DIOLUHTAN-suluhtani. Seorang peternak, juga pada sahabat penyuluh pertanian (non background peternakan) perlu memahami bagaimana behaviour atau tingkah laku dari ternak yang akan ditanganinya. Bila memahami tingkah laku sapi, dapat diduga bagaimana sapi tersebut memberikan respon bila diberi stimulus.
Sapi tidak dapat melihat, mencium bau atau mendengar lingkungannya seperti yang dilakukan manusia. Mata sapi terdapat pada kedua sisi kepalanya. Sapi melihat dan memperkirakan jarak benda disampingnya dengan satu mata (monocular vision) dan pandangan dimuka kepalanya dengan dua mata (binocular vision).
Sapi cukup sensitif dengan gerakan atau suara yang mengejutkan. Seekor pejantan akan sangat agresif pada saat musim kawin, demikian pula sapi yang baru melahirkan akan selalu melindungi anaknya dengan segala kekuatannya, sehingga peternak harus mengetahui apa karakteristik dari sapi. Peternak harus tanggap atau respek pada kemampuan ternak sapi seperti kekuatan dan kecepatan dari sapi, sehingga tidak ada keragu-raguan atau rasa takut dalam melakukan penangananan ternak sapi.
Keragu-raguan
dan rasa takut merupakan rintangan yang akan memberhentikan peternak untuk
bereaksi dengan tenang dan penuh perhatian. Pengetahuan tentang tingkah laku
sapi sangat mendukung dalam pendugaan ternak memberikan respon. Pendugaan reaksi
sapi adalah salah satu kunci penangananan sapi. Ternak akan memberikan respon bila
diberi stimulus. Sehingga amatlah penting untuk mengetahui respon dari sapi dalam
berbagai macam situasi.
Stimulus
yang diberikan harus dapat dikontrol sehingga tidak menciptakan respon yang
tidak terkendali. Arausal adalah kunci lain dari keberhasilan
penangananan ternak sapi. Arausal dapat digambarkan sebagai tingkah aktivitas
dari seekor ternak. Ini dapat diamati dari mulai tidur sampai kondisi yang
paling ekstrim seperti menanduk atau menendang bahkan menyerang dengan membabi
buta.
Secara
umum pemahaman arausal dimaksudkan menjaga ternak setenang mungkin, sehingga
mereka bergerak dengan tenang. Stimulus pada ternak dalam beberapa cara dapat
meningkatkan atau menurunkan tingkat dari arausal.
Tingkah
laku sosial sapi bervariasi menurut umur dan bangsa, dibandingkan dengan domba.
Sapi muda tidak mengikuti induknya saat setelah dilahirkan seperti halnya
domba. Sapi muda berbaring secara tenang diantara makanan pada suatu tempat
dimana induknya sedang merumput.
Penjantan
muda cenderung untuk bermain, tetapi hanya sampai umur tertentu, tergantung
pada bangsa dan kemudian menjadi lebih agresif dan bahkan menguasai areal tertentu
serta menyerang pengganggu-pengganggu di wilayahnya. Seorang peternak mungkin
dapat terluka karena ulah dari perkelahian sapi ketika sapi-sapi jantan
tersebut dalam keadaan yang tidak terkendali. Untuk menghindari keadaan kacau akibat
tingkah laku sapi jantan tersebut, maka harus diusahakan jalan keluar yang tepat.
Sapi
potong betina mungkin juga pada suatu saat seperti setelah melahirkan, akan
menyerang sapi lainnya atau seorang peternak untuk melindungi anaknya. Sapi
potong dapat melukai peternak dan merusak fasilitas yang ada, sebagai akibat benturan-benturan
dan kecepatan bergerak serta agresifitasnya, jangan salah menduga atau
memperkirakan kecepatan, arah dan ketepatan bila seekor sapi menendang.
Sapi
yang berdiri biasanya menendang keluar dengan membentuk sudut 45 derajat kearah
belakang. Tetapi sapi yang sedang bergerak cenderung untuk menendang kearah
belakang secara lurus.
Banyak
hal-hal yang berkaitan dengan sapi potong juga diterapkan pada sapi perah. Pada
sapi perah banyak tingkah laku yang harus dipelajari dari pengalaman. Sapi
perah sering mengalami stres, karena suatu perubahan yang rutin. Hal ini meningkatkan
tingkat arausal dan dapat membuatnya sukar untuk dikendalikan serta mengakibatkan
produksi sapi menurun. Sebagai contoh perubahan rutin pada pergantian pemerah,
isolasi sapi perah dari kelompoknya untuk inseminasi buatan dan lain-lain.
Sapi
adalah hewan sosial dan sapi sangat mudah terpisah dari kelompoknya, jika
diganggu oleh sapi lainnya. Sapi-sapi yang baru melahirkan tidak selalu seagresif
sapi potong betina dalam mempertahankan anaknya. Bagaimana seekor induk sapi
perah dapat berubah menjadi agresif, karena teriakan atau gonggongan seekor
anjing.
Pejantan
sapi perah sering pula menguasai tempat tertentu dan dapat menjadi agresif,
serta berbahaya bagi peternak atau sapi lainnya. Sapi perah suka
menggosokgosokkan badannya pada dinding pagar dan membuatnya menjadi tenang.
Jika ingin menyentuhnya, maka usahakan agar sapi tersebut melihat terlebih
dahulu. Tindakan yang mengejutkan dapat membuatnya menendang.
Keberhasilan
didalam budidaya atau pemeliharan ternak sangat ditentukan oleh bagaimana
manajemen pemeliharaan yang diterapkan. Apabila manajemen budidaya atau pemeliharaan
yang diterapkan bagus, maka kemungkinan berhasilnya suatu usaha juga sangat
besar. Manajemen pemeliharaan ternak menyangkut bebera hal, salah satunya
adalah bagaimana cara/teknik menangani atau handling ternak dengan benar.
Sehingga tidak menyebabkan cidera bagi ternak dan sipelakui handling. Hal ini
sangat penting karena penanganan ternak ruminansia akan jauh berbeda dengan
ternak unggas.
Ternak
ruminansia seperti sapi, dan kerbau memiliki tenaga yang lebih besar/kuat dibandingkan
dengan ternak unggas. Disamping mempunyai tenaga yang besar/kuat, ternak
tersebut mempunyai tanduk untuk menyeruduk yang berbahaya bagi keselamatan
orang yang akan menangani serta bisa menendang.
Yusran A. Yahya NS (Penyuluh Pertanian Dinas PKH Kab. Bone, Sulsel)