DIOLUHTAN-suluhtani. Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah lekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras), atau ayam sayur. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat genetiknya, penyebarannya sangat luas karena populasi ayam buras dijumpai di kota maupun desa.
Potensinya patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan menaikkan pendapatan keluarga. Upaya-upaya berbagai pihak untuk meningkatkan manfaat ayam lokal (ayam Kampung, Pelung, Sentul, Kedu, Merawang dan sebagainya) selama ini dilakukan terus, meskipun kebutuhan akan daging dan telur ayam terutama masyarakat perkotaan dan pinggiran kota sudah sebagian besar dipenuhi oleh telur dan daging ayam unggul (ras impor), yang tetuanya diimpor.
Ayam
kampung atau ayam bukan ras sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya
masyarakat di perdesaan dengan pola pemeliharaan di umbar (ekstensif). Mengubah
sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem semi intensif atau
intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak system tradisional
(ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi kalau dilihat
nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong
tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Lebih jelasnya
tentang sitem pemeliharaan secara tradisional, semi intensif serta intensif
dapat di simak di bawah ini.
1. Sistem Pemeliharaan Ayam Secara Tradisioal
Sistem
pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani pedesaan dengan
skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam buras dipelihara
dengan cara dibiarkan lepas, petani kurang memperhatikan aspek teknis dan
perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam
buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil
pertanian. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara teratur.
Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat dapur,
dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari. Pada
pemeliharaan secara tradisional sering terjadi gangguan binatang liar, tingkat
kematian ayam dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu,
produksi telur rendah (47 butir per induk per tahun), walaupun pemanfaatannya
cukup berarti bagi petani.
2. Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Yang
dimaksud dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif adalah pemeliharaan
ayam buras dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas
dari induknya dengan skala usaha rata-rata 9 ekor induk per petani. Selama
pemisahan ini, anak ayam perlu diberi
pakan yang baik (komersial atau buatan sendiri).
Biasanya pakan tambahan
diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan atau dikebun untuk mencari pakan
sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan sebanyak 25 gram per ekor per hari atau
25% dari kebutuhan pakan yang dipelihara secara intensif per ekor per hari.
Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam dapat mencapai
34% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat
mencapai 59 butir per ekor per tahun
3. Sistem Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan
secara intensif ini artinya ayam buras yang dipelihara petani
dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha rata-rata 18 ekor
induk ayam per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda dengan sisitem
pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanya pakan diberikan secara penuh
yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus secara terus
menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini sangat
ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak terutama untuk pembelian
pakan.
Dengan cara ini produkstifitas dan pemanfaatan ayam buras oleh petani
meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan
kesempatan ayam betina mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam-ayam yang
khusus dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan
mesin tetas. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam
mencapai 27% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur
dapat mencapai 103 butir per ekor per tahun.
Re-Suluh dan Foto: Yusran A. Yahya
Sumber Kutipan: lwww.ilmuternak.com