DIOLUHTAN. Suluh Tani. Balai
Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang, menyelenggarakan pelatihan teknis tematik penguatan
Upsus Siwab yang diselenggarakan di BPP Tonra, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan kepada sejumlah petani-peternak yang tergabung dalam kelompok tani dari 5 kecamatan
(Mare, Kajuara, Salomekko, Patimpeng dan Tonra).
Tenaga
pelatih (fasilitator) Yusran A. Yahya, SPt, MSi menjelaskan pelatihan teknis
dalam rangka peningkatan dan penguatan program upaya khusus Sapi indukan wajib
bunting (Upsus Siwab). "Sebab kesehatan hewan memiliki peran sangat
penting dalam siklus reproduksi hewan," kata Yusran
Menurut Yusran, yang juga penyuluh pertanian Dinas Peternakan Kab. Bone bahwa keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi sapi di
daerah. Namun, dengan kondisi sapi saat ini, usaha peternakan rakyat masih sering
dijumpai kasus gangguan reproduksi (gangrep).
Kasus
tersebut lanjutnya, ditandai dengan rendahnya fertilitas induk, akibatnya
berupa penurunan angka kebuntingan dan jumlah kelahiran pedet, sehingga
mempengaruhi penurunan populasi sapi dan pasokan penyedia daging secara
nasional. "Gangguan reproduksi umumnya terjadi pada sapi di antaranya
adalah retensio sekundinarium atau ari-ari tidak keluar," kata Yusran
Gangguan
lainnya berupa distokia (kesulitan melahirkan), abortus (keguguran), dan
kelahiran prematur/sebelum waktunya. Menurutnya gangguan reproduksi tersebut
menyebabkan kerugian ekonomi sangat besar bagi petani yang berdampak terhadap
penurunan pendapatan peternak. "Gangguan ini umumnya disebabkan oleh
beberapa faktor," paparnya.
Faktor
gangguan tersebut di antaranya penyakit reproduksi, buruknya sistem
pemeliharaan, tingkat kegagalan kebuntingan dan masih adanya pengulangan
inseminasi. "Dan kemungkinan salah satu penyebabnya adalah adanya gangguan
reproduksi," kata Yusran yang juga pernah berhasil menjadi Penyuluh Pertanian Teladan Nasional.
Menurut
salah satu peserta, Andi Riswandi Baso dari Desa Masago, Kec. Patimpeng bahwa
dirinya mengaku sangat bersyukur memperoleh ilmu peternakan ini, apalagi khusus
mengenai gangrep ini. “Sangat bersyukur dapat ilmu khusus pada kegiatan yang
dilaksanakan selama lima hari dari Selasa (20/03) sampai dengan hari Sabtu”
tuturnya.
Peserta
mendapatkan materi dari fasilitator seperti tentang bagaimana menentukan
kelayakan akseptor mulai dari berdasarkan umur, bcs (body condition scoring),
sistem reproduksi, kesehatan dan silsilah, manajemen pakan mulai dari
mengidentifikasi hijauan pakan, bahan pakan, mengolah pakan, mengawetkan pakan,
metode pemberian pakan dan sebagainya. “Kami juga diajarkan mengenai bagaimana
pengelolaan reproduksi diantaranya mengenal pelaksanaan inseminasi buatan,
sinkronisasi berahi, indentifikasi gangguan reproduksi karena penyakit,
keturunan dan fungsional (hormonal) serta reproduksi ternak sapi lainnya” ujar
Riswandi
Lanjut,
Riswandi bahwa selain dirinya dan teman-teman peserta lainnya menerima teori,
kami juga ikut praktek langsung di lapangan untuk mengetahui bagaimana cara menangulangi
permasalahan gangguan reproduksi pada ternak," katanya.
Andi
Baso Abdullah, peserta asal Kajuara menambahkan pelatihan teknis yang
diikutinya bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan dalam mendeteksi
penanganan gangguan reproduksi yang dapat mempengaruhi program upsus siwab.
Setelah pelatihan teknis ini, para peserta diharapkan dapat mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh di wilayah masing-masing untuk dapat membantu meningkatkan
produksi ternak bagi petani dalam penanganan penyakit reproduksi. "Kegiatan
pelatihan teknis tematik ini untuk menyukseskan program Kementerian Pertanian
swasembda daging sapi pada tahun 2026," kata Baso Abdullah.
Source : Y.A. Yahya