erukuran 2-3 cm sehingga dapat terlihst kasat mata.
Dari aspek kesehatan masyarakat
veteriner (Kesmavet), Anisakis dikategorikan penyakit yang dapat menular ke
manusia sehingga dikategorikan Penyakit Zoonotik (ZOONOSIS) yang dapat ditularkan
melalui makanan. Istilah saat ini disebut Penyakit Zoonotik Tular Pangan atau “Foodborne
Zoonosis“.
Anisakis spp merupakan salah satu
cacing Nematoda yang dapat ditemukan pada mamalia laut, seperti ikan paus dan
dolfin. Ikan tersebut sebagai induk semang (host) definitif. Cacing ini dapat
menginfeksi manusia jika manusia memakan ikan yang mengandung larva hidup pada
dagingnya (ikan mentah atau dimasak tidak sempurna).
Cacing dewasa ditemukan pada usus
mamalia laut dan menghasilkan telur yang dikeluarkan bersama feses (kotoran;
tahi) ke air laut. Larva akan berkembang dalam telur dan keluar dari telur
tersebut. Selanjutnya larva akan termakan oleh crustacea (misalnya udang) dan
crustacea dimakan oleh ikan (seperti makerel, salmon, sardin) dan cumi,
sehingga ikan dan cumi akan mengandung larva. Crustacea, ikan dan cumi disebut induk
semang (host) antara. Crustacea disebut induk semang antara pertama, sedangkan
ikan dan cumi disebut induk semang antara kedua.
Selanjutnya jika ikan-ikan lain memakan ikan-ikan atau cumi yang mengandung larva maka ikan yang memakan akan mengandung larva juga.
Selanjutnya jika ikan-ikan lain memakan ikan-ikan atau cumi yang mengandung larva maka ikan yang memakan akan mengandung larva juga.
Jika ikan berlarva dimakan mamalia
laut, larva akan tumbuh jadi cacing dewasa di usus mamalia laut.
Jika ikan berlarva dan larvanya masih hidup (pada ikan mentah atau tidak dipanaskan sempurna atau ikan mentah yang tidak dibekukan) dimakan oleh manudia, maka manusia akan terinfeksi oleh larva cacing dan larva akan menempel pada dinding usus manusia. Hal ini dapat menyebabkan konsumen yang memakannya menjadi sakit dan atau muncul reaksi alergi seperti gatal-gatal (reaksi anafilaksis).
Jika ikan berlarva dan larvanya masih hidup (pada ikan mentah atau tidak dipanaskan sempurna atau ikan mentah yang tidak dibekukan) dimakan oleh manudia, maka manusia akan terinfeksi oleh larva cacing dan larva akan menempel pada dinding usus manusia. Hal ini dapat menyebabkan konsumen yang memakannya menjadi sakit dan atau muncul reaksi alergi seperti gatal-gatal (reaksi anafilaksis).
Dalam hal di atas (siklus hidup
cacing), manusia disebut sebagai induk semang “accidental“ (accidental host).
Manusia yang terinfeksi tidak dapat menularkan larva ke manusia lain.
Pemanasan minimum 65 derajat
Celcius selama 1 menit atau pembekuan pada suhu minus 35 derajat
Celcius(pembekuan cepat atau blast freezing) selama minimum 15 jam yang
dilakukan terhadap iksn yang mengandung larva akan mematikan larva. Larva yang
mati tidak akan menginfeksi konsumen.
Proses pemasakan ikan dalam kaleng
menggunakan suhu 121 derajat selama 2,5 menit. Pemanasan ini mematikan larva
pada daging ikan, sehingga tidak dapat menginfeksi konsumen.
Ada laporan bahwa larva dalam
daging ikan dapat menghasilkan beberapa bahan kimia yang masih dapat
menyebabkan reaksi alergi pada konsumen sekalipun ikan tersebut sudah dimasak
sempurna (Audicana dan Kennedy 2008).
Pencegahan dan Pengendalian
1. Bagi konsumen: Sebaiknya memasak ikan
dengan matang. Terus mencari informasi terkait keamanan pangan dengan benar dan
bijak.
2. Bagi produsen: memastikan bahwa
sumber ikan bebas dari larva cacing dan mengimplementasikan sistem jaminan
keamanan pangan.
3. Pemerintah: mengawasi unit usaha dan
peredaran produk dan terus melaksanakan pendidikan kepada konsumen (komunikasi,
informasi, dan edukasi), serta menyediakan dana penelitian terkait keamana
pangan dan risiko.
4. Perguruan tinggi dan instansi
penelitian: melakukan penelitian terkait keamanan pangan dan risiko.
Mohon maaf jika ada yang tidak
berkenan dan semoga informasi ini bermanfaat. Jadilah konsumen yang cerdas dan
bijak
Pustaka :
Audicana MT, Kennedy MW. 2008. Anisakis Simplex:
From Obscure Infectious Worm to Inducer of Immune Hypersensitivity. Clinical
Microbiology Reviews. 21 (2): 360–79. doi:10.1128/CMR.00012-07. PMC 2292572
Freely accessible. PMID 18400801.
Sumber : Akun FB Denny Lukman