DIOLUHTAN-suluhtani. Asal
mula ayam adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari
wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan
pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan
dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai
spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam
broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur. Selain
itu, seleksi juga diarahkan pada warna kulit telur hingga kemudian dikenal ayam
petelur putih dan ayam petelur cokelat. Persilangan dan seleksi itu dilakukan
cukup lama hingga menghasilkan ayam petelur seperti yang ada sekarang ini.
Dalam setiap kali persilangan, sifat jelek dibuang dan sifat baik dipertahankan
(“terus dimurnikan”). Inilah yang kemudian dikenal dengan ayam petelur
unggul.
Ayam pedaging adalah ayam sangat efektif untuk
menghasilkan daging. Karakteristik ayam pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh
besar, pertumbuhan cepat, kulit putih dan produksi telur rendah. Untuk
mendapatkan tingkat pertumbuhan yang tinggi, maka hal utama yang harus
diketahui adalah pakan apa yang cocok untuk dikonsumsi oleh ayam pedaging.
Selain masalah pakan, pencegahan
penyakit dan kondisi yang dapat membuat ayam stress harus dilakukan untuk
memperoleh produksi daging yang berkualitas baik.
Peningkatan
produktivitas ayam pedaging dapat dilakukan melalui perbaikan kuantitas dan kualitas
pakan yang diberikan dengan sistem pemeliharaan intensif. Pakan berkualitas
harus mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan
umur dan tujuan pemeliharaan
Budidaya
ternak unggas di negara tropis seperti Indonesia saat ini masih dihadapkan pada
masalah klasik, yakni panasnya suhu lingkungan. Suhu yang relatif lebih panas
membawa dampak tersendiri bagi kerja fisiologis dari organ tubuh unggas. Maka
tak jarang ditemukan ternak yang enggan makan, sehingga kondisi ini dapat
berisiko pada mudahnya ternak terjangkiti penyakit (immunosuppression).
Berbagai usaha dilakukan seperti pemberian obat anti-stress bagi ternak yang
mengalami cekaman panas (heat stress). Namun dari sisi ekonomis,
cara ini menambah ongkos produksi. Lantas, adakah solusi alternatif agar
produktivitas ternak tetap bisa dipertahankan dalam kondisi lingkungan yang
panas.
Yusran A. Yahya, Penyuluh Pertanian Dinas Peternakan Kab. Bone sedang melakukan Pemantauan terhadap Kandang Ayam Pedaging Peternak di wilayahnya.
Menurut Wikipedia.org, Sistem imun atau sistem
kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang
bertanggung jawab atas imunitas,
yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh dari
pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen.
Sementara itu, respons kolektif dan terkoordinasi dari sistem imun tubuh
terhadap pengenalan zat asing disebut respons imun. Agar dapat berfungsi dengan baik, sistem ini akan
mengidentifikasi berbagai macam pengaruh biologis luar seperti dari infeksi, bakteri, virus sampai parasit,
serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel dan jaringan organisme
yang sehat agar tetap berfungsi secara normal.
Genetika
Ayam Ras
Perkembangan
teknologi untuk meningkatkan mutu genetik unggas terus mengalami kemajuan.
Sifat ayam ras yang dahulu memiliki pertumbuhan yang lambat (slow
growth) saat ini sudah menjadi ayam ras modern dengan tingkat
pertumbuhan yang cepat (fast growth), sehingga umur panen lebih
cepat dan efisiensi produksi dapat ditingkatkan. Kondisi ini tentunya membawa
keuntungan tersendiri bagi pebisnis perunggasan. Namun, unggulnya ayam modern
saat ini tidak diikuti dengan kemampuan genetis dalam menopang daya tahan
tubuhnya. Tak heran, jika para peternak seringkali dibuat kelabakan ketika
ayamnya tidak mampu beradaptasi dengan panasnya lingkungan dan tak jarang
menyebabkan angka mortalitas yang tinggi.
Seperti
cekaman panas yang merupakan penyebab immunosupresi akibat suhu lingkungan akan
mempengaruhi perubahan metabolisme tubuh. Konsekunsinya, ternak akan menurunkan
panas tubuhnya salah satunya dengan cara mengurangi konsumsi pakan. Walaupun
demikian, cekaman panas perlu diwaspadai peternak mengingat resiko penurunan
produksi dan tingkat kesehatan yang dapat berujung pada mortalitas yang tinggi
dan efisiensi produksi tidak tercapai secara maksimal.
Beberapa
kasus dapat dilihat seperti penurunan produksi dan imunitas ayam yang mengalami
cekaman panas, seperti produksi ayam petelur dapat menurun hingga 40 persen.
Demikian pula ancaman kematian ayam juga tinggi jika ayam mengalami cekaman
panas karena produksi titer antibodi (kekebalan tubuh) dan sel darah putih jauh
dibawah batas normal. Mengingat begitu besar resiko kerugian yang harus
ditanggung peternak, diperlukan langkah jitu dalam manajemen budidaya sebagai
solusi bagi ancaman tersebut.
Salah
satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh cekaman panas
adalah dengan pemberian obat anti-stress tetapi cara ini akan menambah biaya
produksi. Selain itu, pemakaian bahan-bahan kimia semakin ditinggalkan karena
tuntutan konsumen akan produk pangan asal ternak yang alami (organik). Dengan
demikian, perlu dicarikan bahan alternatif yang dapat dijadikan untuk asupan
nutrien sekaligus bisa untuk mencegah efek cekaman panas dan mempertahankan
imunitas unggas.
Khasiat
Beluntas
Penggunaan
bahan anti stress untuk mencegah penurunan produksi unggas adalah cara umum
dilakukan para peternak. Untuk menekan tambahan biaya produksi, rupanya
penggunaan bahan-bahan alami (herbal) akan lebih memberikan keuntungan
tambahan. Selain untuk tujuan mengatasi cekaman panas diharapkan pemberian
bahan-bahan alami ini juga memberikan efek tambahan dalam meningkatkan sistem
imunitas unggas.
Daun Beluntas Pemacu Immunitas Tubuh pada Unggas (Foto: tribunnews.com)
Salah
satu tanaman lokal yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah
beluntas (Pluchea indica less) yang sekaligus berfungsi sebagai bahan
aditif pakan karena mengandung beberapa senyawa aktif alkaloid, minyak atsiri
dan flavonoid. Khasiat medis tanaman ini dapat juga digunakan sebagai penurun
demam (antipiretik), meningkatkan selera makan (stomakik), peluruh keringat
(diaforetik) dan penyegar (Dalimartha, 1999). Selain itu, daun beluntas juga
bersifat sebagai antimikroba, untuk menghambat pertumbuhan beberapa mikroba
patogen seperti Salmonella typhi, Staphylocococcus aureus, Escherichia
coli dan Bacillus cereus (Ardiansyah dkk, 2003), dimana keberadaan
bakteri ini dalam saluran pencernaan dapat menurunkan produksi telur dan
menghambat pertumbuhan ayam pedaging.
Tak
hanya itu, beluntas bermanfaat sebagai bahan imbuhan pakan alternatif untuk
meningkatkan ketahanan tubuh unggas dari stress panas (Setiaji & Sudarman,
2003). Selain mengandung beberapa bioaktif yang berfungsi sebagai antibakteri,
beberapa zat gizi esensial akan menjadikan beluntas sebagai bahan pakan yang
kaya nutrisi sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi.
Khasiat
beluntas dalam mempertahankan produktivitas ternak unggas telah dilaporkan
mampu menggantikan zat anti stress. Ayam yang diberikan ekstrak beluntas secara
periodik memiliki perfoma, hemoglobin dan leukosit (sel darah putih) yang lebih
baik dibandingkan dengan kontrol yang diberikan anti stress komersial (Setiaji
& Sudarman, 2005), dimana sel-sel ini mendukung sistem kekebalan tubuh.
Penggalian
manfaat beluntas ini diharapkan akan memudahkan para peternak rakyat untuk
dapat memanfaatkan potensi lokal. Musim kemarau saat ini diharapkan tidak akan
menjadi penghalang dalam upaya mempertahankan atau bahkan menaikkan
produtivitas unggas.
Khasiat Daun Cincau Hijau
Siapa
tak kenal cincau hijau? Makanan kenyal yang berasal dari perendaman daun cincau
hijau ini banyak digunakan sebagai campuran es buah. Selain memiliki rasa yang
enak, cincau juga kaya manfaat bagi kesehatan. Salah satunya, dikenal dapat
meningkatkan imunitas tubuh.
Melihat
potensi daun cincau hijau sebagai imunomodulator untuk membantu meningkatkan
mekanisme pertahanan tubuh, beberapa mahasiswa Fakultas Biologi UGM melakukan
penelitian lebih lanjut. Mereka meneliti secara intensif untuk mengetahui
kandungan senyawa di dalamnya dan efek ekstrak daun cincau hijau terhadap
aktivitas makrofag atau sel imun.
Daun cincau hijau, Pemacu Immunitas Tubuh pada Unggas (Foto: tokopedia.com)
Dalam
penelitian tersebut, para mahasiswa tersebut membuat tiga macam ekstrak daun
cincau hijau, yaitu ekstrak kloroform, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol.
Selanjutnya, dilakukan uji aktivitas imunomodulator dengan mengujikan ekstrak
pada sel makrofag tikus. Setelah itu, dilakukan pula uji antioksidan
menggunakan sepektrofotometer untuk melihat nilai indeks aktivitas antioksidan
(IAA). Terakhir, dilakukan penggolongan senyawa pada ekstrak yang telah dibuat
menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis untuk melihat senyawa yang
terkandung dalam ekstrak daun cincau hijau.
Hasilnya
menunjukkan esktrak daun cincau hijau memiliki berbagai senyawa metabolit
sekunder seperti golongan senyawa tarpenoid, flavonoid, fenolik, dan tanin.
Senyawa metabolit sekunder tersebut dikenal berfungsi sebagai imunomodulator
dan antioksidan alami. Senyawa-senyawa tersebut menjadikan sel-sel makrofag
tubuh lebih aktif dalam memakan patogen. Selain itu, juga aktif dalam menangkal
radikal bebas yang masuk kedalam tubuh,
Hasil
lainnya menunjukkan nilai indeks aktivitas antioksidan (IAA) dalam ekatrak daun
cincau hijau cukup tinggi yakni berkisar antar 6,3 – 7,2. Artinya, ekstrak daun
cincau hijau tergolong memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat karena
memiliki nilai IAA lebih besar dari 2. Selain itu, ekstrak daun cincau memiliki
nilai kapasitas dan indeks fagositosis makrofag yang sangat tinggi pula.
Daun
cincau hijau ini dapat menjadi alternatif baru sumber imunomodulator dan antioksidan
alami bagi tubuh. Dalam penggunaanya daun cincau hijau dapat diolah menjadi
minuman berkhasiat, suplemen alami, atau obat-obatan herbal yang dapat berperan
dalam mempertahankan kesehatan tubuh dan meningkatkan sistem imun tubuh.
Tantangan
Kedepan
Ditengah
persaingan bisnis perunggasan yang begitu kompetitif, upaya peningkatan
produktivitas unggas memerlukan solusi yang integratif. Tekanan harga pakan
akibat tingkat persaingan bahan pakan dengan kebutuhan pangan dan energi akan
berujung pada meningkatnya biaya produksi. Disisi lain, kualitas produk hasil
ternak yang aman dan sehat serta budidaya unggas yang bebas dari penggunaan
bahan kimia berbahaya mengingatkan kepada kita untuk kembali ke alam (back
to nature).
Keuntungan
ganda dari penggunaan tanaman local tersebut tidak hanya sebagai pemacu
kekebalan tapi juga sebagai antibakteri, sudah selayaknya menjadi motivasi bagi
para peternak untuk tidak menggantungkan bahan imbuhan pakan dari impor. Selain
berbasis dari sumber daya lokal, tanaman beluntas dan cincau ini juga mudah
ditanam baik di lahan marginal sekalipun sehingga penyediaannya mudah dan dapat
dilakukan secara mandiri oleh peternak itu sendiri.
Selain
cincau dan beluntas, masih banyak potensi bahan alami lainnya yang berpotensi
untuk dijadikan bahan pakan maupun pakan imbuhan (feed additive). Walaupun
musim panas dapat menyebabkan imunosupressi (stress panas) pada ternak, namun
kelimpahan kekayaan alam Indonesia sudah seharusnya mendorong perguruan tinggi
dan lembaga penelitian untuk memberikan informasi tentang teknologi dan
implementasinya kepada masyarakat luas. Kita merindukan kontribusi bisnis
perunggasan mampu mendongkrak keterpurukan akibat krisis dan masalah klasik
cekaman panas tidak menjadi hambatan untuk meningkatkan produktivitas unggas.
Re-suluh
dan Editor: Yusran A. Yahya NS
Sumber:
(1) www.lipi.go.id;
(2) Wikipedia.org; dan (3) www.ugm.ac.id