DIOLUHTAN. Bogor - Sejak lahirnya Badan Litbang Pertanian tahun 1978, telah
menghasilkan berbagai inovasi terknologi pertanian. Dalam perjalanan panjangnya
sebagai badan science Kementerian Pertanian, tentu banyak kekurangan. Untuk
memperbaiki kinerja yang lebih baik lagi dibutuhkan kritik, saran, masukan yang
membangun. Karena itu, Badan Litbang Pertanian mengadakan acara “Refleksi Akhir tahun Peran Inovasi dalam
Pembangunan Pertanian Badan Litbang Pertanian sebagai upaya Meningkatkan
Kualitas Program dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian merespon
isu-isu global dan strategi untuk menjawab berbagai dinamika yang terjadi saat
ini” di Aula Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Cimanggu,
Bogor, Rabu (21/12/2016)
Hadir pada acara tersebut wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Viva Yoga, Mantan
Wakil Pertanian, Rusman Heriawan, Utama Karyo dari Kamar Dagang Indonesia
(KADIN), mantan pejabat sekretaris Badan Litbang Pertanian, masing-masing
perwakilan Direktorat Jenderal Kementan, para riset, serta pejabat esselon II
dan III lingkup Badan Litbang Pertanian. selain acara diskusi nasional, juga
ditampilkan berbagai produk hasil inovasi teknologi pusat penelitian
hortikultura Badan Litbang Pertanian.
Dalam sambutannya, Kepala Badan Litbang Pertanian, dr. Ir. Muhammad
Syakir mengatakan sampai saat ini Litbang Pertanian masih menjalankan idealisme
dalam memberikan inovasi untuk masyarakat. Apa yang Litbang buat saat ini bukan
semata hasil perjuangan Litbang, tapi semua lembaga riset lain yang harus mampu
digerakkan Litbang Pertanian yang mempunyai basis pertanian di Indonesia.“kemampuan Litbang dalam menghasilkan
inovasi, bukan bertujuan untuk bersaing dengan lembaga lainnya,” tambahnya.
“Diskusi ini bukan hanya merefleksi
Litbang pada periode sekarang saja, tapi mulai dari awal berdirinya. Tentang
apa saja yang telah dibuat Litbang, dan bagaimana hasil adaptasi terhadap
lingkungan sesuai perubahan dan merespon kondisi yang ada, apa betul program
yang dahulu benar-benar dalam satu napas. Kita memang berbeda dengan perguruan
tinggi, selain science Litbang mampu mendorong membangun inovasi teknologi
untuk masyarakat. Kebijakan kementan harus di kawal inovasi sosial, ekonomi dan
kebijakan teknologi,” tegas Syakir.
Viva Yoga mengatakan biasanya negara yang baju inovasinya menganggarkan
5-10 PDB, sedangkan Inonesia hanya 0,1 persen. “Butuh perjuangan untuk merubah postur anggaran untuk Litbang
Pertanian, karena Kementan menganggarkan untuk litbang terkadang banyak,
terkadang sedikit. Tahun 2010 dan 2014 anggaran diatas 10 persen dari total
anggaran Kementan, sekarang 6,2 persen. Inovasi ini penting dalam mengembangan
produsi dan produktivitas pertanian. balitbang perlu dikembangkan bukan hanya
sisi inovasi benih atau bibit tapi alsintan, karena sebagian besar alsin kita
impor. Padahal proses pembuatan lebih mudah,” tambahnya.
Dari sisi inovasi menurut Viva Yoga Inovasi alsintan Inonesia tidak
kalah, namun secara bertahap harus punya sisi kebersamaan stake holder untuk
mengembangkan inovasi pertanian. Perlu adanya kebijakan seluruh produk inoasi
harus diturunkan dalam kebijakan pertanian, itu penting dalam rangka membangun
kebanggaan, produksi dan produktivitas. “Kalau
tidak, kita akan dianggap negara yang bodoh. Dalam proses ini bagaimana hasil
inovasi produksi dan temnologi diturunkan kementan juga di sebar ke masyarakat
petani,” tegasnya.
Utama Kayo, mengatakan bahwa inovasi di dewan riset Indonesia, negara
tetangga tidak akan takut. sebarapa banyak hasil penelitian yang di
dokumentasikan atau balai-balai mereka tidak akan takut. Yang ditakutkan negara
lain apabila hasil inovasi untuk membangun negeri ini berjalan baik, makanya
dalam ketakutannya timbul akal agar mereka agar Indonesia tidak menggunakan
hasil inovasinya. “Betapa pentingnya
hasil inovasi bagi semua sektor perekonomian,” tambahnya.
“Bagaimana kita membawa hasil
inovasi kepada dunia usaha, ini menjadi tantangan. Dalam program hilirisasi,
saya harus meyampaikan kepada pelaku usaha mengenai hasil riset dan kebutuhan
dunia agar bisa menambah nilai keekonomian. Jadi mekanisasi harus ada, karena
manusianya sedikit dan lahan kita sangat luas, ini tantangan yang harus
diperhatikan,” ujar Utama Kayo.
Dalam kritikannnya, Rusman Heryawan mempertanyakan hasil penelitian
Litbang sebelumnya apakah masih ada atau semakin meluas diadopsi masyarakat,
atau malah melupakan yang lama dan memunculkan yang baru?. “Penelitian terdahulu harus terus di kembangkan, silahkan memakai dan
mengganti nama yang lain, maka penelitian yang lama juga harus dijaga dan
diperluas. Kita belum bisa mengangkat value change produk Litbang dan belum how
to market. Harus bisa mengangkat value change produk litbang agar pemanfaatanya
bisa maksimum,” tegasnya.
Selain itu, Litbang harus bisa mengkomunikasikan produk Litbang agar bisa
diterima petani yang jumlahnya sangat banyak serta dunia usaha. “Litbang harus mengembangkan dan mencari,
model bisnis apa yang dibisa dikembangkan di Litbang,” ujar Rusman.
Sementara Irspektorat Jenderal Kementan, Justan Riduan Siahaan mengatakan
banyak warga negara Cina yang bertani di Indonesia, secara politik ini
seakan-akan kita impor petani, saya tidak tahu ini sengaja atau tidak sengaja.
Saya tidak mengerti ini tugasnya siapa.
“Kalau kita tidak punya petani,
mimpilah menjadi lumbung pangan dunia tahun 2045. Maka bagaimana kita
menciptakan anak didik yang mau jadi petani. Lahan kita memang kurang, dengan
teknologi 9 juta hektar, siapa yang bisa memepertahankan kesuburannya?. Ini peran
ini yang sangat penting,” tegas Justan.
Editor :
Y.A. Yahya
Sumber Foto dan News : www.nusakini.com