DIOLUHTAN. Bandung
- Masih tingginya harga daging sapi di atas Rp 100.000 per kg, ini membuat
Indonesia dianggap belum swasembada daging. Menanggapi hal itu, Menteri
Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, daging sapi hanyalah salah satu dari
sekian banyak cara bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein.
Justru
yang terjadi sekarang, Indonesia sejatinya telah swasembada protein. Hanya
saja, tren di negara-negara tetangga menyebutnya daging. "Harusnya swasembada protein, karena negara tetangganya yang
membawa judul swasembada daging, harusnya swasembada protein," kata
Amran saat kunjungan kerjanya di Soreang, Kab. Bandung, januari 2017 lalu.
Swasembada
protein Indonesia terbukti dari keberhasilan ekspor ayam nasional. Kemudian,
pemerintah juga mengembangkan daging kambing, domba hingga kelinci, ikan,
sebagai peralihan dari daging sapi. "Tapi
di kepala kita yang dianggap protein itu daging sapi, padahal kita sudah ekspor
ayam, ikan kita melimpah, yang di kepala kita daging," jelasnya.
Lanjut
Amran, teknologi pemotongan pada kambing dan domba juga akan dipelajari
pemerintah. Tujuannya, agar daging tersebut tidak diselimuti bau khas. Kebanyakan
masyarakat Indonesia tidak menyukai daging domba dan kambing karena bau dagingnya
yang khas.
Kesempatan
yang sama, Wakil Gubernur Jawa Barat Dedy Mizwar mengatakan, swasembada protein
bisa dicapai tidak hanya dengan meningkatkan produksi daging sapi. "Untuk mencukupi protein bisa dengan
lain, ayam, ikan, kelinci pun banyak, kebutuhan protein hewani untuk
pembentukan sel otak, kenapa harus daging sapi," kata Dedy.
Menurut
dia, Jawa Barat memiliki potensi produksi daging kambing dan domba yang tinggi.
Seperti Garut, yang terkenal dengan dombanya. "Daging merah terbaik itu domba bukan sapi, kenapa sebabnya nabi
tidak pernah sekolah tapi cerdas, karena menggembala kambing bukan sapi, sapi
itu untuk koboi," ungkapnya.
Editor : Yusran Yahya
Sumber Artikel dan Foto : www.detik.com