DIOLUHTAN-suluhtani. Pertanaman komoditi pertanian kini semakin
dikembangkan di lahan suboptimal, tak terkecuali dengan tebu. Guna mendukung
pertanaman tebu, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Kementan RI menggulirkan
Paket Smart Irrigation berupa alat dan teknologi irigasi lahan suboptimal.
Paket teknologi smart irrigation ini direncanakan akan dilaunching oleh Bapak
Menteri Pertanian pada 8 Mei 2018 di BBP Mektan Serpong. Teknologi ini
diharapkan menjadi solusi teknologi irigasi pintar bagi pertanaman tebu dan
komoditas lainnya di lahan sub optimal
Kepala BBP Mektan, Andi Nur Alamsyah menuturkan kunci pengelolaan lahan
sub optimal adalah teknologi irigasi dan dibutuhkan teknologi yang smart
(pintar). Salah satu contoh lahan sub optimal yang kini tengah dikembangkan
oleh pemerintah adalah perkebunan tebu di Bombana, Sulawesi Tenggara. “Di sana, penggunaan air harus digunakan
secara minimal karena sumber air yang terbatas. Dibutuhkan teknologi irigasi
yang bisa mengalirkan air secara efisien namun tetap bisa menghasilkan,”
demikian kata Nur Alam di Jakarta.
Karenanya, tegas Nur Alam, BBP Mektan menggulirkan paket teknologi yang
dikenal dengan nama Smart Irrigation yang terdiri dari alat tanam tebu dan
pemasang dripline irigasi terintegrasi yang menggunakan sistem irigasi bawah
tanah (sub surface). “Kami sekalian
membuat alat yang mengintegrasikan mesin tanam tebu dengan pemasangan dripline
irigasi, sambil bertanam tebu bisa dipasang sistem irigasinya,” tegasnya.
Lebih lanjut Nur Alam mengatakan Smart irrigation yang terpasang di BBP
Mektan menggunakan instalasi irigasi tetes yang dilengkapi dengan pengatur
debit tetesan air, pengatur dosis pupuk, dan sensor kebutuhan air yang
terintegrasi dikendalikan secara otomatis. Tipe irigasi tetes yang digunakan
adalah tipe sub surface, yaitu slang penetesnya (dripline) ditanam pada
kedalaman 15 – 17 cm dari permukaan tanah.
Sistem irigasi dripline tersebut dipasang bersamaan dengan bertanam tebu
agar efisien tenaga kerja. Mekanisme kerjanya alat ini ditarik dengan traktor
roda 4 sambil memasang driplinenya sekaligus bertanam tebu. “Bibit tebu sendiri ditanam 5 cm diatas
dripline dan alsin dilengkapi dengan pembuka alur dan penutup alur sehingga
dalam satu kali operasional bisa melakukan dua pekerjaan sekaligus,”
katanya.
Dalam mengoperasikan alsintan ini, hanya perlu 2-3 operator saja di mana
1 orang sebagai operator traktor, 2 orang operator bibit. Alat ini mampu
mengerjakan lahan seluas 2 ha dalam satu hari saja. Sehingga efisien dalam
waktu dan tenaga kerja. Namun Kepala BBP Mektan ini menyarankan dalam
penggunaan alsintan ini, kondisi tanah yang bisa digunakan adalah tanah
berpasir. “Kalau tanah berpasir, mau
hujan atau tidak, enggak masalah. Tapi kalau tanahnya berlempung tinggi,
sebaiknya pengoperasian alat dilakukan saat kering," tuturnya.
Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian
berjajar, untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse. Balai
Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) bahkan menerapkannya pada
pertanaman tebu di lahan sub optimal untuk bisa menghasilkan tebu yang
berkualitas.
Kepala Bidang Kerjasama, Pendayagunaan Perekayasaan dan Pengujian BBP
Mektan, Agung Prabowo menambahkan bahwa model pengairan pada pertanaman tebu
yang umum digunakan selama ini adalah irigasi permukaan, salah satunya dengan
memompa air embung kemudian dialirkan melalui pipanisasi dan lahan kemudian
digenangi. Model pengairan lainnya dengan menggunakan big gun sprinkler. Perlu
adanya irigasi yang efisien, efektif dan terkendali, salah satu model irigasi
yang bisa digunakan adalah irigasi tetes (drip irrigation). “Jika menggunakan irigasi tetes, pengairan
dilakukan di sekitar perakaran sehingga air yang diteteskan hanyalah sebatas
kebutuhan air tanaman saja," ungkapnya.
Editor : Y.A. Yahya
Sumber (re-share) : www.nusakini.com