DIOLUHTAN-suluhtani. Menjalankan usaha budidaya ternak sapi, terkadang menghadapi berbagai masalah termasuk serangan penyakit. Salah satu penyakit yang membutuhkan penanganan serius adalah myasis. Kata myasis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “myia” yang berarti lalat. Adapun defisini myasis adalah peradangan pada jaringan hewan atau manusia yang timbul akibat infestasi larva lalat, atau dikenal dengan korengan. Masyarakat Indonesia lebih mengenal penyakit ini dengan nama belatungan.
Penyakit ini sering menyerang pada bagian paha kambing, sekitar anus sapi atau domba betina yang setelah melahirkan sisa darahnya tidak dibersihkan. Bisa juga terjadi pada anak sapi, kambing atau domba yang baru lahir karena tidak diberikan antiseptik atau anti lalat pada pusarnya. Tapi dalam beberapa kasus juga dapat disebabkan oleh luka karena kandang yang tidak nyaman.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan cara:
Mengendalikan populasi lalat di kandang
Tingginya kasus myasis pada ternak di Indonesia tidak dapat terlepas dari sistem budidaya peternakan rakyat yang kurang memperhatikan kebersihan kandang dan lingkungan. Contoh yang umumnya dijumpai adalah penumpukan kotoran ternak di samping kandang dan tidak dikelola dengan baik. Akibatnya tumpukan kotoran itu menjadi media subur bagi perkembangan lalat. Kondisi ini diperparah dengan model kandang yang sangat mendukung terjadinya luka pada permukaan tubuh ternak akibat kena paku, ataupun fungsi ternak sebagai ternak kerja yang juga sering menderita trauma pada permukaan tubuh.
Untuk mengendalikan keberadaan lalat di kandang hendaknya peternak membersihkan kotoran ternak setiap hari dan mengumpulkannya pada tempat penampungan yang terpisah dan tertutup agar tidak kehujanan. Kotoran yang telah terkumpul bisa didiamkan (dikeringkan) selama maksimal 1 minggu untuk dikemudian dikarungkan.
Jika lalat dewasa sudah banyak berkeliaran di kandang, peternak bisa membasminya dengan insektisida
Pengawasan lalu lintas ternak
Perlu kita ketahui bersama bahwa ternak yang dikirim dari daerah endemis dapat menyebarkan penyakitmyasis ke daerah yang belum pernah terserang. Hal ini terjadi karena larva Chrysomya bezziana pada ternak yang menderita myasis dapat terjatuh dan berkembang menjadi lalat dewasa. Jika di daerah itu terdapat ternak yang terluka, maka lalat akan hinggap pada luka dan menimbulkan kasus baru. Oleh karena itu, dalam hal pengawasan lalu lintas ternak ini, peternak dan dinas peternakan terkait sebaiknya bekerja sama mengendalikan lalu lintas ternak, terutama ternak yang berasal dari daerah endemis.
Pengobatan luka secara dini
Pada prinsipnya, myasis tidak akan muncul jika peternak melakukan penanganan secara dini pada luka yang dialami ternak. Namun apabila luka tidak diobati dalam waktu 1-2 minggu maka selain terjadi myasis, juga akan terjadi infeksi sekunder bakteri sehingga bisa muncul kematian.
Pengobatan Tradisional
Peternak dapat memberi pertolongan pada ternak dengan kasus myasis menggunakan air tembakau. Daun tembakau kering atau tembakau rokok direndam dengan air selama beberapa jam, kemudian air rendaman ini disiram atau disemprotkan pada luka myasis hingga bagian dalam. Tak lama kemudian, biasanya larva akan keluar, ambil larva-larva yang keluar, dan bersihkan luka dengan antiseptik.
Peternak dapat menggunakan minyak kayu putih bersihkan koreng dengan air, siram dengan minyak kayu putih lalu beri tembakau yang sudah dibasahi dan tutup dengan perban. Gantilah setiap hari sampai keluar belatungnya.
Demikianlah penjelasan mengenai kewaspadaan pengendalian penyakit myasis pada ternak, semoga dengan adanya ulasan singkat tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda semua, terima kasih banyak atas kunjungan dan perhatiannya.
Yusran A. Yahya NS (Disarikan Buku Kumpulan Penyakit Ternak, Dinas Peternakan 2014)