DIOLUHTAN - Jakarta. Sekretaris Pelaksana Agriventor, Abiyadun, menilai animo generasi muda terhadap
sektor pertanian cukup tinggi. Sebab, jumlah peserta Kompetisi Penemu Muda 2017
Agriventor yang digagas Generasi Muda Petani Indonesia (Gempita) melampaui
ekspektasi panitia. "Kami tak
menyangka jumlah peserta mencapai ratusan kelompok. Ini melebih target yang
kami canangkan. Mulanya, jumlah peserta cuma sampai 50-an kelompok," ujarnya
di Jakarta, Rabu (18/10/2017) malam.
Abi menambahkan, banyak
peserta dari perguruan tinggi yang mendaftar. "Misalnya, dari IPB (Institut Pertanian Bogor), UGM (Universitas
Gadjah Mada), Unhas (Universitas Hasanuddin), dan lain-lain. Ada pula kelompok
pemuda dari luar perguruan tinggi," ungkapnya.
Menurut Abi, jumlah
temuan yang didaftarkan pun cukup bervariatif, tak sekadar alat dan mesin
pertanian (alsintan) dan alat panen. Namun, juga mencakup alat pascapanen dan
pengolahan. "Contohnya, ada salah
satu peserta yang membuat teknologi deteksi hama berbasis mobile,"
katanya.
Bagi pemuda yang ingin
berpartisipasi pada Agriventor yang bersinergi dengan rilis.id sebagai event
partner, ungkap Abi, panitia masih membuka pendaftaran. Masih terbuka peluang
bagi kamu untuk berpartisipasi pada Agriventor. Ayo, 'Be A Hero for A Better Indonesia'," serunya.
Setelah penutupan,
Panitia Pelaksana Agriventor bakal menyeleksi proposal peserta selama tiga hari
dan diumumkan pada 21 Oktober. "Tim
juri terdiri dari orang-orang yang kompeten di bidang pertanian dan teknologi.
Sehingga, peserta yang keluar sebagai pemenang betul-betul sesuai dengan arah
pengembangan pertanian yang dicanangkan," jelasnya.
Regenerasi
Itu Nyata
Kesempatan
berbeda, Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Kapusdatin)
Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, menyatakan banyaknya jumlah peserta
pada Agriventor menunjukkan regenerasi tani bukan isapan jempol. "Alhamdulillah, artinya segala upaya
Kementan untuk kembali menggairahkan sektor pertanian sudah mulai dilirik
generasi muda," ujarnya.
Kementan, tambah
Suwandi, melalui beragam terobosan kebijakan yang mendorong mekanisasi dan
meningkatkan kesejahteraan petani, salah satunya bertujuan mendorong generasi
muda untuk terjun ke sektor pertanian. "Karena
kami berkeyakinan, dengan adanya mekanisasi, maka proses bertani makin mudah,
murah, efektif, dan efisien. Sehingga, mendorong peningkatan income
petani," paparnya.
"Dengan
mekanisasi, maka tak perlu lagi kita basah-basahan, kotor-kotoran, dan membuang
banyak energi di sawah. Demikian pula hilirisasi produk pertanian kian meningkatkan
nilai tambah. Ini peluang bisnis yang menggiurkan, sehingga membuat orang
kembali yakin, bahwasanya kita bisa hidup berkecukupan, bahkan lebih,"
sambung Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik itu.
Suwandi lantas
menerangkan beberapa terobosan kebijakan dan hasilnya yang telah dicapai di
sektor pertanian. Misalnya, meningkatkan jumlah bantuan alsintan hingga 80 ribu
hingga 100 ribu pertahun dan mayoritas anggaran dibelanjakan untuk kebutuhan
petani langsung. Dampaknya, tercapainya swasembada empat komoditas strategis
hingga meningkatnya kesejahteraan petani. "Kita
pun telah mendapatkan apresiasi dari berbagai negara dan lembaga internasional,
karena mampu swasembada dan mengekspor sejumlah komoditas, yang sebelumnya kita
impor," ungkap peraih gelar doktor dari IPB
ini.
Kementan, tegasnya,
takkan berpuas diri dengan target yang telah tercapai. Namun, ingin mempercepat
realisasi visi Lumbung Pangan Dunia 2045. "Salah
satu caranya, ya melalui penerapan teknologi dan mekanisasi. Itu juga menjadi
prasyarat, agar pertanian Indonesia mampu bersaing di kancah global," pungkas
Suwandi.
Editor
: Y.A.Yahya