DIOLUHTAN. Masyarakat Indonesia mengenal bawang merah sebagai bahan yang
tidak dapat dipisahkan dari masakan makanan sehari-hari, selalu menggunakan
bumbu bawang merah ataupun bawang putih. Dapat dikatakan bahwa seluruh
masyarakat Indonesia mengenal bawang merah ini . Bawang merah adalah merupakan
komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis
tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik.
Komoditi ini merupakan komoditas yang
strategis, mengingat komoditas ini konsumsinya sangat tinggi sebagai bumbu
harian dan harganya fluktuatif. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
komoditas ini menjadi penyumbang inflasi.
Upaya memenuhi kebutuhan konsumsi yang terus
meningkat, perlu dicari strategi jitu untuk meningkatkan produksi bawang merah
dalam negeri. Salah satunya adalah dengan mengguna-kan biji botani (TSS)
sebagai sumber benih pada budidaya bawang merah. Ada kelemahan utama budidaya
bawang merah dengan TSS sebagai sumber benih. Dua kelemahan utama tersebut
adalah daya tumbuh/kecambah TSS rendah, dimana secara alamiah hanya pada
kisaran 50-60% dan jumlah umbi yang dihasilkan sedikit, umumnya kurang dari 3
siung.
Guna mencari pemecahan permasalahan tersebut,
BPTP Jawa Timur telah melakukan serangkaian penelitian untuk mendapatkan
formulasi zat pengatur tumbuh dan komposisi media untuk pembibitan dan budidaya
bawang merah dari TSS. Hasilnya luar biasa, bahan yang melimpah disekitar kita,
yaitu air kelapa dapat digunakan sebagai zat pengatur tumbuh pada pembibitan
dan budidaya bawang merah dari TSS.
Foto Bawang Merah dengan sampel Air Kelapa yang digunakan sebagai zat pengatur tumbuh
pada pembibitan dan budidaya bawang merah (Dok.BPTP Jawa Timur)
Penggunaan air kelapa (muda) pada TSS dan penggunaan media persemaian
campuran tanah dan kompos perbandingan 1 : 1 mampu meningkatkan daya tumbuh
sampai 90%. Selain mampu meningkatkan daya kecambah, penggunaan air kelapa
(muda) juga mampu meningkatkan jumlah umbi dan produksi.
Air kelapa (muda) yang digunakan pada TSS
menghasilkan tanaman bawang merah yang mampu menghasilkan jumlah umbi per
tanaman lebih dari 3 siung. Secara rinci sebanyak 22,22% menghasilkan jumlah
umbi kisaran 4-5 per tanaman; 56,56% menghasilkan jumlah umbi kisaran 5-6; dan
sebanyak 22,22% menghasilkan jumlah umbi >6 . Demikian juga bobot basah umbi
yang dipanen seberat lebih dari 99 g per tanaman, jika dikonversi per hektar
tanaman bawang merah asal TSS yang diperlakukan dengan air kelapa (muda) mampu
berproduksi kisaran 30-35 ton umbi basah. Produksi ini dua kali lipat
dibandingkan produksi bawang merah yang ditanam dari umbi.
Editor : Yoush A. Yahya
Sumber Artikel dan Foto : BPTP Jawa Timur