DIOLUHTAN-suluhtani. Meningkatnya produktivitas tanaman
pangan yang “paralel” dengan kelestarian lingkungan hidup merupakan prinsip
penerapan sistem pertanian ramah lingkungan berkelanjutan. Berbagai sistem
pertanian ramah lingkungan telah dikembangkan dengan berpedoman pada budidaya
pertanian yang baik melalui sinergis antar komponen teknologi, antara lain
pengelolaan tanaman terpadu, jajar legowo super, sistem integrasi
tanaman-ternak bebas limbah, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
secara terpadu.
Foto: iStock
Melalui sinergi komponen teknologi secara
terpadu, penerapan sistem pertanian ramah lingkungan memantapkan capaian
produktivitas tanaman pangan, kualitas tanah terpelihara, dan emisi gas rumah
kaca dapat tereduksi. Beberapa komponen teknologi yang mampu memberikan hasil
tanaman tinggi, emisi gas rumah kaca rendah, dan rendah kontaminan antara lain
pengairan berselang, penggunaan bahan organik matang (nisbah C/N rendah) dengan
bantuan biodekomposer, pemupukan berimbang, pengendalian hama secara terpadu
dengan mengandalkan pestisida nabati, jarak tanam legowo, dan varietas padi
unggul rendah emisi.
Sekarang ini, penggunaan
pupuk dan pestisida kimia pada sistem budidaya pertanian intensif semakin marak
dan berlebihan. Minimnya pengetahuan petani akan kerusakan lingkungan akibat
penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan menyebabkan terjadinya pencemaran
tanah, air, dan tanaman. Semuanya ini menyebabkan kualitas dan keamanan produk
pertanian menjadi menurun.
Pertanian ramah lingkungan secara umum diartikan sebagai
usaha pertanian yang bertujuan untuk memperoleh produksi optimal tanpa merusak
lingkungan, baik secara fisik, kimia, biologi, maupun ekologi. Aspek keberlanjutan sistem produksi
merupakan salah satu ciri pertanian ramah lingkungan.
Foto : iStock
Penggunaan pestisida dalam pertanian padi bisa digantikan
bebek. Metode ramah lingkungan ini pertama kali diperkenalkan petani di Jepang.
Tak bisa dipungkiri, pestisida ampuh menyingkirkan segala serangga dan hama
yang bisa mengganggu pertumbuhan padi. Sayangnya pemakaian bahan kimia ini bisa
mencemari padi yang ditanam sekaligus berdampak kurang baik untuk lingkungan.
Sebuah metode pertanian ramah lingkungan pun diterapkan di Jepang. Dilihat dari
video World Economic Forum (22/4), petani di Jepang kabarnya mengganti peran
pestisida dengan bebek sebagai pembasmi hama. Ada
jenis bebek khusus yang dilepas ke area sawah.
Bebek-bebek ini akan melahap serangga dan biji gulma yang
mereka temui. Bahkan benih gulma juga mereka makan sehingga mengurangi
kehadiran gulma ke depannya.
Penerapan metode ini bahkan juga berdampak positif untuk padi yang tengah
ditanam. Padi ini kabarnya lebih tahan terhadap badai dan cuaca ekstrem.
Satu-satunya kendala dalam metode pertanian bebek
adalah ketika bebek-bebek itu sudah mulai gemuk. Bebek bisa saja menginjak dan
merusak padi sehingga dibutuhkan kehadiran bebek baru setiap tahun.
Dikutip dari The Guardian, salah satu petani yang menerapkan metode pertanian
bebek adalah Takao Furuno di desa Keisen, pulau Kyushu, Jepang. Furuno bisa
memangkas biaya pertanian dan meningkatkan hasil akhirnya 3 kali lipat dari
petani lain yang menggunakan pupuk kimia. Furuno bahkan menjual bebek itu dan menambah lagi penghasilannya.
Lanjut, menurut Furuno kehadiran bebek
di sawahnya mampu mengoksidasi air dan mengaduk tanah dengan alami. Kotoran bebek
juga bersifat sebagai pupuk alami yang menyuburkan padi. Tak heran pertanian
dengan bebek ini juga dicontoh banyak negara lain seperti Korea Selatan, China,
Thailand, dan Iran.
Re-suluh dan Editor: Y.A. Yahya
Source: www.food.detik.com