke lapoisan air lebih dalam sihingga intensitas radiasi matahari berkurang. Kandang yang tidak lingkari kolam, akan menerima radiasi matahari pantulan dari permukaan bumi yang tentu menambah beban panas keruangan kandang. Panas radiasi mataharai yang diterima air kolam akan menjadi panas laten penguapan air kolam. Adanya bentuam angin yang berembus ke ruangan kandang denganmembawa uap air akan dapt mengabsorbsi panas ruangan kandang dan akhirnya dilepaskan ke lingkungan diluar kandang. Keadaan ini dapt membantu meningkatkan kenyamanan kandang.
Yusran A. Yahya NS (Sumber: Diktat Kuliah,
Ilmu Lingkungan Ternak, Fapet Undana Bali, 2017)