DIOLUHTAN. Pengembangan peternakan
sapi perah memiliki banyak tahapan yang dilalui dan setiap tahapan itu harus
dikelola dengan baik agar berhasil. Peternak perlu proaktif dan selalu mencari
peluang peningkatan di setiap tahap produksi. Aspek yang penting untuk
diperhatikan adalah pakan dan nutrisi, reproduksi, kesehatan, dan manajemen
pemerahan. Aspek genetik merupakan aspek lainnya yang tidak terlihat namun
memiliki peran dalam meningkatkan produktivitas sapi perah di masa yang akan
datang.
Yusran, penyuluh peternakan Kab. Bone bersama sapi simmental hasil produksi "pucak teaching farm" Sulsel (foto : yoush)
Peternak mungkin membayangkan bahwa aspek ini sulit dilakukan dan
memerlukan teknologi serta biaya yang tinggi. Mungkin untuk taraf penelitian
memang seperti yang dibayangkan, dan membutuhkan kemampuan analisa dan akademik
yang baik, namun ada sisi lain yang dapat disederhanakan dan dilakukan oleh
peternak dalam upaya meningkatkan potensi genetik sapi perah.
Semua
yang terlihat dari penampilan (performa) sapi perah dikendalikan oleh kode
genetik tertentu, diantaranya produksi susu, lemak, dan protein, reproduksi,
efesiensi pakan, lama hidup, kemampuan beranak, dan resistensi terhadap
penyakit seperti mastitis, serta sifat konformasi tubuh seperti bentuk ambing,
kaki dan pertulangan. Karena Penampilan ternak sapi perah dimunculkan dari
potensi genetik dan lingkungan serta interaksi antara potensi genetik
dengan lingkungan, maka memungkinkan bagi peternak untuk memodifikasi
penampilan ternaknya menjadi lebih baik.
Pertanyaan
yang haris dijawab peternak terkait dengan peningkatan genetik ternak, yaitu
Apa pentingnya memahami genetik pada ternak? Jika setiap aspek dari penampilan
sapi perah berada dibawah kontrol kode genetik tertentu, adakah cara agar
mendapatkan manfaat dari informasi genetik?
Pentingnya
Genetik Ternak
Jawaban
untuk pertanyaan pertama, adalah pemahaman genetik hanya menjadi penting
apabila peternak menginginkan peningkatan penampilan (performa) ternak sapi
perah di masa depan dan bukan hal yang secara instan membuat ternak menjadi
lebih baik dengan waktu yang pendek. Apabila peternak menginginkan sapi-sapi dara
yang akan dijadikan pengganti bagi sapi betina yang majir dan tidak produktif,
memiliki penampilan produksi yang lebih baik, maka kesabaran dan komitmen dalam
melakukan pencatatan produksi dan reproduksi ternak yang dipeliharanya akan
menajdi suatu hal yang mutlak dilakukan.
Perubahan
dan peningkatan genetik ternak pengganti (Replacement stock) terjadi
saat penentuan tetua untuk generasi selanjutnya berdasarkan sifat genetik yang
diharapkan mampu meningkatkan produksi ternak-ternaknya. Peternak perlu
memahami kebutuhan di peternakannya terlebih dahulu baru menetapkan sifat
genetik yang diharapkan untuk dikembangkan.
Data
produksi susu, reproduksi, atau efesiensi pakan pada betina serta data evaluasi
genetik terhadap semen beku pejantan sapi perah akan memberikan informasi
berharga bagi peternak. Informasi ini tentunya didapatkan melalui serangkaian
kegiatan rekording yang berkelanjutan dan terarah. Peternak perlu terlebih
dahulu memahami arti penting melakukan pencatatan bagi kemajuan usaha peternakan
sapi perahnya dimasa yang akan datang, dengan demikian peternak dapat
menetapkan seleksi genetik terhadap pejantan dan betina yang akan menjadi tetua
bagi sapi-sapi dara pengganti untuk generasi selanjutnya.
Memanfaatkan
Informasi Genetik
Seperti
yang telah diketahui sebelumnya, bahwa penampilan ternak dimunculkan dari
potensi genetik, lingkungan, dan interaksi potensi genetik dengan lingkungan.
Sehingga Informasi terhadap potensi genetik dan lingkungan perlu dicatat dan
dipahami oleh peternak. Potensi genetik yang umumnya terlihat dan dicatat
peternak adalah produksi susu, sedangkan mengenai lingkungan seperti
perkandangan dan pola pemeliharaan (seperti pemberian pakan, obat-obatan
dan manajemen pemerahan) belum tersentuh oleh pencatatan.
Peran
lingkungan dalam memunculkan potensi genetik ternak sangat besar. Pola
pemeliharaan dalam pemberian pakan, ternak dengan potensi genetik yang sama
baiknya namun dipelihara dengan pola pemberian pakan yang berbeda maka hasil
produksi susunya akan berbeda, selang beranaknya akan berbeda dan hasil yang
diperoleh secara ekonomi juga akan berbeda.
Ternak
yang diberikan pakan dengan nutrisi yang cukup tentunya akan lebih baik
dibandingkan dengan ternak yang diberikan pakan dengan kekurangan nutrisi.
Kondisi seperti ini harus dipahami terkebih dahulu oleh peternak apabila ingin
melakuan peningkatan potensi genetik ternaknya. Sehingga informasi mengenai
lingkungan yang sesuai dengan kondisi spesifik peternakan perlu dikumpulkan dan
dipahami secara baik oleh peternak. Karena mungkin saja, informasi-inormasi
tersebut antara satu peternakan dengan peternakan lain berbeda.
Pada
umumnya informasi genetik berupa produksi susu dijadikan acuan dalam
penyeleksian dibandingkan selang beranak. Hal ini dimaklumi karena produksi
susu berkaitan langsung dengan pendapatan peternak dilapangan. Data mengenai
produksi susu lebih mudah diperoleh dibandingkan data selang beranak.
Apa
yang dilakukan Peternak dengan data produksi susu tersebut?. Pada umumnya
peternak menggunakan data tersebut untuk mengambil uang penjualan susu kepada
koperasi. Apabila paradigma tersebut diubah, bahwa data tersebut bukan hanya
sebagai data penjualan susu tetapi juga sebagai dasar untuk melakukan seleksi,
maka proses peningkatan genetik dapat dilakukan di level peternak.
Sebagai
ilustrasi, disuatu peternakan rakyat terdapat ternak sebanyak lima ekor dengan
produksi susu selama laktasi (305 hari) adalah sebagai berikut: Sapi A (3.660
ltr); Sapi B (3.965 ltr); Sapi C (3.050 ltr); Sapi D (3.355 ltr); dan Sapi E
(2.745 ltr). Peternakan tersebut memberikan pakan yang kandungan nutrisinya
cukup dan dengan sistem perkawinan IB yang menggunakan semen beku pejantan sapi
perah unggul. Diagram yang menunjukkan produksi susu di perternakan ditunjukan
seperti dibawah ini.
Berdasarkan
diagram tersebut, maka terlihat ada dua ekor sapi yang produksinya berada
dibawah rataan, yakni Sapi C dan Sapi E. Informasi ini tentunya dapat dijadikan
dasar bagi peternak untuk melakukan penyingkiran (culling) bagi ternak
tersebut, dan menggantinya dengan ternak betina lain yang memiliki nilai
produksi di atas rataan atau menggunakan anak betina dari sapi B yang memiliki
nilai produksi paling besar. Sehingga produksi susu total dipeternakan tersebut
semakin lama semakin baik, dengan catatan peternak mengendalikan lingkungan
peternakannya. Ilustrasi tersebut tentunya memberikan gambaran bahwa data yang
dioleh menjadi informasi dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan genetik
di suatu peternakan dan bisa dilakukan oleh peternak.
Peluang
Peningkatan Genetik
Peluang
peningkatan genetik sapi perah dari level peternak masih besar. Hal
tersebut didukung dengan program Uji Zuriat Nasional dan SISI (Sistem Informasi
Sapi Perah Indonesia) yang akan memberikan dukungan data. Banyaknya petugas
rekording dimasa depan serta Pengawas Bibit Ternak tentunya dapat memberikan
kontribusi untuk memperbesar peluang tersebut.
Negara-negara
yang maju di industri sapi perah, tentu melewati fase sebagaimana negara
Indonesia sekarang ini. Namun dengan sedikit mengubah cara pandang beternak
sapi perah yang berintegrasi dengan penerapan sistem seleksi genetik melalui
kontinuitas pencatatan, maka negara kita ini akan mampu memajukan peternakan
sapi perah.
Sumber News : www.agrobisnisinfo.com