DIOLUHTAN-suluhtani. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan usaha budidaya peternakan adalah ketersediaan pakan ternak. Ketersediaan pakan ternak sangat tergantung pada ketersediaan bahan baku pakan. Baik bahan baku pakan maupun pakan ternak yang tersedia bukan hanya terjamin dari segi kuantitasnya saja, melainkan juga dari segi kualitas. Produsen pakan ternak wajib menghasilkan dan mempertahankan kualitas pakan sesuai dengan kebutuhan ternak. Produsen harus menjamin bahwa pakan yang dihasilkan tidak membahayakan kesehatan ternak dan manusia sebagai konsumen produk peternakan.
Peranan pakan dalam keberhasilan peternakann harus tersedia secara berkelanjutan. Pengolahan pakan merupakan suatu kegiatan untuk mengubah pakan tunggal atau campuran menjadi bahan pakan baru atau pakan olahan. Bahan pakan baru yang dihasilkan dari proses pengolahan diharapkan mengalami peningkatan kualitas nutrisi makanan ternak.
Dalam manajemen
produksi dan pengelolaan pakan (makanan ternak) haruslah memperhatikan
beberapa faktor, yaitu ;
1.
Kebutuhan Pakan
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.
Rekomendasi
yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council)
mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan
angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat
digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia,
yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang
mudah diperoleh di lapangan.
2.
Konsumsi Pakan
Ternak
ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi),
mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk
mencukupi hidup pokok.
Kemudian
sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang
dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.
Tinggi
rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a.
Temperatur Lingkungan
Ternak
ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai
dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak.
Kondisi
lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak
yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot
badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat
kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila
terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan
konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan
kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperature lingkungan hidupnya,
maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap
pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah,
ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas.
Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan
ternak dengan cara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b.
Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c. Selera
Selera
sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada
ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang
menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan
cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan
konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d. Status
fisiologi
Status
fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh
(misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi
pakannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan sapi periode
laktasi adalah : 1) tidak perlu memberi sekenyangkenyangnya; 2) kosentrat
diberikan terlebih dahulu setelah itu baru hijauan, pakan yang kaya gizi
diprioritaskan terlebih dahulu ; (3) pada pagi hari, pakan diberikan sesudah
pemerahan. Konsentrat diberikanterlebih dahulu setelah itu baru hijauan ; 4)
pada sore hari setelah diberi konsentrat, sapi diperah kemudian diberi hijauan
; dan 5) pemberian konsentrat dicombor kemudian dicampur dengan air. Hal
tersebut akan meningkatkan palatabilitasnya.
e.
Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi
nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi
energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding
terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam
pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan
meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah.
f. Bentuk
Pakan
Ternak
ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau
dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat
dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna.
Oleh
karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel
yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
Bobot
tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi
bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun
demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang
sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat
badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan
bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat
timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara
mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan
menggunakan formula:
1. Berat
badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada 2 (inci) / 661
2. Berat
badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat
badan dengan nilai 0,75
3. Berat
Badan Metabolis = (Berat Badan) 0,75
h.
Produksi
Ternak
ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air
susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin
tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan.
Apabila
jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya,
ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi)
disamping performansi produksinya tidak optimal.
3.
Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap
bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak
maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang
konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan
bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan
strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum
terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin.
4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak : macam-macam Silo Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah: (a). Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah; (b). Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V; (c). Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu; (d). Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat; dan (e). Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
Demikianlah
ulasan singkat mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
dan pengelolaan makanan ternak. Semoga bermanfaat bagi para petani, khususnya
penyuluh pertanian dan stake holder peternakan lainnya.
Re-suluh: Yusran A. Yahya NS (Dikutip dari Bahan Ajar Ilmu Nutrisi Ruminansia UGM, 2012