DIOLUHTAN-suluhtani. Dalam keadaan alamiah, lahan kering memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila keadaan tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburannya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya tergantung dari curah hujan serta lapisan olah dan lapisan bawahnya memiliki kelembaban yang amat rendah.
Potensi sumberdaya lahan kering di Indonesia sangat besar dan penyebarannya hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Lahan kering ini dapat diartikan sebidang tanah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usahatani, dengan menggunakan air secara terbatas (biasanya mengharapkan dari curah hujan).
Panen jagung "double row" sangat menjanjikan di lahan kering (Foto : pilarpertanian.com)
Dalam
pemanfaatan lahan kering untuk pertanian sering banyak dijumpai
kendala-kendala, karena lahan ini memiliki kondisi agro ekosistim yang
beragam. Kondisi lahan kering dicirikan oleh: (1) peka terhadap
erosi bila tanahnya tak tertutup vegetasi, (2) tingkat kesuburan tanahnya
rendah, (3) air merupakan faktor pembatas (tadah hujan), dan (4) lapisan olah
dan lapisan tanah dibawahnya memiliki kelembaban yang sangat rendah
Lahan
kering yang dibatasi oleh ketersediaan air membutuhkan pengelolaan tanaman
dalam satu kesatuan pola tanam mengikuti peluang curah hujan yang ada.
Guna
meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering, telah dilakukan penelitian
perekayasaan tanam jagung. Pelaksanaan pengkajian pertanaman jagung ini
dilaksanakan di Kecamatan Arjasa, Kabupaten Situbondo dan Kecamatan Manding,
Kabupaten Sumenep Jawa Timur.
Jagung
varietas HJ 21 pada pengkajian ini ditanam dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm dan
setelah panen diperoleh hasil 5,0-6,7 t/ha pipilan kering, sedangkan dengan
merekayasa jarak tanam menjadi double row 100 cm x 50 cm x 20 cm dengan
populasi benih yang sama diperoleh hasil 5,5-7,5 t/ha atau terdapat kenaikan
0,5-0,8 t/ha pipilan kering.
(Dok : suluhtani.com)
Selain
hasilnya meningkat, jagung yang ditanam dengan jarak tanam double row
membutuhkan biaya pengelolaan dan benih jagung yang sama dengan jagung jarak
tanam yang biasa atau umum. Sehingga keuntungan usahatani meningkat, disamping
itu pemeliharaan tanaman lebih mudah dilakukan karena terdapat ruang yang lebih
lebar.
Pada
saat tanaman jagung menjelang dipanen (15 hari sebelum panen), batang diatas
tongkol dan daun dibawah tongkol, dipangkas guna mempercepat pengeringan
tongkol di lapang. Hasil pangkasan (biomas) jagung bisa mencapai 7-8 t/ha
biomas segar dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi.
Setelah
pemangkasan daun, dapat segera dilakukan tanam sisip (Relay planting) jagung
atau kedelai secara tugal karena kelengasan tanah masih cukup tinggi sehingga
sangat baik untuk pertumbuhan awal jagung atau kedelai.
Dengan
tanam sisip jagung/kedelai yang dilakukan lebih awal sekitar 15 hari, maka
waktu panen menjadi lebih cepat sehingga resiko kekurangan air saat pengisian
tongkol dapat dihindari oleh karena saat musim kemarau biasanya defisit air.
Editor : Y.A.
Yahya
Sumber
: www.pilarpertanian.com