DIOLUHTAN-suluhtani. Ketahanan
pangan keluarga di masa pandemi Covid-19 menjadi perhatian. Pada penyuluhan kita kali ini akan menyasar Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur. Dosen dan mahasiswa UMM berkolaborasi mengembangkan
produk unggulan untuk menjawab tantangan ini. Salah satunya dengan
mengembangkan padi unggulan dengan 400 bulir padi per batang. UMM mengembangkan
varietas baru padi dengan kode
UM2-400. Varietas baru padi ini diklaim mampu menghasilkan gabah sekitar 12 ton
per hektar atau 400 bulir padi per batang.
Salah
seorang perintis pengembangan padi varietas baru UM2-400, yang juga Dekan
Fakultas pertanian dan peternakan (FPP) UMM, Dr David Hermawan
mengatakan ketahanan pangan keluarga
di masa pandemi COVID-19 menjadi perhatian khusus UMM. Varietas baru UM-400
menjawab tantangan ketersediaan pangan. "Kondisi
pendemi COVID-19 membuat kami berpikir keras, bagaimana cara menjaga
ketahanan pangan keluarga,
regional maupun nasional. Karena itu, kami berkolaborasi dengan dosen lain dan
mahasiswa untuk mengembangkan padi unggulan untuk menjawab tantangan terkait
ketersediaan pangan ini," ujarnya di Malang bersama perintis lainnya
yaitu Dr. Ir. Wahono dan beberapa Mahasiswa.
Menurut
David, gabah yang dihasilkan padi UM2-400 jauh lebih banyak ketimbang jenis
padi lainnya. Jika lazimnya satu batang tanaman padi
hanya 125-200 bulir, varietas yang dikembangkan UMM mampu menghasilkan lebih
dari 400 bulir. UM2-400 yang dikembangkan Fakultas pertanian dan peternakan UMM tersebut, satu batang
bisa menghasilkan 400 bulir padi dengan menggunakan teknologi khusus. Varietas baru padi
ini merupakan silangan dari beberapa padi varietas lokal di Jawa Timur. "Mulai dari pembibitan benih x,
pengolahan tanah seperti pupuk yang digunakan juga organik.
Kemudian, supporting karena tidak pakai pestisida, penyemprotannya memakai
teknologi drone," paparnya.
David
juga mengungkapkan UM2-400 merupakan persilangan dari empat varietas padi.
Namun dia merahasiakan jenis varietas padi yang disilangkan tersebut. "Bibit hasil dari kawin silang 4
varietas padi. Kalau jenis apa sama apa, rahasia dong," ucapnya.
Bibit
padi yang dikembangkan, lanjut David, adalah bibit unggul tahan hama dengan batang kuat dan tahan
angin. "Kan sering banyak yang
gagal panen karena
padinya ambruk. Jadi, kami coba kembangkan ke arah itu. Selain itu, bulir yang
kami kembangkan rata-rata di atas 400. Jumlah ini lebih banyak dari varietas
padi lainnya yang hanya 125-200 bulir per batang. Kini kami sedang
mengembangkan yang 600-700 bulir," jelasnya.
David
mengungkapkan untuk menghasilkan beras kualitas
bagus, tak hanya dengan pembibitan yang baik. Namun, lanjut dia, juga
diperlukan pengolahan lahan dan
pupuk yang bagus. “Kami memakai pupuk
cair dan pupuk kandang yang dibuat para mahasiswa yang praktikum," ujarnya.
Varietas
unggul padi yang dikembangkan FPP ditanam di areal persawahan milik UMM di
daerah Tegalgondo, Kabupaten Malang. Kelebihan varietas ini produksinya lebih
banyak dari produksi pada umumnya dengan masa panen sama sekitar 105 hari. "Ini bisa sampai 2-3 kali produksi dari
jenis biasa. Panen secara nasional rata-rata 5,1 ton per hektar, kalau pakai
varietas ini bisa 12 ton per hektar, dengan biaya produksi lebih murah, yakni
Rp15 juta per hektar, sedangkan pertanian konvensional rata-rata membutuhkan
dana sekitar Rp20 juta per hektar," pungkasnya.
Dia
pun berharap nantinya varietas ini bisa menunjang swasembada pangan. “Jadi kalau pemerintah mau, tidak perlu
impor beras dan mengurangi devisa negara. Jadi, kita bisa menghasilkan produk
produktivitas tinggi dan sehat karena tidak menggunakan pupuk kimia,” ungkapnya.
Re-Suluh: Yusran A. Yahya (Source: www. sariagri.id/pertanian/ dan www.umm.ac.id)