DIOLUHTAN. Sulut. Dalam
upaya mewujudkan penguatan sistem pelayanan kesehatan hewan nasional di
Indonesia, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) kerjasama dengan Badan Dunia bidang Pangan dan
Pertanian, Food and Agricultural Organization (FAO) untuk penguatan kapasitas
pencegahan dan pengendalian zoonosis tertarget dan Penyakit Infeksius Emerging
(PIE), serta ancaman pandemi potensial dengan Pendekatan One Health.
Demikian
pemaparan yang disampaikan oleh Muhammad Syibli selaku Kepala Subdit Pencegahan
dan Pemberantasan Penyakit Hewan Ditjen PKH saat acara pembukaan Simulasi Study
Kasus Investigasi dan Pelaporan Terintegrasi 3 (tiga) sektor dengan Pendekatan
“One Health” di Kabupaten Minahasa, Prov. Sulawesi Utara (Senin, 18/12/2017).
Muhammad Syibli
menyampaikan, ancaman penyakit menular baru atau disebut sebagai Emerging
Infectious Disease (EID) dan zoonosis (penyakit yang bisa menular dari hewan ke
manusia atau sebaliknya) menjadi ancaman bagi Indonesia.
Menurutnya, dengan
keanekaragaman hayati yang melekat pada negara dengan iklim tropis seperti
Indonesia, diidentifikasi sebagai salah satu kantung atau hotspot di Asia yang
memiliki potensi tinggi terjadinya penyakit menular baru. “Penyakit tersebut
dapat dipicu dari berbagai faktor seperti peningkatan urbanisasi dan populasi
manusia, perubahan ekologi, dan deforestasi”, ungkapnya.
Lebih kanjut, Syibli
mengungkapkan, selama beberapa dekade terakhir, beberapa peristiwa wabah
penyakit telah muncul menyebar luas pada populasi manusia, dan menyebabkan
epidemi global (juga dikenal sebagai pandemi). “Sekitar 75 persen penyakit manusia yang baru disebabkan oleh mikroba
yang berasal dari hewan, termasuk HIV, influenza (termasuk H1N1, H5N1, dan
H7N9), Sindrom Pernapasan Akut (SARS), Sindrom Pernafasan Timur
Tengah-Coronavirus (MERS-CoV), Ebola, Marburg, dan Nipah. Pada 2003 tercatat
muncul penyakit Avian Influenza H5N1 atau disebut flu burung”, tambahnya.
Suasana "In door Study" Kasus Investigasi dan Pelaporan Terintegrasi 3 (tiga) sektor dengan Pendekatan “One Health”
Syibli mengatakan,
untuk meminimalkan dampak ancaman pandemi terhadap kesehatan manusia,
stabilitas ekonomi dan sosial, Kementerian Pertanian kerjasama dengan FAO
Indonesia dalam proyek OSRO/INS/501/USA atau Emerging Pandemic Threats, dengan
periode proyek 2015-2019. “Kegiatan
kerjasama ini fokus dalam meningkatkan kapasitas Pemerintah Indonesia untuk
mendeteksi dan merespon ancaman penyakit menular baru dan juga
penyakit-penyakit lain yang yang sudah ada dan berpotensi terjadi lagi atau
menyebar (re-emerging infectious disease) dalam konteks One Health”, ujar
Syibli.
Lanjut, Syibli
mengatakan pendekatan One Health mencakup kesehatan masyarakat, kesehatan
hewan, dan kesehatan lingkungan yang artinya telah ada kesepakatan antara
Kementerian Pertanian, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, serta Kementerian Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
untuk membangun kapasitas petugas lapang yang berkelanjutan di Indonesia.
Menurut
Syibli, dengan mensinergikan kolaborasi lintas sektor dalam pertempuran melawan
dan mengendalikan penyakit infeksius emerging dan re-emerging, Ditjen PKH
bekerjasama dengan FAO Emergency Centre for Transboundary Animal Diseases
(ECTAD) Indonesia telah mengawali upaya membuka jalan menuju pembangunan
kapasitas One Health di berapa sektor berbeda yang bekerja dalam interface
antara hewan, manusia dan lingkungan hidup.
Syibli mengungkapkan,
pendekatan One Health telah diimplementasikan di 4 (empat) daerah percontohan
yaitu Bengkalis (Riau), Ketapang (Kalimantan Barat), Boyolali (Jawa Tengah),
dan Minahasa (Sulawesi Utara) yang merepresentasikan ancaman penyakit dan
situasi masyarakat Indonesia.
Kementerian
Pertanian melalui program EPT-2 telah melakukan peningkatan kompetensi petugas
teknis sebanyak 50 Master Trainers dan sebanyak 271 petugas lapang yang berasal
dari 3 (tiga) kementerian/sektor yaitu Kesehatan Masyarakat (Kementerian
Kesehatan), Kesehatan Hewan (Kementerian Pertanian), dan Kesehatan Satwa Liar
(Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) “Kompetensi-kompetensi yang dimiliki petugas tersebut sangat penting
untuk mengantisipasi ancaman terjadi, dan menyebarnya penyakit, serta
mengurangi kemungkinan terjadinya pandemi”, sambung Syibli.
Editor : Y.A.Yahya
Sumber dan Foto : Fanspage FB Ditjen PKH Kementan