DIOLUHTAN. Jakarta - Ketua umum
Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Drh. Irawati Fari mengatakan, usaha obat
hewan tahun 2016 ini diperkirakan tidak sesuai dengan prediksi yang diungkap
dalam seminar nasional bisnis peternakan tahun 2015 yaitu naik sebesar 7-10%. "Realisasinya diperkirakan tahun 2016 ini tumbuh minus," ujar Irawati pada Seminar
Nasional Bisnis Peternakan yang diselenggarakan ASOHI Rabu lalu (23/11/2016) di
Menara 165 Jakarta.
Krissantono, Hudian, Arief, Wira Kusuma, Andi Wijanarko
Berdasarkan data yang dikumpulkan organisasi ASOHI, pihaknya melihat pertumbuhan pasar obat hewan untuk ayam petelur diperkirakan naik 10 %, untuk broiler stagnan, sedangkan untuk peternakan sapi minus dan babi stagnan. Namun demikian menurut data GPMT produksi pakan ternak masih tumbuh sekitar 8%.
Teguh Boediyana, Sauland Sinaga, Irawati dan moderator Harris P
Seminar Nasional
Bisnis Peternakan merupakan seminar nasional tahunan yang diselenggarakan
oleh Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) setiap
menjelang akhir tahun. Seminar menghadirkan pembicara-pembicara tingkat
nasional, yaitu para pimpinan asosiasi bidang peternakan serta pembicara tamu
yang kompeten di bidang ekonomi makro.
Pembicara sesi pertama disi oleh Dirjen Peternakan Drh. Ketut Diarmita, Pimpinan Bank Indonesia Dr. IGP Wira Kusuma, Ketua Umum GPPU Krissantono, Pimpinan GPMT Hudian Pramudyasunu, Wakil Sekjen Pinsar Dr. Arief Karyadi, dengan moderator Haryono Jatmiko. Sesi kedua tampil Ketua Umum PPSKI Ir. Teguh Boediyana, Ketua Umum AMI Dr Sauland Sinaga, Ketua Umum ASOHI Irawati fari dengan moderator Harris Priyadi. "Seminar kali ini Dr Wira Kusuma hadir menggantikan Dr Juda Agung, selaku Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, yang menyajikan perkembangan ekonomi makro tahun 2016 dan prediksi 2017. Dari presentasi Bank Indonesia, peserta dapat memperoleh gambaran mengenai perkembangan ekonomi makro dan prediksi ke depan sehingga bisa melakukan perencanaan bisnis lebih baik," kata Ketua Panitia Andi Wijanarko yang juga pengurus ASOHI Pusat.
Pembicara sesi pertama disi oleh Dirjen Peternakan Drh. Ketut Diarmita, Pimpinan Bank Indonesia Dr. IGP Wira Kusuma, Ketua Umum GPPU Krissantono, Pimpinan GPMT Hudian Pramudyasunu, Wakil Sekjen Pinsar Dr. Arief Karyadi, dengan moderator Haryono Jatmiko. Sesi kedua tampil Ketua Umum PPSKI Ir. Teguh Boediyana, Ketua Umum AMI Dr Sauland Sinaga, Ketua Umum ASOHI Irawati fari dengan moderator Harris Priyadi. "Seminar kali ini Dr Wira Kusuma hadir menggantikan Dr Juda Agung, selaku Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, yang menyajikan perkembangan ekonomi makro tahun 2016 dan prediksi 2017. Dari presentasi Bank Indonesia, peserta dapat memperoleh gambaran mengenai perkembangan ekonomi makro dan prediksi ke depan sehingga bisa melakukan perencanaan bisnis lebih baik," kata Ketua Panitia Andi Wijanarko yang juga pengurus ASOHI Pusat.
Ia menambahkan,
seiring dengan terjadinya perubahan struktur bisnis di dunia peternakan, maka
panitia sepakat seminar kali ini mengangkat tema "Menghadapi Perubahan
Struktur Bisnis Peternakan yang Dinamis”. Sejumlah masalah aktual di sektor
bisnis perunggasan, peternakan sapi perah, sapi potong dan juga peternakan babi
menjadi bahasan yang menarik, antara lain vonis KPPU terhadap perusahaan
feedlot yang disusul vonis ke perusahaan pembibitan unggas, impor daging kerbau
dari India, gejolak harga ayam dan telur yang merugikan peternak, larangan AGP
dan sebagainya.
Kepatuhan
GPPU
Berbeda
dengan seminar tahun-tahun lalu dimana GPPU menyampaikan data secara detail,
seminar kali ini Ketua Umum GPPU Krissantono yang menyampaikan informasi 3
halaman. "Ini tidak seperti
biasanya. Ada apa dengan GPPU?" tanya moderator seminar Drh Haryono
Jatmiko.
Sekitar 200 peserta dari berbagai daerah
Menanggapi
pertanyaan moderator, Krissantono dalam presentasinya menyampaikan "kegalauannya" tentang situasi
perbibitan unggas pasca vonis KPPU yang dirasa sangat tidak adil. "Di
bulan September tahun lalu, kami rapat dari habis maghrib sampai malam untuk
membahas situasi perunggasan bersama Dirjen PKH (saat itu Prof Muladno). Jam 11
malam kami dipaksa untuk tanda tangan melakukan afkir dini parent stock. Kami
dengan berat hati patuh pada pemerintah untuk melakukan akfir dini. Namun
justru kepatuhan kepada pemerintah membuat kami divonis sebagai kartel. Ini
sungguh aneh," ujar Krissantono menyampaikan uneg-unegnya.
Saat
ini GPPU menjadi sangat hati-hati menyampaikan data, karena data yang kami
kumpulkan, bisa jadi membuat kami dianggap melakukan persekongkolan. "Itu sebabnya pada seminar kali ini
kami tidak menyajikan data secara detal," ujar krissantono disambut
tawa hadirin.
Meski iklim usaha
tidak kondusif, Krissantono menegaskan, prospek Perunggasan th 2017 masih cukup
baik mengingat konsumi daging ayam dan telur masih rendah dibanding Negara
Asean. "Konsumsi per Kapita per
tahun Daging Ayam masyarakat Indonesia berkisar 9 – 10 Kg, jadi
perunggasan masih punya potensi untuk dikembangkan," ujarnya.
Pertumbuhan
perunggasan nasional berkisar antara 5-10 %, namun Krissantono wanti-wanti akan
berbagai tantangan tahun depan, antara lain dengan kabar bahwa Brasil menang di
WTO sehingga negara tersebut akan bisa memasukkan daging ayam ke
Indonesia. "Karena itu
Pemerintah, Asosiasi, Perusahaan dan Peternak harus duduk bersama untuk bisa
membuat solusi bersama demi kemajuan Perunggasan di
Indonesia," ujarnya. Ia mengusulkan agar kebijakan pemerintah lebih komprehensif
atau terpadu dalam suatu Roadmap Perunggasan antara lain, perencanaan
raw material (jagung dll), penyusunan perkiraan Supply Demand secara
cermat, serta perlunya Payung Hukum penerapan UU PKH dan UU Pangan,
dikaitkan dengan pelaksanan UU No. 5 tahun 1999 tentang persaingan usaha.
Tahun 2017
Positif
Senada dengan
Ketua GPPU, Pengurus GPMT, Hudian
Pramudyasunu maupun Ketua Umum ASOHI Irawati Fari memprediksi
tahun 2017 perunggasan secara umum akan tumbuh positif. Sementara
itu menurut Ketua PPSKI Teguh Boediyana, usaha peternakan sapi perah maupun
sapi potong tahun depan kurang bergairah. Peternakan sapi perah kemungkinan
akan tumbuh minus karena iklim usaha yang kurang kondusif bagi peternak sapi
perah, dimana tidak ada lagi perlindungan bagi peternak sapi. Demkian pula
dunia sapi potong, pemerintah sudah memasukan daging kerbau India yang
berpengaruh pada menurunnya gairah peternak sapi.
Irawati
mengatakan, perunggasan masih cukup menjanjikan, antara lain ditandai dengan
ekspansi beberapa pelaku usaha peternakan dan pakan ternak. Namun
karena setiap tahun jumlah perusahaan obat hewan bertambah sekitar 10
perusahaan, maka persaingan perusahaan obat hewan makin ketat. Ia menyarankan
perusahaan obat hewan mulai serius menggarap pasar ternak sapi, kambing, domba,
babi, pet animal dan juga akuakultur.
Adapun mengenai
isu AMR (Antimicroba Resistance) yang disertai rencana pelarangan AGP
(Antibiotic Growth Promoter), Ira mengatakan , ASOHI terus melakukan berbagai
macam kajian dan diskusi dengan pemerintah agar kebijakan tersebut dapat
dilakukan secara bertahap dan diterima semua pihak, jangan sampai merugikan
industri peternakan.
Editor : Y. A. Yahya
Sumber
: www.majalahinfovet.com/2016/