DIOLUHTAN. Jakarta - Pembangunan
di sektor pertanian saat ini sebenarnya fokus pada dua hal: upaya meningkatkan
produktivitas pertanian seraya menekan biaya produksi.
Bagaimana
caranya? Ya, dengan modernisasi pertanian. Modernisasi sarana dan prasarana
produksi pertanian.
Kementerian
Pertanian menjalankan beragam program yang dapat tekan biaya produksi petani,
di antaranya melalui pemberian bantuan sarana produksi pertanian kepada petani.
Sejak 2015 lalu, secara berkelanjutan kementerian telah melakukan refocusing anggaran
sehingga porsi bantuan untuk petani menjadi fokus utama anggaran belanja
Kementan dibandingkan pos anggaran lainnya.
Pemberian
bantuan sarana produksi pertanian itu seperti benih, pupuk, ataupun alat dan
mesin pertanian. Dengan
cara tersebut diperkirakan petani bisa menghemat 30 hingga 50 persen. Biasanya biaya
tanam dua juta rupiah, sekarang satu juta.
Selain
modernisasi pertanian, Kementan juga terus mengupayakan optimalisasi lahan
pertanian, baik dengan mengamankan lahan-lahan yang produktif, maupun
memanfaatkan lahan tadah hujan. Optimalisasi lahan tadah hujan dilakukan dengan
pembangunan embung serta bangunan air lainnya. Kementan tahun ini
memprioritaskan 4 juta hektare lahan tadah hujan IP100 yang tersebar di
Provinsi Kalimantan, Sulawesi, Papua, Maluku, Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa
Tenggara.
Untuk
mewujudkan target ini, Kementan berkolaborasi dengan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, serta Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Pembangunan embung diharapkan dapat meningkatkan
indeks pertanaman (IP) dari IP 100 satu kali tanam menjadi IP 200 dan IP 300
atau tiga kali tanam.
Sejauh
ini hasilnya nagus. Untuk beras, misalnya, Indonesia telah secara signifikan
berhasil meningkatkan produktivitasnya. Pada 2015, produksi gabah kering giling
(GKG) mencapai 75,55 juta ton. Angka ini meningkat 4,66 persen dibandingkan
tahun sebelumnya yang sebesar 70,85 juta. Sedangkan produksi pada 2016 lebih
dari 79 juta ton.
Berbagai
upaya pemerintah dalam meningkatkan produtivitas padi, berhasil mengamankan
ketersediaan stok beras nasional. Sesuai data Bulog, saat ini stok beras
sebanyak 1,76 juta ton. Stok tersebut mencukupi kebutuhan beras nasional hingga
delapan bulan ke depan.
Editor
: Y. A. Yahya
Foto
dan Sumber : FP Amran Sulaiman