Sebuah Surat Dari Seekor Kucing
Dikutip dari FB seorang penyayang kucing
Salam saudaraku….
Maaf apabila tulisanku ini mengganggumu. Namun aku tidak bisa bercerita
langsung kepada kalian. Aku hanya bisa menulis di secarik kertas lusuh ini.
Kemarin aku sedang berjalan dan melihat temanku berlindung di sebuah
benda besar. Benda itu memiliki 4 roda, dan kelihatannya terbuat dari besi yang
sangat berat. Aku tidak tahu nama dari benda itu. Tapi benda itu telah membunuh
temanku.
Ketika benda itu mundur, temanku tertindih benda itu.
Benda itu pergi, lalu aku cepat-cepat lari menghampiri temanku. Aku
memanggilnya namun Ia hanya terdiam. Aku melihat darah keluar dari kepala dan
lehernya. Aku menjilati darah temanku sambil menangis sampai ada seorang
manusia yang mengubur temanku dan menyuruhku pergi dari tempat itu. Betapa
baiknya manusia itu. Aku tidak akan pernah melupakannya yang telah menolong
sahabatku.
Aku kembali berjalan dan melihat tempat sampah di depanku. Kalian
menyebutnya tempat sampah. Namun bagiku ini adalah tempat mencari makan.
Setidaknya kami tidak perlu membayar untuk mendapatkan beberapa potong ayam
basi. Oh, ternyata di tempat makan ini tidak ada makanan.
Aku terus berjalan sambil menelusuri setiap tempat sampah yang ada. Aku
lapar, namun aku hanya bisa mengais tempat ini. Andai saja sahabatku masih
hidup. Ia pasti akan sangat menghiburku.
Akhirnya aku mendapatkan sepotong ayam. Meskipun tinggal tulang, aku
sangat bersyukur. Namun tiba-tiba ada jantan lain yang mencakar punggungku dan
merebut makananku. Ya, kami memang harus bertengkar untuk mendapatkan makanan
dan seekor betina. Aku hanya merelakannya dan mengais tempat makan lainnya.
Aku menemukan ayam lagi, dan yang ini lebih besar! Aku sangat bersyukur
dan bahagia. Namun ada seorang manusia yang datang dan menendang kepalaku. Aku
langsung lari membawa ayam itu dan menikmatinya di tempat yang aman.
Kepalaku masih terasa sakit sekali karena tendangan manusia tadi. Namun
aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanyalah seekor kucing yang tidak disukai
banyak manusia.
Terkadang aku berfikir bahwa menjadi manusia enak sekali. Kalian bisa
mencari makanan yang layak dan bergizi. Kalian juga bisa hidup bersama sebagai
keluarga.
Aku pulang dengan menenteng sisa ayam di mulutku. Ya, aku sengaja
menyisakan ayam tadi untuk anak dan istriku tercinta.
Begitu sampai, istriku bilang bahwa anak kami dipisahkan dari kami oleh
seorang manusia. Istriku tidak tahu kemana anak-anak kami dibawa. Kami hanya
bisa menangis. Layaknya kalian, kami juga ingin melihat anak kami tumbuh besar
dan sehat. Namun itu hanya tinggal impian semata.
Terkadang aku merasa iri dengan kucing-kucing yang dipelihara oleh
manusia. Mereka mendapatkan kasih sayang yang besar dan makanan yang layak.
Namun kucing-kucing itu adalah bule yang bulunya panjang, lebat, dan halus. Ya
aku sebagai kucing kampung hanya bisa melihat mereka dari jauh.
Dan kebanyakan kucing ras lebih banyak disukai oleh manusia, ketimbang
kami kucing kampung, ya kami akui kungkin karena kami kotor dan tidak lucu,
tidak seperti mereka kucing ras,
Baca Pula : ISIS keluarkan Fatwa soal Kucing
Baca Pula : ISIS keluarkan Fatwa soal Kucing
Jika aku harus berhenti dan mengais pada setiap tempat sampah, kucing
peliharaan hanya tinggal berteriak kelaparan dan majikannya akan memberi
makanan.
Pernah suatu waktu aku berusaha mencicipi makanan mereka, namun aku
ditimpuk dengan batu oleh majikan mereka.
Ketika melihat manusia makan ikan, aku menghampirinya. Aku berharap
mereka akan memberikan rasa iba terhadapku.
Namun aku ditendang lagi. Rasanya sangat sakit. Aku langsung pergi dan
hanya bisa berdoa agar manusia itu segera berubah.
Kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan, namun mengapa kalian begitu benci
terhadap kami? Ya, tubuh kami penuh luka dan menjijikan. Kami memang harus
berjuang demi anak-anak dan istri kami. Memang bukan dengan pergi ke kantor,
tapi dengan mencari makanan. Mengapa kalian begitu angkuh terhadap kami?
Padahal kami tidak pernah menendang atau membalas semua perbuatan kalian.
Sekarang, aku mau menyebrang. Ini bertaruh antara hidup dan mati. Begitu
banyak benda yang mirip dengan pembunuh temanku. Jika aku tidak selamat dalam
penyebrangan ini, aku hanya bisa berharap anak-anak dan cucu-cucuku mendapat
perlakuan yang layak dari kalian.
Biar aku saja yang menerima perlakuan malang ini. Tolong jaga dan kasihi
keturunanku ya manusia. Semoga dengan surat ini kalian tahu seberapa besar
penderitaan kami.
Selamat tinggal dan terimakasih karena sudah membaca suratku.
Sumber : okezone.com