DIOLUHTAN. Batu, Jatim. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita mengatakan
Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya fokus membangun peningkatan
populasi ternak untuk memenuhi kecukupan stok daging. Akan tetapi, terus
bekerja keras juga untuk membangun dan mendorong sumber pangan di antaranya produk
hewani salah satunya bersumber dari kelinci yang mengadung protein hewani yang
tinggi. “Kelinci merupakan salah satu
komponen dari sistem pertanian terpadu yang didukung berbagai kegiatan ekonomi
pertanian yang saling berkaitan satu sama lain. Ternak kelinci memberikan pupuk
untuk tanaman sekaligus memberikan sumber protein hewani alternatif pangan
untuk masyarakat,” kata Ketut mewakili Menteri Pertanian pada pengukuhan
pengurus Masyarakat Kelinci Indonesia (MAKINDO) se-kabupaten/kota di Jawa Timur
beberapa waktu lalu. Hadir pada acara ini Anggota Komisi IV DPR RI, Mindo
Sianipar dan Walikota Batu, Eddy Rumpoko.
Ketut
menjelaskan pengembangan ternak kelinci merupakan pemanfaatan sumberdaya yang
kaya dimiliki Indonesia untuk menjamin kesejahteraan pangan penduduknya. Namun
belum semua masyarakat yang mendapat
kecukupan pangan, khususnya yang bersumber dari asupan protein hewani. Protein
merupakan bahan utama membentuk berbagai struktur organ seperti tulang, otot,
serta komponen- komponen pembentuk seluruh jaringan tubuh.
Selain
itu, tambah Ketut, ternak Kelinci merupakan sumber protein yang bermanfaat,
karena proses budidayanya tidak menggunakan bahan kimia. Dengan demikian,
ternak kelinci dan produknya dapat digolongkan sebagai ternak organik yang sama
sekali tidak berbahaya bagi para konsumen. Ternak kelinci dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pedaging alternatif. "Kita
menyadari bahwa sumber protein hewani itu bukan hanya berasal dari daging
sapi atau kerbau. Protein yang
dibutuhkan tubuh juga dapat berasal dari hewan lain seperti Kelinci, Kambing,
domba, ikan, unggas, susu dan telor. Jika ini dapat di dorong pertumbuhannya
secara simultan maka swasembada protein hewani dapat kita raih sesuai yg kita
harapkan" jelasnya.
Oleh
karena itu, Ketut menegaskan penyediaan protein hewani sangat penting untuk
kecerdasan bangsa dan mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan konsumsi
semata-mata pada daging. Dengan begitu, pihaknya akan terus mendorong
pengembangan ternak kelinci sebagai sumber protein hewani alternatif.
Ketut
mengungkapkan pada tahun 2016 populasi ternak kelinci sejumlah 1,1 juta ekor.
Provinsi yang paling besar memiliki kelinci adalah provinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur dengan populasi berjumlah 894.505 ekor atau mencakup 80%
dari seluruh populasi kelinci di Indonesia. “Gambaran
ini menunjukan bahwa ternak kelinci justru subur dan berkembang biak di daerah
padat penduduk seperti di Pulau Jawa,” ungkapnya.
Selain
itu, Ketut menyebutkan di wilayah-wilayah yang iklimnya sesuai yang ditopang
oleh budaya setempat, ternak kelinci dapat menjadi sumber penghasilan
masyarakat. Secara nasional, ternak kelinci merupakan upaya diversifikasi
alternatif penyediaan pangan yang relatif murah dan terjangkau untuk penyediaan
protein hewani. “Produksi daging kelinci
saat ini berjumlah 584 ton. Walaupun sumbangan dagingnya terhadap produksi
daging secara keseluruhan masih kecil, tetapi sangat berarti dalam rangka
keanekaragaman pangan hewani asal ternak,” sebutnya.
Namun,
Ketut menegaskan perlu disadari juga adanya pertumbuhan penduduk yang demikian
cepat, dan kompetisi pemanfaatan sumber daya lahan dan air yang tinggi serta
degradasi sumber daya alam dan lingkungan dapat mengancam ketahanan pangan
kita. “Untuk itulah kita harus bekerja
keras untuk membangun dan mendorong sumber pangan diantaranya produk pangan
hewani,” tegas Ketut.
Terkait
kemajuan pengembangan ternak kelinci di Batu, Ketut mengapresiasi Walikota Batu
yang bersedia menjadikan ternak kelinci sebagai salah satu model pertanian
terintegrasi atau integrated farming yaitu proses keterkaitan antara food,
feed, fuel dan fertilizer. "Saya
mengapresiasi yang sebesar-besarnya kepada Walikota Batu khususnya yang menjadikan
kelinci sebagai model integrated farming", ucapnya.
Menurut
Ketut, Kota Batu adalah kota wisata maka ternak kelinci juga berperan sebagai
ternak hias. Dengan tanaman sayuran yang dihasilkannya dapat memberikan pakan
untuk kelinci dan kelinci memberikan pupuk untuk tanaman yang diolah dari hasil
biogas dari kotoran dan urinenya. “Hasil
samping dari biogas tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman.
Dengan demikian kelinci memiliki multi fungsi yaitu untuk food (pakan), feed
(memberikan pupuk dari kotorannya), fuel dari energi yang dihasilkannya dan
fertilizer untuk tanaman dari hasil samping biogas (kompos),” sebutnya.
Sehubungan
dengan ini, Walikota Batu, Eddy Rumpoko berharap acara ini mampu meningkatkan
motivasi bagi peternak kelinci untuk memperluas bidang usahanya dengan menambah
produksi dan produktivitas ternak kelinci yang telah ada. Selain itu, mampu
mendorong terjadinya diversifikasi dengan tujuan akhir meningkatkan
kesejahteraan peternak kelinci.
Kemudian,
lanjut Eddy, kegiatan yang juga bersifat promosi ini diharapan juga dapat
memberikan motivasi bagi para “pemain
baru” di dunia perkelincian untuk memproduksi kelinci yang lebih bervariasi
dan berkualitas. "Diharapkan selain
peningkatan produksi juga ada promosi dan motivasi bagi para pemain baru di
dunia perkelincian", ujar Eddy
Editor dan Foto : Yusran Yahya