DIOLUHTAN-suluhtani. Menurut wikipedia.org menjelaskan bahwa Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Gula merah yang dihasilkan
dari batang kelapa sawit tua (foto: globalplanet.news)
Minyak
sawit digunakan sebagai bahan baku minyak goreng, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan
industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk
begitu beragam peruntukannya karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu
tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak
larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak
menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.
Bagian
yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging
buah menghasilkan minyak kelapa
sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis
turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah,
rendah kolesterol, dan
memiliki kandungan karoten tinggi.
Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Perkebunan kelapa sawit pun bisa menambah pendapatan
petaninya dengan mengintegrasikannya dengan ternak, sehingga keuntungan bias double.
Dan ternyata batang pohon sawit tua yang
ditebang dalam proses peremajaan pun dapat menambah
pendapatan lagi karena sawit tua memiliki potensi menghasilkan air nira yang dapat diolah
menjadi gula merah sawit.
Potensi produksi gula merah sawit
ini secara ekonomi dapat memberikan pendapatan bagi petani sebesar Rp.14.931.875
per hektar. Perhitungan tersebut dilakukan dengan asumsi usaha produksi gula
merah sawit dilakukan oleh kelompok petani sebanyak 10 orang yang masing –
masing memiliki kebun 2 hektar dengan populasi 120 pohon sawit per hektar.
Setiap batang pohon sawit
diperkirakan akan menghasilkan 5,5 liter air nira selama 30 hari. Sehingga
selama fase produksi tersebut dapat dihasilkan 228 kg/ha/hari gula merah sawit.
Petani butuh sumber pendanaan lain
yang dapat memenuhi kebutuhan dana untuk proses peremajaan di kebun miliknya.
Potensi sumber pendanaan tersebut ternyata berada di kebun sawit rakyat yang
akan diremajakan itu sendiri.
Batang
kelapa sawit yang sudah ditebang ini dapat menghasilkan air nira selama 30-40
hari dengan produksi 5-7 liter per hari. Apabila air nira ini diolah menjadi
gula merah, dengan tingkat rendemen gula 20% - 30% maka dapat dihasilkan gula
merah sawit 1,2 – 1,75 kg/pohon/hari selama fase produksi air nira tersebut.
Keunggulan
dari gula merah sawit ini yaitu lebih sehat dibandingkan gula merah lainnya
karena susunan penyusunnya berupa sukrosa. Namun tekstur gula merah sawit tidak
terlalu keras dan rasanya sedikit kurang manis jika dibandingkan gula merah
dari pohon aren.
Oleh
sebab itu, petani – petani sawit rakyat yang sudah mulai mengusahakan gula
merah sawit ini masih melakukan pencampuran dengan gula sebanyak 25 persen
dalam proses produksi untuk menyamai tekstur dan rasa gula merah aren.
Hal
ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan preferensi konsumen agar gula merah
sawit dapat bersaing di pasaran.
Dengan
potensi pendapatan tersebut, petani sawit rakyat harusnya melihat ini sebagai
sumber pendanaan untuk proses peremajaan. Hal ini karena air nira diperoleh
dari batang sawit tua yang sudah ditebang, yang memang harus ditebang pula saat
melakukan peremajaan kebun sawit.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa proses produksi gula merah sawit ini tidak mengganggu
teknis peremajaan yang dilakukan pada kebun tersebut. Potensi produksi gula
merah sawit ini juga harus menjadi perhatian pemerintah karena selama ini
Indonesia masih melakukan impor gula.
Produksi
gula merah sawit dapat menjadi substitusi impor gula sehingga akan menghemat
devisa dalam jumlah yang besar. Apabila dihitung dengan asumsi peremajaan di
perkebunan sawit secara nasional sebesar 4 persen per tahun dari total luas
area, maka produksi gula merah sawit dapat mencapai 2,5 juta ton.
Dengan
potensi gula merah sawit sebesar ini apabila dikombinasikan dengan produksi
gula dari tanaman lain, maka Indonesia di masa depan dapat mencapai target
swasembada gula.
Yusran A. Yahya
Source : 1.
www.wikipedia.org; 2. www.globalplanet.news