DIOLUHTAN-suluhtani. Pada penyuluhan kita kali ini, akan membahas seputar peternakan sapi potong, terkhusus pada masalah kesehatan hewan yang terkadang didapati peternak dan penyuluh pertanian dilapangan. Istilah “prolapsus uteri” adalah kondisi dimana rahim (uterus) ternak betina keluar dari tubuh ternak betina saat sapi sedang merejan. Kondisi ini akan selalu berulang, kecuali dengan penanganan yang cermat. Pada khasus Prolapsus uteri, mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total ada pula yang sebagian. Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa jam sesudah itu. Predisposisi terhadap prolapsus uteri adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, atonik dan mengendur, retensi plasenta pada apek uterus bunting dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan.
Berdasarkan pengetahuan penulis yang diperoleh dari beberapa diklat dan webinar tang diikuti, prolapsus uteri ini bisa terjadi diantaranya karena 1). Ternak selalu dikandangkan; 2). Tingginya hormon estrogen; 3). Tekanan intra abdominal saat berbaring; 4). Kelainan genetik, dan 5). Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan.
Manusia (wanita), posisi tubuhnya vertikal, berdiri di atas 2 kaki, jarang terjadi prolapsus uteri pada mereka. Pada ternak sapi (betina), posisi tubuhnya horisontal, mendatar, berdiri di atas 4 kaki, posisi vagina di atas, mudah atau sering terjadi kasus prolapsus uteri.
Mengapa?
Menurut pendapat drh. Deddy Fachruddin bahwa dari sekian banyak artikel yang
pernah dia baca, seminar yang diikuti, tidak ada yang secara spesifik bisa
menjelaskan apa yang menyebabkan prolapsus. Prolapsus bisa terjadi pada hewan
jantan maupun betina, pada sapi, kambing, kuda, domba, kerbau dan sebagainya.
Kalau pada jantan biasanya prolapsus pada rektum/anus. Kalo betina biasanya
terjadi pada uterus/rahim. Tentu saja bisa sebagian bisa keseluruhan.
Lebih
lanjut menurut Deddy, bahwa bagi sebagian besar peternak merasa hal tersebut
adalah kejadian mengerikan. Bagi sebagian Tukang Jagal, ini suatu berkah.
Dokter Hewan ketiban sampur nya. Bagi sebagian yang lain, ini biasa saja...
Jadi,
sangat penting untuk memastikan suplai kalsium-magnesium cukup. Sertakan
mineral mikro sebagai pelengkap utamanya. Sangat penting untuk memastikan stock
energi juga cukup, terutama pada masa akhir kebuntingan hingga 2 minggu setelah
melahirkan.
Tips
Menangani Prolapsus Uteri
Penanganan secara teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi dari bagian belakang. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptik sedikit.
Uterus lalu direposisi. Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml secara intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM), collibact atau terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner (khusus tenaga medik). Penyuntikan antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang mengalami prolaps ke posisi normalnya.
Berikut,
sebuah penanganan darurat yang dilakukan penyuluh pertanian (spesialis
peternakan) untuk kasus prolapsus uteri yang sering dialami/terjadi apabila
peralatan dan obat yang terbatas saat itu.
- Siapkan air
bersih
- Sediakan sekitar
4 buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)
- Siapkan alkohol
- Siapkan jarum jahit/1 set alat jahit (kalau tidak ada, pakai jarum karung-jarum jahit sepatu dan tali rafia, semuanya dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%).
- Cuci alat reproduksi yang keluar dengan air
bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian,
lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk
seluruhnya
- Tekan mulut
vagina dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah.
- Jahit luka
sobeknya dengan jarum dan tali rafia
- Letakkan ternak
pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang
- Usahakan ternak
berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar.
- Injeksi dengan
Analgesik, Antipiretikaserta preparat calcium bila di perlukan (ambruk) dan semprot
luka dengan gusanex
- Beri ternak
makan dan minum secukupnya
- Setelah 3-7
hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering,
sehingga pada dasarnya jahitan boleh dilepas namun untuk menghindari terjadinya
kasus kembali jahitan tali rafia disarankan dilepas setelah 2-4 minggu.
Demikianlah
penyuluhan pertanian kali ini. Semoga dengan artikel ini dapat membantu para
peternak dan penyuluh pertanian spesialis peternakan dalam melakukan dan
menghadapi kejadian/kasus permasalahan kesehatan ternak. Dan semoga bisa
menambah ilmu dan bermanfaat bagi pembaca.
Yusran A. Yahya NS (Disarikan dari Catatan Webinar Keswan, Pertemuan Disnak serta Artikel lainnya)