DIOLUHTAN-suluhtani. April 2018 lalu ahli Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) membuat pemodelan tsunami besar di kawasan Pandeglang, Banten. Beritanya sempat heboh. Kemudian muncul tulisan tentang perlunya menanam vegetasi pesisir seperti kelapa sebagai pelindung.
Olehnya itu suluhtani ingin mengingatkan kembali berita dari tribunnewes yang diposting tanggal 14 April 2018 lalu dengan judul Ancaman Tsunami di Pandeglang dan Pohon Kelapa. Isi beritanya:
Pada saat itu warga Pandeglang dikagetkan berita kemungkinan terjadinya tsunami 57 meter yang dipaparkan oleh peneliti BPPT. Walau disanggah ahli geologi ITB Irwan Meliano karena menggunakan data global, tidak ayal beritanya sempat membuat warga Pandeglang was-was dan susah tidur.
Namun Bupati
Pandeglang Irna Narulita mengatakan bahwa pihaknya harus membuat masyarakat
tenang dan waspada. Dampak tsunami pernah dirasakan di Indonesia dalam musibah
besar di Aceh dan Pangandaran beberapa tahun lalu. Jepang juga sempat merasakan
dampaknya Maret 2011 lalu.
ilustrasi kelapa menghadapi badai laut (tribunnews)
Tentu hasil
penelitian BPPT tersebuts mengagetkan warga, betapa tidak tsunami Aceh dengan
tinggi puncak 30 meter menelan korban 230 ribu jiwa, apalagi tsunami dengan
ketinggian 57 meter.
Berbagai upaya
dilakukan untuk menekan dampak tsunami seperti membangun early warning system serta
shelter atau tempat berlindung dari terjangan ombak. Di Banten ada dua
shelter berupa bangunan bertingkat kokoh yaitu di Labuan dan Wanasalam. Selain
itu ekosistem pesisir yang sehat disebut dapat melindungi dan mengurangi dampak
tsunami terhadap pemukiman pesisir.
Direktur Wetland
Internasional Nyoman Suryadiputra mengatakan bahwa kawasan dengan ekosistem
pesisir yang sehat terbukti mengalami kerusakan akibat tsunami yang lebih
ringan. Hal ini dibenarkan oleh ketua umum KOPEK Kelapa Nelson Pomalingo yang
juga Bupati Gorontalo. Menurutnya ekosistem pesisir seperti mangrove dan kelapa
dapat menahan kekuatan tsunami. Ia menggambarkan pesisir Sri Lanka dengan
tsunami tahun Desember 2004 lalu dapat dihambat sehingga mengurangi daya
rusaknya.
Pesisir Sri
Lanka memang ditumbuhi tanaman kelapa yang sehat
Mengacu pada
hasil penelitian FAO, Nelson menambahkan hutan pesisir dengan beragam vegetasi
termasuk kelapa efektif menahan laju tsunami. "Adanya pohon kelapa menurutnya makin memperkuat vegetasi mangrove
atau hutan pantai. Apalagi kelapa secara ekonomi dapat menyokong penghidupan
masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir tutupnya," kata Nelson
dalam keterangan pers yang diterima Tribunnews, Sabtu lalu (14/4/2018).
Memang dalam
beberapa musibah banjir atau tsunami seperti di Pangandaran dan Mentawai kelapa
menjadi tempat untuk menyelamatkan diri. Banyak berhasil selamat setelah
memanjat pohon kelapa. Air kelapa pun menjadi sumber air bersih untuk minum
ketika sumur atau sungai tercemar saat musibah tersebut.
ilustrasi kelapa di pinggir laut
Bupati Lingga
Alias Wello menambahkan bahwa tanaman kelapa yang rapat di satu pulau juga
berfungsi sebagai penahan terjangan badai. Pada bulan tertentu nelayan atau
kapal kecil biasanya mampir berlindung di pulau-pulau kelapa ini.
Alias Wello yang
juga wakil ketua bidang humas KOPEK menambahkan Kabupaten Lingga yang
berbatasan Kabupaten Indragiri Hilir dan Tanjung Jabung Timur ini memiliki 531
pulau hampir semuanya ditumbuhi kelapa. (klik link sumber)
Tanaman
kelapa memang melindungi kawasan pesisir dari abrasi. Para nelayan juga terkadang
berteduh saat badai dipulau-pulau yang ditumbuhi kelapa. Pada beberapa bencana
seperti di Palu muncul cerita tentang penyintas yang meraih batang kelapa. Di
tsunami pandeglang dua pelajar (Fakhri dan Rizki) selamat karena memanjat
batang kelapa. Keyboardist pada band Seventeen (Zack) juga selamat setelah
tersangkut di pohon kelapa. Demikian pun super model Petra Nemcova yang selamat
dari tsunami 2004 lalu karena berpegang pada pohon kelapa.
Ada
pula kisah penyelam Jepang yang selamat bertahan hidup di perairan Nusa Penida
dengan meminum air kelapa.
Editor
: Yoush Nauramaya
Sumber
: FP Sahabat Kelapa Indonesia dan