DIOLUHTAN-suluhtani. Unit Pelayanan Teknis dibawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan RI, yaitu Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) berhasil mengukuhkan keunggulannya dalam pengujian vaksin hewan dengan menerima sertifikat reakreditasi sebagai laboratorium referensi untuk pengujian vaksin hewan di ASEAN.
Sertifikat ini secara simbolis disampaikan oleh Perwakilan Asean Secretariat, Pham Quang Minh kepada Delegasi Indonesia dalam rangkaian pertemuan Asean Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) ke-29 yang dilaksanakan secara virtual pada hari Kamis 20 Mei 2021. Sertifikat ini juga telah disetujui oleh seluruh negara anggota ASEAN dan disahkan dalam forum AMAF tahun 2020.
Direktur
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Nasrullah menyambut baik
capaian BBPMSOH yang merupakan unit pelaksana teknis di bawah Ditjen PKH. Ia
menilai BBPMSOH telah menjadi salah satu aset nasional dan menjadi laboratorium
acuan dalam hal pengujian mutu dan sertifikasi obat hewan. "Dengan adanya sertifikasi ini, harapannya dapat membuka lebih
banyak peluang untuk dapat memasarkan produk vaksin Indonesia di wilayah ASEAN”,
kata Nasrullah.
BBPMSOH
sendiri memiliki tugas untuk memberikan pelayanan pengujian mutu dan
sertifikasi obat hewan kepada masyarakat peternakan dan veteriner. BBPMSOH oleh
negara lain dikenal sebagai National Veterinary Drug Assay Laboratory atau
NVDAL.
Kepala
BBPMSOH, Maidaswar menyampaikan, dengan ditunjuknya BBPMSOH sebagai
laboratorium rujukan bagi negara anggota ASEAN, maka akan lebih mudah melakukan
harmonisasi standard dan sertifikasi vaksin di ASEAN. "Karena BBPMSOH sudah memenuhi semua persyaratan yang ditentukan,”
kata Maidaswar di sela-sela pertemuan ASWGL ke-29.
Lebih
lanjut, Maidaswar menjelaskan bahwa keberhasilan ini membuktikan kontribusi
besar Indonesia dalam hal penjaminan kesehatan hewan di wilayah ASEAN dengan 9
jenis pengujian vaksin hewan yang telah di reakreditasi ini.
Kesembilannya
adalah, Newcastle Disease Vaccine(live); Newcastle Disease Vaccine
(inactivated); Marek’s Disease Vaccine (live); Infectious Laryngotracheitis
Vaccine (live); Infectious Bronchitis Vaccine (live); Infectious Bronchitis
Vaccine (inactivated); Egg Drop Syndrome ’76 Vaccine (inactivated); Fowl
Cholera Vaccine (inactivated); dan Haemophilus paragallinarum Vaccine
(inactivated).
Di
sisi lain, pertemuan Asean Sectoral Working Group on Livestock (ASWGL) ini
merupakan wadah bagi 10 negara anggota ASEAN dalam membahas berbagai
permasalahan di bidang peternakan dan kesehatan hewan. ASWGL diselenggarakan
oleh negara anggota ASEAN secara bergilir setiap tahun.
Pada
tahun 2021 ini, Malaysia menjadi tuan rumah penyelenggara pertemuan ASWGL
ke-29. Indonesia sendiri telah mendapat giliran menjadi pimpinan ASWGL dan
menjadi tuan rumah pertemuan ASWGL ke-27 pada tahun 2019 lalu.
Sebagai
bentuk keseriusan Indonesia dalam mengikuti pertemuan Internasional ASWGL ini,
para delegasi Indonesia dan pejabat terkait berkumpul bersama mengikuti
pertemuan virtual ASWGL ke-29 di Hotel Solia Zigna Solo Jawa Tengah. Setiap
delegasi baik dari Kementerian Pertanian maupun kementerian terkait telah siap dengan
dokumen pendukung jika diperlukan. "Ke
depan, target Indonesia adalah membuat Regional Reference Centre (RRC) untuk
bioinformatika. Inisiatif ini sedang disiapkan oleh BBVet Wates dan BBVet
Subang sebagai focal point pertemuan ASEAN Laboratory Directors’ Forum
(ALDF)," tutur Maidaswar.
(Re-share: Fans Page Humas Ditjen PKH Kementan RI)