DIOLUHTAN. Sultra. Kementerian
Pertanian RI melalui Badan Ketahanan Pangan (BKP) terus berkomitmen dalam mewujudkan penganekaragaman pangan berbasis pangan
lokal, sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap beras dan terigu.
Pemanfaatan pangan lokal secara
massif dinilai mampu memberikan kontribusi positif untuk memperkuat kedaulatan
pangan nasional. Untuk itu, BKP didukung oleh Food and
Agriculture Organization (FAO) dan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara
melaksanakan Project “Promoting Sago
Starch Utilization in Indonesia”, yang telah dimulai pada tahun 2016 dan
saat ini memasuki tahap akhir.
Perwakilan FAO Indonesia, Mark Smulder (tengah)
Saat
acara Terminal Workshop Project (Senin, 18/12/2017) di Kendari, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
BKP, Tri Agustin Satriani menjelaskan, project yang telah dilaksanakan meliputi
pengembangan kemampuan teknis dalam produksi sagu, ekstraksi pati sagu, serta
peningkatan nilai tambah sagu secara berkelanjutan dan profitable.
Sagu
dapat dipromosikan sebagai bahan pangan lokal yang sangat sehat untuk
dikonsumsi karena mengandung karbohidrat tetapi bebas gluten dan rendah kalori
serta rendah indeks glikemiks. “Tentu
saya sangat mengapresiasi dukungan FAO, Pemda Propinsi, Pemda Kabupaten Konawe,
Konawe Selatan dan Kota Kendari yang telah berperan serta dalam pengembangan
pangan lokal khususnya sagu," lanjut Tri.
Menurutnya
dukungan yang diberikan sangat inovatif dalam pengolahan sagu secara semi
modern dan higienis mulai dari produksi hingga pengolahan ke dalam bentuk yang
siap untuk dikonsumsi. Untuk menggerakkan dari sisi bisnis, telah dibentuk unit
usaha Sagu yaitu “Sagu Meambo Food”
dimana unit produksi sagu difokuskan di Konawe dan Konawe Selatan, sedangkan
unit promosi dan penjualan ada di Kota Kendari. “Kelebihan sagu yang diproduksi oleh unit usaha ini adalah higienis,
bersih, putih, dan dijual dalam bentuk tepung sagu kering. Selain itu, beberapa
produk olahan yang sudah dibuat antara lain: brownis dan cookies” terangnya.
Dalam
kesempatan ini, Mark Smulder Perwakilan FAO Indonesia - Timor Leste menekankan
bahwa untuk menjaga keberlanjutan project ini ada tiga hal yang perlu
diperhatikan yaitu komitmen, keahlian dan kesempatan.
Mark
juga mengingatkan kelompok penerima manfaat agar segera membuat bisnis plan,
sehingga pengolahan sagu ini dapat terus berkembang secara berkelanjutan serta
memberikan keuntungan bagi masyarakat.
Selain
hal tersebut, Tri Agustin Satriani juga menambahkan tentang pentingnya
membangun sinergitas antara pemerintah daerah, kelompok penerima manfaat,
universitas, serta pihak swasta dalam peningkatan diversifikasi pangan berbasis
sumberdaya lokal.
Pada
tahun 2018, BKP akan mengembangkan beberapa pangan pokok potensial lainnya
seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, jagung, sorghum di talas di 15 lokasi pada
13 Propinsi. Sagu akan dikembangkan lagi di 4 lokasi yaitu Papua, Maluku,
Sulawesi Barat dan Riau.
Editor : Y.A.Yahya
Sumber dan Foto : Fanspage FB Kementan RI