DIOLUHTAN-suluhtani. Keterbatasan lahan pertanian membuat beberapa orang mencari cara untuk memanfaatkan lahan kosong yang tersedia. Salah satunya dengan mendirikan rumah kaca di bawah tanah. Selain menghemat tempat, kabarnya hasil pertanian disini lebih bersih dan ramah lingkungan.
Seperti diberitakan Delish berberapa waktu lalu, sebuah perusahaan pertanian bernama Growing Underground berhasil menanam buah dan sayur di rumah kaca yang terletak 30 meter dibawah tanah. Tepatnya di bekas bunker perang dunia kedua yang berada di wilayah Clapham, London.
Foto: Delish
Growing Underground mampu
memproduksi aneka buah dan sayur seperti lobak, ketumbar, bayam merah, seledri,
peterseli, dan pea shoots. Tak hanya itu, sayuran microgreens dan berbagai jenis rempah
juga dihasilkan disini.
Walaupun berada di bawah tanah, lahan pertanian disini
dikontrol ketat oleh teknologi dan juga petugasnya. Ruangan untuk menanam juga
steril dan dilengkapi dengan LED untuk mengatur cahaya, pengatur suhu,
sistem irigasi, sistem ventilasi canggih, dan juga sistem pengendalian hama.
Kelebihan lain dari Growing Underground adalah
hasil pertaniannya bersih dan dapat dipanen sesuai jadwal karena tidak
terpengaruh oleh perubahan cuaca di luar. Selain itu, lahan pertanian ini juga
ramah lingkungan karena menerapkan sistem hidroponik yang memungkinkan
penggunaan air 70 persen lebih sedikit dibandingkan sistem menanam
konvensional.
Walaupun sudah berjalan sekitar 18 bulan, hasil pertanian
Growing Underground baru dipasarkan ke restoran lokal dan petani
setempat. Richard Ballard, seorang pendiri Growing Underground,
mengatakan dalam beberapa minggu ke depan tunas yang dihasilkan disini juga
akan dibawa ke atas permukaan.
Sebelum muncul gagasan berupa lahan pertanian bawah
tanah, arsitek asal Belgia bernama Vincent Callebaut juga memiliki ide desain
lahan pertanian vertikal. Ia menamainya dengan sebutan Dragonfly.
Pertanian Bawah Tanah, Lebih Ramah Lingkungan dan Hasil Panen
Lebih Enak
Dilansir Food Detik beberapa waktu sebelumnya. Sekitar 33 meter di bawah jalanan London yang ramai,
ada sebuah tempat perlindungan pada masa Perang Dunia II dan sudah lama
terbengkalai. Richard Ballarf dan Steven Dring menyulapnya menjadi kebun
sayuran, meski tanpa sinar matahari dan tanah.
Lewat proyek Zero Carbon Food, Ballarf dan
Dring berusaha mewujudkan kebun bawah tanah yang ramah lingkungan. Setelah
bertahun-tahun dipersiapkan, perkebunan seluas satu hektar ini akan beroperasi
penuh Maret mendatang.
Sayuran yang akan ditanam pertama-tama
adalah brokoli, kucai bawang putih, red vein sorrel, mustard,
ketumbar, dan basil Thailand. Tanaman besar seperti jamur dan tomat akan
menyusul. Direncanakan, produk pertama Zero Carbon Food akan tersedia di
restoran dan pasar pada musim panas tahun ini. "Zero Carbon Food menggunakan ruang bawah tanah tak terpakai di
London untuk menghasilkan sayur-mayur, herba, dan microgreens menggunakan
sinar LED dan hidroponik. Kami memproduksi bahan-bahan segar dengan jejak
karbon minimal," tulis Zero Carbon Food seperti dilansir situs
Huffington Post beberapa waktu lalu.
Alas tanam tiga lapis, sistem siklus air,
serta lampu-lampu LED membantu menjaga suhu dan kelembapan lingkungan bawah
tanah kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Sistem hidroponik yang dipakai juga
diklaim dapat mengirit penggunaan air hingga 70% dibanding sistem pertanian
ladang terbuka konvensional. "Hidroponik
terdengar sangat teknis, padahal teknologi ini tak rumit. Meja-meja yang
dipenuhi benih dibanjiri air, kemudian air tersebut surut dan kembali ke
tangki. Beberapa jam kemudian, air kembali membanjiri meja. Begitu
seterusnya," ujar Dring yang mengklaim cara ini hemat energi.
Zero Carbon Food kini sedang mencari
bantuan dana. Target mereka US$500.000 (Rp 6,1 miliar). Saat ini, mereka baru
mengumpulkan US$64.600 (Rp 789 juta). Perusahaan ini bekerjasama dengan
Michel Roux Jr., chef restoran Le Gavroche di London yang meraih dua bintang Michelin.
"Saat pertama kali bertemu pria-pria
ini, saya pikir mereka benar-benar gila. Namun ketika saya mengunjungi
terowongan tersebut dan mencoba hasil panen enak yang mereka tanam di bawah
sana, saya terkejut. Pasar untuk sayuran ini besar," kata Roux Jr.
Sayuran-sayuran tersebut juga mendapat
skor tinggi dari kritikus kuliner Samuel Muston. Ia mengatakan bahwa tunas
polong (pea shoots), lobak mikro, dan mustard berdaun merahnya tampak gemuk dan
memiliki rasa kuat. "Sayuran
yang sama di supermarket, yang bagus sekalipun, cenderung terasa seperti antara
debu dan amplop cokelat. Sayuran yang ini, anehnya, terasa seperti ditanam di
ladang," kata Muston.
Editor: Y.A. Yahya