DIOLUHTAN-suluhtani. Sulsel. Pengembangan subsektor petemakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional dalam usaha memperbaiki gizi masyarakat, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, menyediakan lapangan kerja, menghemat devisa negara serta peningkatan ketahanan pangan.
Dalam melakukan usaha budidaya ternak ruminansia pakan merupakan salah satu sarana produksi yang amat penting dan sangat strategis. Tidak saja karena kecukupan dan mutu pakan akan secara langsung berpengaruh pada ternak, tetapi juga karena biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha budidaya ternak ruminansia. Efisiensi penggunaan pakan haruslah betul-betul mendapat perhatian.
Berdasarkan hal tersebut, UPT Pembibitan Ternak
dan Hijauan Pakan Ternak, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
Sulawesi Selatan menggelar kegiatan “In House Training : Optimalisasi
Pembibitan Sapi Bali pada Kelompok Binaan” yang dilaksanakan di Sekretariat
Kelompok Tani “Satungke” Desa Biru, Kec. Kahu,
Kab. Bone. Tanggal 27-28 November 2018.
Kepala UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan
Pakan Ternak, Disnakeswan Sulsel, drh. Nurlina Saking, M.Kes, MH dalam
arahannya mengungkapkan bahwa bahwa produksi
daging sapi di Indonesia masih jauh di bawah kebutuhan manusianya. Kebutuhan
akan produk pangan asal hewan yang mengandung protein hewani ini terus
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat
akan arti penting protein hewani baik bagi pertumbuhan maupun kecerdasan. “Meningkatnya
permintaan akan produk asal ternak membawa konsekuensi logis yaitu tuntutan
akan ketersediaan produk asal ternak” paparnya
drh. Nurlina Saking, M.Kes, MH memaparkan materinya dalam "In House Training : Optimalisasi Pembibitan Sapi Bali pada Kelompok Binaan" di Kahu, Kab. Bone.
Kelangkaan daging sapi di
pasaran salah satu penyebabnya adalah masih sulitnya bagi peternak untuk mendapatkan
bibit sapi (bakalan) yang baik dan sehat untuk dipelihara sebagai ternak
penghasil daging yang berkualitas, disamping faktor lainnya seperti
keterbatasan modal, manajemen pemeliharaan yang belum baik, pakan yang belum
optimal yang menyebabkan produktifitas ternak tidak optimal. Salah satu solusi
bagi permasalahan ketersediaan bibit bakalan adalah dengan mengembangkan sentra
peternakan yang menghasilkan bibit bakalan sapi dengan konsep kelompok tani
berbasis sumber daya lokal dan kemandirian. Konsep ini diharapkan akan
menciptakan sumber bakalan bagi kebutuhan dalam negeri dan yang paling penting
adalah menumbuhkan jiwa kemandirian kepada para petani atau peternak yang
tergabung dalam kelompok tani-ternak “Satungke” Berdasarkan hal tersebut maka
Kelompok Satungke ini sangat potensial untuk dijadikan pengembangan baik
pembibitan maupun penggemukan sapi potong, mengingat daya dukung sumber daya
alam yang baik, serta dukungan dinas terkait dan sehingga bisa meningkatkan
efisiensi dan produktivitas sapi potong.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Kab.
Bone, drh. Aris Handono yang didaulat sebagai pemateri dengan tema kebijakan pengembangan pembibitan sapi bali di Kabupaten Bone mengungkapkan pentingnya
pakan dalam budidaya ternak, sehingga peternak dan kelompok peternak dituntut
untuk dapat memproduksi pakan ternak yang memenuhi standar kebutuhan ternak.
Tentu saja dengan mengoptimalkan sumberdaya pakan lokal yang tersedia melalui
penggunaan teknologi produksi pakan yang tepat
sehingga dapat menghasilkan pakan yang berkualitas dan murah sepanjang
tahun.
Kepala Dinas Peternakan Kab. Bone, drh. Aris Handono (kanan)
Dalam pakan skala kecil, menurut drh. Aris,
maka perlu memperhatikan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan antara lain
adalah: 1) Ketersediaan bahan pakan yang digunakan mudah diperoleh serta
tersedia dalam jumlah yang cukup dan kontinyu; 2) Bahan pakan yang digunakan
sebaiknya tersedia dalam jumlah cukup di daerah tersebut. Paling tidak, mudah
didapatkan dengan transportasi yang mudah dan murah; 3) Bahan pakan yang
beraneka ragam biasanya tersedia di beberapa tempat sehingga untuk pengadaannya
harus mempertimbangkan efisiensi pengangkutan; 4) Untuk memproduksi pakan harus
mengoptimalkan kapasitas mesin pengolah pakan agar biaya produksi pengolahaan
pakan dapat tertutupi dari hasil produksi pakan yang dihasilkan.
Dr. Syahdar Baba, SPt, MSi memaparkan materi model kemitraan kepada para peternak
Pemateri lainnya adalah akademisi dari
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Dr. Syahdar Baba, SPt, MSi
memberikan pemahaman ke kelompok tani mengenai model kemitraan dalam pembibitan
sapi yang berkelanjutan.
Turut Hadir dalam “in house training” ini diantaranya
para staf UPT Pembibitan Ternak dan Hijauan Pakan Ternak, Disnakeswan Sulsel
yaitu Set Pasino, SPt, Munira Latif, SPt, MSi, Daryanto, SST dan Mayrawaty
Arifin, SPt. Para penyuluhan pertanian Dinas Peternakan yaitu Kamaruddin, SP, Andi
Ampa, SP, Amir K, SP dan Yusran A. Yahya, SPt, MSi beserta staf Disnak lainnya
yaitu Andi Tenrisessu dan Darmawan, SP.
Suasana kegiatan "in house training" di Sekretariat Kelompok Tani "satungke" Bone
Kegiatan “In House Training : Optimalisasi
Pembibitan Sapi Bali pada Kelompok Binaan” diikuti 40an peserta, bukan hanya
anggota kelompok tapi unsur pers dan masyarakat disekitar pun turut ikut mendengar
pemaparan para materi mengenai budidaya sapi potong yang merupakan komoditi “favorit”
masyarakat umumnya di Kabupaten Bone.
Source : Y.A. Yahya