DIOLUHTAN. Sulsel.
Memasuki musim penghujan, berbagai jenis hewan ternak baik itu unggas ataupun
ternak besar riskan terserang penyakit.
Seperti
yang terjadi baru-baru ini di Kecamatan Patimpeng, Kab. Bone, Sulsel. Banyak sapi yang mengalami diare dan kurang nafsu makan. Diare ini
bahkan dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian pada sapi jika tidak
tertangani oleh petugas.
Penyuluh Pertanian Dinas Peternakan Kab. Bone, Yusran Yahya, SPt, MSi ketika dikonfirmasi setelah menangani kesehatan ternak
sapi tersebut mengambarkan bahwa diare itu saat keadaan sapi yang mengalami
sakit mencret.
Diare pada ternak
khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau
gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh
berbagai hal. “Diare pada sapi, seperti pada manusia, dapat terjadi
ketika pergerakan cairan tubuh dalam pencernaan mengalami gangguan. Biasanya
selalu berakibat kehilangan cairan atau dehidrasi. Sayangnya, kehilangan ini
merubah keseimbangan kimiawi tubuh yang pada akhirnya akan menimbulkan stress
dan depresi, yang dapat berujung pada kematian.” ungkapnya
Rehidrasi,
sebuah terapi pada ternak dengan memberikan air dan suplemen elektrolit dapat
membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan tersebut. “Peternak
harus segera memberi pertolongan pertama, dengan memberi larutan segenggam
garam, segenggam gula merah yang diberikan secara rutin pada sapi, sama
fungsinya dengan oralit pada manusia” jelasnya
Saat melaksanakan penyuluhan, Yusran membeberkan beberapa penyebab diare diantaranya sebagai berikut :
1. Protozoa
Protozoa adalah salah
satu penyebab diare pada sapi potong. Jenis protozoa yang
banyak ditemukan di peternakan sapi (khususnya di Di Amerika Serikat) adalah Coccidia,
Cryptosporidia dan Giardia. Giardia baru ditemukan beberapa
tahun yang lalu namun telah banyak kasus yang disebabkan oleh organisme ini,
terutama pada pedet yang baru berusia 3-5 minggu.
Siklus hidup dari
masing-masin protozoa ini berbeda. Untuk jenis Coccidia, memiliki siklus hidup
21 hari, oleh sebab itu tidak pernah menginfeksi pedet yang usia dibawah
itu (18 - 19 hari). Sedangkan jenis Cryptosporidia biasanya ditemukan pada
pedet usia 7 - 21 hari, dan umumnya menginfeksi bersama-sama dengan
rotavirus, coronavirus dan E. coli.
Namun, telur (oocyst)
dari protozoa ini memiliki kelebihan dapat hidup dalam kondisi dormant (suri)
di tanah dan kotoran ternak selama satu tahun. Infeksi pada tubuh sapi potong
terjadi karena pada saat protozoa ini tertelan dan masuk kedalam usus, telur
ini akan menetas dan berkembang biak dengan cara menempel dan masuk kedalam
jaringan sel pada usus. Akibatnya percernaan dan penyerapan makanan akan
terganggu.
Gejalanya tidak begitu
jelas, tetapi sapi potong yang terinfeksi biasanya akan berkurang nafsu
makannya, sehingga pertumbuhannya terhambat. Jika tingkat infeksi sudah parah,
akan timbul diare (terkadang disertai darah), depresi,
dehidrasi dan kehilangan berat badan secara perlahan.
2. Escherichia coli
Escherichia coli adalah jenis mikroorganisma yang menyebabkan diare(mencret)
pada ternak sapi. E. coli biasa menjangkiti pedet yang baru
berusia dibawah 14 hari, namun banyak kasus terjadi pada usia pedet kurang dari
1 minggu. E. coli juga sering ditemukan sebagai lanjutan dari infeksi
rotavirus dan coronavirus.
Sesungguhnya E.coli biasa terdapat di dalam system pencernaan ternak
sapi, namun jika jumlahnya terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Pada kondisi
tertentu E.coli akan menyerang jaringan epitel dalam usus, sehingga usus
mengalami kesulitan untuk menyerap, akhirnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh
akan langsung dikeluarkan melalui kotoran (mencret)
Berdasarkan penelitian, ada banyak sekali jenis E.coli, namun yang
berbahaya hanya beberapa jenis saja. Sedangkan E.coli yang paling umum
ditemukan pada ternak sapi adalah :
1.Enteric
Pada pedet, gejalanya diawali dengan demam yang dengan cepat berangsur normal
atau mendekati normal. Setelah itu pedet akan mengalami diare hebat, yang
mengakibatkan lemas dan dehidrasi. Jika didiamkan dapat menyebabkan
kematian.
2.Enterotoxigenic
Ini bakteri E. coli dari jenis K-99. Bakteri ini dapat menyerang pedet
yang berusia dibawah 3 hari. Infeksi yang diakibatkannya sangat fatal, karena
pedet langsung mati bahkan sebelum gejala diare (mencret) muncul.
3.Septicemic
Ini adalah salah satu jenis E.coli yang terkenal sangat ganas, karena
langsung menyebabkan kematian tanpa gejala-gejala yang tampak. Serangan bakteri
ini mirip sekali dengan Salmonella, yaitu dengan cara menginfeksi aliran darah
dan menyebar ke dalam jaringan tubuh. Akibatnya, infeksi akan meluas ke seluruh
tubuh. Bakteri ini umumnya menyerang pedet yang tidak mendapat kolostrum dari
induknya.
Pada ternak sapi yang sedang menderita diare, memerlukan larutan
elektrolit untuk menggantikan cairan tubuh serta elektrolit yang hilang. Akan
tetapi frekuensi pemberiannya harus ditingkatkan, karena hanya sekitar 60% saja
yang mampu diserap tubuh, sedangkan sisanya akan kembali dikeluarkan oleh tubuh
melalui kotoran.
Saat ini, di pasaran sudah tersedia vaksin jenis baru untuk E. coli.
Vaksin ini mengandung antigen K99 yang dapat memberikan kekebalan terhadap
jenis E. coli lainnya. Caranya penggunaannya langsung diberikan pada induk sapi
pada 6 minggu dan 3 minggu sebelum proses melahirkan. Variasi lainnya
adalah kombinasi antara vaksin E. coli, rota dan coronavirus. Vaksin ini
membantu pembentukan tingkat antibodi yang tinggi di kolostrum.
Semua
jenis vaksin ini dapat bekerja secara efektif jika pedet mendapat kolostrum
sesegera mungkin setelah dilahirkan
Diakhir penyuluhan, Yusran juga menyarankan kepada masyarakat untuk membuat kandang jangan sampai becek atau tergenang air. "Karena kandang yang becek, resiko hewan ternak tersebut terserang penyakit lebih tinggi. Seperti penyakit saluran pernafasan dan pencernaan," imbuhnya.
Source : Y. A. Yahya