DIOLUHTAN.
Keanekaragaman durian Indonesia memang sangat luar biasa. Tidak mengherankan
jika negara semacam Thailand rela membeli pohon durian montong untuk
dikembangkan di negaranya dan "menjajah"
penggemar durian dunia dengan produk Indonesia yang dikemas ulang.
Masyarakat
pecinta durian kini memiliki harapan melawan dominasi durian montong, dengan
bersenjatakan durian Bawor. Tapi apa dan bagaimana awal kemunculan durian Bawor
ini?
Durian Bawor (foto : dok liputan6)
Penamaan
Bawor sendiri tak lepas dari ikon rakyat Banyumas. Bawor adalah sebutan bagi
sosok punakawan Bagong, adik dari Petruk. Nama Petruk sendiri sudah ngetop
sebagai durian lokal asal Jepara. Nama-nama itu di Jawa Tengah adalah
representasi nama rakyat sebagai 'perlawanan'
nama bangsawan.
Sejarah
penemuan Durian Bawor, tak lepas dari nama Sarno Ahmad Darsono. Sarno adalah
seorang guru sekolah dasar di Alas Malang, Kemranjen, Banyumas. Sejak lahir
Sarno sudah dianugerahi kemampuan naluriah menilai durian.
Menurut
Managing Director Ad Glow, Aji Fauzi, naluri bawaan Sarno terhadap durian
begitu kuat. Cukup melihat bijinya, ia tahu jenis durian itu. Pengalamannya
semasa kecil menemani sang ayah mencari durian hingga ke pelosok desa membuat
Sarno Ahmad Darsono terobsesi pada durian. "Rata-rata
durian pohonnya sangat tinggi dengan buah tak begitu besar. Yang tak bisa
memanjat harus menunggu durian itu runtuh," ungkap Aji.
Penjelajahan
batin Sarno menjadikannya nekad memadukan 20 jenis durian lokal dengan teknik
okulasi. Waktu tunggu durian hingga berbuah biasanya delapan tahun, ia
obsesikan menjadi tiga hingga empat tahun. "Dengan
memegang dan menimbangnya, ia tahu durian yang ada di tangannya telah matang
atau belum, berkulit tebal atau tipis. Ketajaman penciumannya sangat membantu dia memilah durian yang puket
(manis, berlemak, dan beralkohol) atau bukan," jelas Aji.
Sarno
kemudian membongkar tabungan ingatan dan koleksinya tentang durian unggul. Dia
menguber informasi dari berbagai buku tentang teknik okulasi. Saat itu internet
belum merakyat seperti sekarang. "Percobaan
pertama, langsung okulasi 20 varietas unggul. Untuk mendapatkan ukuran besar,
beliau memilih durian Kumbakarna, untuk rasa, tekstur, aroma menggunakan
varietas lain," lanjut Aji.
Setelah
berselang tiga-empat bulan, okulasi pohon primer dengan sekunder mulai melekat.
Sarno lalu mencoba membuat okulasi lagi pada pohon-pohon sekunder, dengan
melukai pohon-pohon itu untuk menempelkan pohon durian lokal berkualitas sedang
sebagai pohon tersier.
Banyaknya
pohon durian yang digunakan untuk okulasi membuat pohon primernya tumbuh
menyerupai pohon bakau yang akarnya mencuat dari tanah.
Penyuluh Pertanian Sulsel saat mencicipi Durian Montong yang dibudidayakan oleh Petani di Kabupaten Bone, Sulsel
Tingkatan
pada okulasi itu berguna untuk menjamin ketersediaan makanan yang lebih banyak
untuk pohon primer. Adapun fungsi pohon sekunder adalah mempengaruhi kualitas
buah yang dihasilkan pohon primer. "Akhir
tahun 2000, pohon hasil percobaannya sudah menghasilkan 30-40 buah durian
oranye yang berbeda dari aslinya. Kulitnya tiis, daging lebih tebal, warna
daging buah lebih merah seperti durian kuningmas, rasa lebih puket, dan
beralkohol seperti durian petruk. Ukurannya sebesar durian kumbakarna dengan
berat bisa lebih dari 12 kilogram," papar Aji.
Keistimewaan Durian
Bawor
Setelah
melalui proses penyempurnaan, durian bawor kini memiliki keistimewaan. Misalnya
daging buah yang tebal dan berwarna oranye, tapi bijinya kecil dan tipis.
Sementara rasanya legit, agak sedikit pahit. Sedangkan bobot matangnya
rata-rata 6−9 kg dan bobot maksimalnya mencapai 15 kg. Selain itu, semakin tua
si pohon, semakin lebat buahnya.
Apakah
Durian Bawor ini akan menjadi pesaing utama Durian Monthong yang konon asal
bibit indukannya adalah Durian Indonesia juga yang asal Kalimantan?
Kelebihan
utama durian bawor warna kuning adalah saat buah tidak terlalu matang, durian
tetap berasa manis. Sedang yang berwarna orange menyala, saat tidak terlalu
matang buah berasa lebih tawar tetapi saat sudah matang buahnya terasa lebih
pahit legit.
Musim
durian biasanya sekali dalam setahun. Berbeda dengan durian pada umumnya, pohon
Durian Bawor mempunyai keistimewaan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu pohon
berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Sehingga,
pohon dapat dipanen tiga kali dalam setahun. Sementara, harga buahnya lebih
mahal dari durian monthong, yaitu Rp 50 ribu untuk setiap kilogramnya.
Aji
Fauzi dari Ad Glow menuturkan bahwa jenis durian ini memiliki nilai ekonomis
tinggi. Dalam lahan seluas 10 meter persegi di halaman depan saja, sudah mampu
menampung dua pohon. "Dengan
produksi 30 buah x 2 pohon = 60 buah. Asumsi bobot minimal 6 kg per buah dan
harga buah terendah Rp 50.000. Silakan dihitung sendiri," sebut Aji.
Itu
baru dua batang pohon. Mari kita membayangkan andai memiliki 200 pohon durian
bawor. Anggap saja yang rutin berbuah 150 pohon dengan produksi 40 buah/pohon.
Jika ditotal akan menghasilkan 6000 butir durian.
Jika
sebutir berbobot 10 kg, dalam setahun kita memiliki 60 ton durian. Siap
menghabiskan? Jangan lupa berbagi dengan tetangga.
Editor & Foto Durian
Montong : Y.A. Yahya
Sumber : www.liputan6.com