DIOLUHTAN. Jakarta - Anggota DPD RI dari Lampung, Anang Prihantoro, berkeyakinan Indonesia
mampu swasembada, bahkan menjadi eksportir pangan di kawasan Asia Tenggara atau
Asean.
Demikian
disampaikannya dalam mengomentari sektor pertanian Indonesia masuk 25 besar
dunia sesuai riset lembaga internasional The Economist Intelligence Unit (EIU).
"Bukan mustahil kita akan mencapai
swasembada dan eksportir pangan di wilayah Asean," ujarnya saat dihubungi
di Jakarta, Sabtu (8/7/2017).
Ilustrasi DPD RI (foto : Foto : pikiran-rakyat.com)
Sebab,
menurut mantan Ketua Umum Serikat Tani
Indonesia (Sertani) itu, capaian tersebut merupakan buah kerja keras bersama
dengan Kementerian Pertanian di garda terdepan.
Kemudian,
menjadi indikator kebangkitan pertanian serta mendorong Indonesia menjadi
barometer kemandirian dan kedaulatan petani.
"Dalam rangka mencapai kesejahteraan petani dan keluarganya,"
lanjut Anang, lulusan Fakultas Pertanian Universitas Lampung tahun 1989.
Kajian
EIU dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN) Foundation tentang Indeks
Keberlanjutan Pangan (Food Sustainability Index/FSI) menyebutkan, sektor
pertanian Indonesia masuk 25 besar.
Indonesia
pun menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang sukses menembus 25 besar. Dalam
menyusun kajiannya, EIU menggunakan pertimbangan 2/3 penduduk dunia berada di
25 negara tersebut dan sudah mencakup 87 persen dari total produk domestik
bruto (PDB) dunia.
Kemudian,
disusun berdasarkan 58 indiaktor dan mencakup empat aspek. Yakni, secara
keseluruhan (overall), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture),
kehilangan/susut pangan dan limbah (food loss and waste) serta aspek gizi
(nutritional challenges).
Secara
keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 21 dengan skor 50,77 setelah Brasil
serta berada di atas Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, dan India.
Untuk
sustainable agriculture, Indonesia bercokol di rangking 16 (53,87) setelah
Argentina serta berada di atas China, Ethiopia, Amerika Serikat, Nigeria, Arab
Saudi, Afrika Selatan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan India.
Pada
kategori ini, Indonesia mendapat skor tinggi pada ketersediaan sumber daya air
yang melimpah, rendahnya dampak lingkungan sektor pertanian pada lahan,
keanekaragaman hayati lingkungan, produktivitas lahan, serta mitigasi perubahan
iklim.
Sementara
itu, dari aspek food loss and waste, Indonesia bertengger di peringkat 24
(32,53) setelah Uni Emirat Arab dan berada di atas Arab Saudi. Indonesia
termasuk dalam kategori sedang dalam upaya mengatasi masalah kehilangan
makanan.
Selanjutnya
aspek nutritional challeges, Indonesia masuk peringkat 18 (56,79) setelah
Brasil serta berada di atas Turki, Rusia, Mesir, Meksiko, Afrika Selatan,
Nigeria, dan India.
Pada
kategori itu, Indonesia dipandang mampu mengatasi masalah defisiensi
micronutrient, prevalensi kelebihan gizi, kurang gizi, kelebihan gula, serta
mampu membeli makanan segar. (fhs)
Sumber News : www.rilis.id