DIOLUHTAN. Dilansir
oleh Republika, Kementerian Pertanian (Kementan) dengan tegas meminta pelaku
usaha tidak memainkan harga ayam. Padahal, stok daging ayam dinilai cukup untuk
memenuhi kebutuhan nasional. "Jangan
ada oknum yang bermainlah yang sengaja membuat harga ayam ini naik,"
kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan,
drh. I Ketut Diarmita, MP di IPB International Convention Center, Kamis kemarin.
Dirjen PKH) Kementan, drh. I Ketut Diarmita, MP bersama Jurnalis Dioluhtan beberapa waktu lalu
Menurutnya,
kenaikan harga tersebut dipengaruhi juga dengan manajemen isu untuk menggiring
adanya impor daging ayam. Hal ini terbukti dengan embusan rencana impor daging
ayam asal Brasil yang berupaya digagalkan Kementan. "Saya memang nggak mau," tutur Dirjen PKH.
Ketut Diarmita pun mengakui bahwa di tengah harga daging ayam tinggi ini memang ada yang berupaya mencoba
menutupi harga mahal melalui impor. Peternak pun meminta adanya perlindungan
dari pemerintah. Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN)
Herry Dermawan mengatakan pihaknya akan menentang upaya impor tersebut. "Jadi intinya, peternak menolak
impor," ujar dia.
Berdasarkan
data yang dimiliki pihaknya, jumlah produksi daging ayam masih memiliki
kelebihan dari permintaan. Populasi ayam broiler grand parent stock
sebesar 842.651 ekor dan populasi parents stock 29.199.337 ekor. Ia melanjutkan,
dengan konsumsi perkapita tahun 2017 asumsi 12,31 kg, maka kebutuhan daging ayam
sebanyak 3,223,878 ton per tahun.
Ada
kekurangan sebanyak 349.996 ton per tahun. Namun kekurangan ini dipenuhi dari
ayam pejantan dan ayam afkir. Begitu juga dengan pasokan telur ayam. Ia
menambahkan, produksi telur di Indonesia mencapai 7.524 ton per hari dengan
kebutuhan 7.393 ton per hari. Dengan asumsi konsumsi perkapita per tahun,
artinya terdapat kelebihan 1.730 ton per hari. (source)
Ini Penyebab Harga Ayam Naik
Menurut Kemendag
Sementara
beberapa hari yang lalu melalui situs yang sama yaitu Republika. Direktorat Jenderal
Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan mengundang sejumlah peternak
dan pedagang guna membahas persoalan lonjakan harga daging ayam ras belakangan
ini, Jumat (19/1). Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Tjahya Widayanti
mengatakan, dari hasil rapat tersebut disimpulkan bahwa faktor cuaca menjadi
penyebab utama yang memicu harga daging ayam merangkak naik. "Karena cuaca ini ayamnya jadi tidak
bisa berkembang biak dengan baik," ungkap Tjahya
Menurutnya,
tren kenaikan harga pada daging ayam ras biasanya terjadi pada Januari-Maret
saat curah hujan tinggi. Namun begitu, Tjahya menyebut pihaknya belum
merumuskan solusi cepat untuk meredam gejolak harga tersebut. Sebab, rapat baru
mengidentifikasi masalah berdasarkan penuturan para pelaku usaha. “Mengenai apa
yang harus kita lakukan, itu akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya."
paparnya
Sementara
itu, sejumlah pedagang daging ayam di pasar-pasar tradisional Kota Bandung
mogok berjualan pada Jumat (19/1). Aksi mogok itu merupakan bentuk kekecewaan
pedagang atas mahalnya harga daging ayam ras yang kini telah menyentuh angka Rp
40 ribu per kilogramnya. Pedagang berencana melanjutkan aksi protes selama tiga
hari. "Mulai dari bandar nggak akan
jualan. Otomatis kita pengecer juga ikut mogok karena nggak ada pasokan
daging," kata Entis (30 tahun), pedagang daging ayam di Pasar
Cicaheum, Kota Bandung (Source).
Editor dan Foto : Y.A. Yahya / Admin