DIOLUHTAN. Makassar - Untuk yang kesekian kalinya kembali Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian menyelenggarakan kegiatan akbar "Pembinaan
Tekad Antikorupsi Melalui Protani untuk Mewujudkan Program Swasembada Pangan
Berkelanjutan dan Layanan Pertanian Yang Bersih dan Bebas dari Pungli Tahun
2017" di Grand Clarion Hotel Makassar.
Pembinaan Protani ini lebih diarahkan untuk mereproduksi Tunas Integritas untuk STOP Pungli pada Program dan Pelayanan Pertanian (Protani).
Pembinaan Protani ini lebih diarahkan untuk mereproduksi Tunas Integritas untuk STOP Pungli pada Program dan Pelayanan Pertanian (Protani).
Kegiatan
ini dihadiri oleh Staf Ahli Gubernur Sulawesi Selatan, Kepala Dinas Propinsi,
Kabupaten/Kota, Babinsa, Penyedia Barang/Jasa Bidang Pertanian dan UPT lingkup
Kementerian Pertanian.
Saat
pembukaan Abdul Haris yang mewakili Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan
menyampaikan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan mendukung program Kementerian
Pertanian dalam keberlanjutan ketahanan pangan dengan mengalokasikan sejumlah
dana APBD, dan juga mampu mengekspor beras ke berbagai propinsi di Indonesia.
Dijelaskan juga bahwa pemerintah yang bersih (Good Goverment) adalah dambaan
masyarakat yang mampu memberikan kesejahteraan melalui pelayanan yang
berkualitas.
Dalam
kesempatan yang sama selanjutnya Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian
Justan Riduan Siahaan menyampaikan bahwa Indonesia tercatat menduduki peringkat
ke-21 dalam Indeks Keberlanjutan Pangan (Food Sustainability Indeks/FSI) dengan
skor 50,77. Riset FSI disusun dari 58 indikator yang mencakup empat aspek yaitu
secara keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture),
kehilangan atau penyusutan pangan dan limbah(food loss and waste), serta aspek
gizi (nutritional challenges). Untuk pertanian berkelanjutan Indonesia berada
diperingkat 16 dengan skor 53,87.
Dari
aspek food loss and waste Indonesia berada di peringkat 24 dengan skor 32,53
dalam upaya mengatasi masalah kehilangan makanan (food loss). Selanjutnya dari
aspek nutritional challenges Indonesia berada diposisi 18 dengan skor 56,79
yang dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi micronutrient, prevalensi kelebihan
gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta mampu membeli makanan segar.
Hal
tersebut diatas oleh Kementerian Pertanian digunakan sebagai modalitas untuk
menatap optimisme ke depan untuk berkinerja lebih baik dalam mewujudkan program
pangan berkelanjutan menuju "Lumbung
Pangan Dunia 2045".
Justan
Riduan Siahaan menyadari bahwa dalam meningkatkan capaian kinerja program dan
pelayanan pertanian masih banyak permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah dan
harus diselesaikan Kementerian Pertanian ke depan. Sejalan hal tersebut maka
kegiatan ini lebih diarahkan kepada Satker Propinsi dan Kabupaten/Kota yang
membidangi pertanian, KTNA/Gapoktan, Babinsa, Penyedia Barang/Jasa Bidang
Pertanian dan UPT di lingkup Kementerian Pertanian untuk bersama-sama
mewujudkan program pangan berkelanjutan.
Inspektorat
Jenderal dituntut mampu memberikan keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan
program pangan berkelanjutan dan pelayanan pertanian dilaksanakan sesuai
prinsip-prinsip efektif, efisien, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel.
Untuk itu Inspektorat Jenderal akan meningkatkan efektifitas pengawasan dengan melibatkan langsung partisipasi/client/petani dalam mengawasi pelaksanaan program dan layanan pertanian agar dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat (petani).
Untuk itu Inspektorat Jenderal akan meningkatkan efektifitas pengawasan dengan melibatkan langsung partisipasi/client/petani dalam mengawasi pelaksanaan program dan layanan pertanian agar dapat dinikmati secara nyata oleh masyarakat (petani).
Melalui
pembinaan Protani diharapkan dapat memberikan pemahaman akan arah dan kebijakan
serta layanan pertanian ke depan sehingga tercipta pemahaman yang sama,
harmonisasi dan sinegritas dari pusat sampai daerah melalui aksi-aksi nyata
yang pada akhirnya dapat mewujudkan Visium Kementerian Pertanian Tahun 2045
yaitu "Indonesia Menjadi Lumbung
Pangan Dunia".
Justan
Riduan Siahaan juga mengajak seluruh peserta yang hadir dalam melaksanakan
tugas dan fungsi dilandasi niat dan membudayakan Totalitas 5B : Beribadah,
Bekerja, Belajar, Berkarya, dan Berbagi.
Sumber
dan Foto : FP Humas Itjentan Kementan RI
Editor
: Y.A.Yahya