DIOLUHTAN. Sulsel. Kecamatan
Patimpeng, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan memiliki potensi lahan pengembangan komoditi Tebu yang cukup luas dan
dominan. Komoditi tebu yang dikembangkan petani melalui kegiatan tebu rakyat
mandiri ini sudah puluhan tahun dikembangkan, khususnya Desa Masago, Kec. Patimpeng.
Dari
tahun ke tahun, perkembangan luas areal pertanaman tebu di wilayah Desa masago,
terus mengalami peningkatan, walau tak seiring dengan semakin baiknya harga
komoditi ini tetapi bisa mendongkrak kesejahteraan petani tebu, karena dari
budidaya tebu ini, setiap hektarnya mampu menghasilkan pendapatan antara 20 -
25 juta rupiah per tahun.
Penyuluh
Pertanian Desa Masago, Andi Elya Azis, SPt saat ini terus melakukan upaya
pembinaan petani melalui Sekolah Lapang. Upaya pembinaan kepada petani selain
melalui kegiatan penyuluhan secara rutin, juga dilakukan melalui kegiatan
pelatihan dengan pola sekolah lapang (SL) Tebu.
“Sekolah lapang Tebu ini diikuti oleh 20 peserta difokuskan kepada
penguatan kelembagaan kelompok tani serta penerapan semua aspek budidaya tebu”
jelasnya.
Adapun
materi SL meliputi penguatan kelembagaan kelompok tani, pemberdayaan kelompok
tani, teknis budidaya, pemupukan berimbang, pengendalian hama dan penyakit
tanaman serta panen dan pasca panen.
Kegiatan
ini bertempat di pondok Kelompok “Masago Jaya” Desa Masago. Para peserta dan
pemateri dari Dinas Kabupaten juga diajak keliling melihat hasil kinerja para
petani tebu yang tergabung dalam kelompok tersebut. "Peserta dan Pemateri diaak melihat kondisi pertanaman tebu serta usaha tani lainnya seperti budidaya sapi, pemanfaatan limbah ternak menjadi pupukorganik kompos dan pupuk bokhasi" ungkap Penyuluh Peternakan Kec. Patimpeng, Yusran A. Yahya.
Sekolah
Lapang Membuka Pengetahuan Petani
Sekolah
lapang (SL) Komoditi Tebu, telah ditutup kemarin (Rabu, 10/01/2017). Kegiatan
ini telah membuka pengetahuan petani di Desa Masago, Kec. Patimpeng.
Para
peserta sendiri terlihat antusias selama mengikuti sekolah lapang ini, ini
terlihat dari interaksi aktif mereka ketika menerima materi dari penyuluh
pertanian dan pemateri dari kabupaten. Melalui sekolah lapang ini, para petani
merasa diperhatikan oleh pemerintah, karena dalam sekolah lapang ini banyak
sekali pengetahuan yang diperoleh petani dan sangat bermanfaat bagi mereka
untuk menjalankan usaha tani tebu yang berorientasi pasar (agribisnis).
Menurut
Andi Elya Azis, Penyuluh Pertanian Desa Masago bahwa naiknya posisi tawar
petani dengan adanya penguatan kelembagaan kelompok tani ini, juga akan
berdampak pada peningkatan nilai jual produk pertanian mereka yang sekaligus
akan mampu mendongkrak kesejahteraan petani.
Sekolah
lapang adalah metode belajar petani melalui lahan mereka masing-masing. Di
lahan tersebut mereka melakukan pengamatan dan kemudian mendiskusikannya kepada
penyuluh pertanian setempat.
Source : Y.A. Yahya