DIOLUHTAN-suluhtani. Keamanan pangan asal hewan, seperti daging, telur, dan susu, sangat penting diperhatikan mengingat pangan asal hewan dapat membawa kuman penyakit (mikroorganisme patogen) hewan yang dapat menular (menginfeksi) manusia. Penyakit hewan yang dapat menular ke manusia melalui pangan asal hewan dikenal sebagai zoonosis bawaan pangan (foodborne zoonosis).
Berkaitan dengan kemunculan resistansi antibiotik pada bakteri-bakteri saat ini yang merupakan ancaman global yang sangat serius bagi kesehatan manusia dan kesehatan hewan, beberapa bakteri penyebab foodborne zoonosis dapat menjadi resistan terhadap antibiotik. Contoh bakteri asal hewan yang telah resistan yang sudah dilaporkan antara lain Escherichia coli dan Salmonella spp.
Jika bakteri tersebut terdapat dalam pangan asal hewan dan
terkonsumsi oleh kita kemudian menyebabkan sakit, maka pengobatan terhadap
penyakit menjadi lebih sulit karena antibiotik yang biasa digunakan dokter
menjadi tidak efektif untuk membunuh bakteri penyebab sakit kita. Hal ini
menyebabkan biaya pengobatan relatif lebih mahal dan penyembuhan menjadi lebih
lama.
Resistansi antibiotik pada bakteri-bakteri yang ada pada hewan
diakibatkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan tidak terkendali di
peternakan.
Selain penjelasan di atas, pangan asal hewan dapat pula
menjadi pemicu munculnya resistansi antibiotik terutama pada bakteri-bakteri
yang berada pada saluran pencernaan kita. Kemunculan resistansi antibiotik
tersebut disebabkan oleh residu antibiotik pada pangan asal hewan akibat
pemakaian antibiotik yang tidak tepat dan tidak terkendali di peternakan.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat
melaporkan bahwa hampir 1 dari 5 penyakit infeksi resisten pada manusia
disebabkan oleh kuman yang berasal dari pangan dan hewan (CDC 2013).
Bakteri yang telah resistan terhadap antibiotik dapat
menularkan resistansinya kepada bakteri-bakteri lain baik di dalam tubuh
manusia dan hewan maupun di luar tubuh manusia dan hewan (di lingkungan). Hal
inilah yang menjadi ancaman kesehatan global jika kita tidak mengambil tindakan
pengendalian secara aktif dan bersama.
Jadi resistansi antibiotik yang dapat dipicu oleh konsumsi
pangan asal hewan disebabkan oleh (1) kuman penyakit (bakteri patogen) dari
hewan (yang sakit) yang terbawa dalam pangan asal hewan; dan (2) adanya residu
antibiotik pada pangan asal hewan. Keduanya akibat penggunaan antibiotik yang
tidak tepat dan tidak terkendali di peternakan.
Dalam rangka penjaminan keamanan pangan asal hewan,
Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian (khususnya Direktorat Kesehatan
Masyarakat Veteriner) telah membuat sistem jaminan keamanan produk hewan melalui
program Sertifikasi Nomor Kontrol Veteriner (NKV). Sertifikasi ini wajib
diperoleh unit usaha produk hewan dalam rangka menghasilkan produk hewan yang
aman dan layak dikonsumsi masyarakat.
Mari kita bersama turut aktif memerangi resistansi antibiotik
demi kesehatan dan kelangsungan hidup di dunia.
Re-Suluh: Yusran A. Yahya NS
Sumber dan Foto: F.B. Denny W.L.