DIOLUHTAN. suluhtani. Sektor
pangan, pertanian dan kehutanan adalah sektor ekspor utama di 6 (enam) dari 10
(sepuluh) Negara Anggota ASEAN diantaranya Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand,
Indonesia, dan Vietnam. Negara-negara dominan pertanian utama tersebut berada
pada tahap-tahap perkembangan sosio-ekonomi yang berbeda, namun memiliki
kesamaan kendala yang dihadapi oleh perempuan di sektor pangan, pertanian dan
kehutanan.
Hampir
75 persen perempuan di Kamboja terlibat dalam
pertanian, 59 persen perempuan menjadi pekerja pertanian di Myanmar, 48 persen
di Vietnam, 51 persen di Laos, serta lebih dari 30 persen di Indonesia.
Sektor
industrialisasi, pertanian dan pengolahan pertanian terus berkembang yang
sebagian besar mempekerjakan perempuan. Perempuan juga berpartisipasi dalam
rantai nilai tetapi tidak selalu mencapai pasar ekspor.
Selain
itu, sektor pangan, pertanian dan kehutanan sangat rentan terhadap perubahan
iklim, dan perempuan dan pemuda lebih rentan terhadap perubahan iklim. Inilah
tantangan yang dihadapi termasuk di negara ASEAN.
Petani
perempuan menghadapi beberapa tantangan untuk mengakses pasar ekspor di
Negara-negara Anggota ASEAN. Tingkat kemiskinan pedesaan yang tinggi dan beban
kerja perempuan melebihi beban kerja fisik mereka, baik di dalam rumah tangga
maupun di kegiatan pertanian.
Meskipun
ada keterlibatan perempuan yang signifikan dalam bidang pertanian, kepemilikan
tanah dan kepemilikan aset produktif lainnya tetap sebagian besar dimiliki
laki-laki.
Akses yang buruk ke pasar dan ketergantungan yang berlebihan pada
tengkulak membuat sulit bagi perempuan untuk mengakses pasar luar dan menerima
harga yang adil untuk produk mereka. Selain itu, kredit untuk tujuan pertanian
sulit untuk diakses oleh perempuan karena kurangnya kepemilikan aset dan
tingkat pendidikan yang rendah di beberapa Negara Anggota ASEAN.
Untuk
itulah perlunya negara-negara ASEAN duduk bersama dalam memahami dan saling
memperkenalkan kebijakan dan program yang responsif gender di tingkat daerah,
mempromosikan dan mengadvokasi kesetaraan gender dalam kebijakan, program,
sistem dan struktur pangan, pertanian dan kehutanan.
Salah satu upaya yang
perlu dilakukan adalah memperkuat dan membangun kapasitas penyusun kebijakan,
pekerja lapangan dan petani tentang pendekatan yang tepat untuk
mengintegrasikan gender dalam pertanian.
Selain itu, mendorong penelitian yang
adil jender mendukung teknologi pertanian cerdas iklim.
Kegiatan
ini bertajuk “Workshop on
Developing ASEAN Approach on Gender Mainstreaming in the Food, Agriculture and
Forestry Sectors” dan berlangsung di Bali, 23 April 2018.
Editor
: Yusran A.Yahya
Sumber
: Fanspage Gender-Pertanian