DIOLUHTAN. Jumlah serangan kasus avian influenza (AI) atau flu burung mengalami tren
peningkatan. Tim Technical Support Medion mencatat, selama tiga bulan ditahun
ini sudah ada 141 laporan kasus AI pada ayam komersial. Sementara di 2015 yang
lalu tercatat ada total 192 laporan kasus AI yang menyerang ayam komersial di
Indonesia. Ini artinya kemungkinan besar total kasus AI di 2016 akan meningkat
drastis dibanding 2015. Apa penyebabnya?
Musim Hujan, Virus AI Bertahan
Lama di Lingkungan
Musim hujan secara tidak langsung menjadi salah satu penyebab
meningkatnya serangan AI di lapangan. Hal ini karena selama musim hujan atau
kemarau basah, virus AI mampu bertahan lama di lingkungan akibat kondisi
kelembabannya yang tinggi. Selain itu, selama musim hujan, debit air juga
meningkat. Air merupakan media yang disukai virus AI untuk berpindah tempat,
kemudian menginfeksi ayam. Virus AI diketahui masih bersifat infektif (bisa
menginfeksi) dalam air yang tergenang selama 4 hari pada suhu 220C. Virus AI
juga akan bertahan dalam periode yang lebih lama lagi jika berada pada daerah
atau lahan dingin (Stallknecht et al., 1990).
Sudah bukan rahasia lagi bahwa virus AI memiliki karakteristik dasar
mudah berubah. Seperti yang dilaporkan oleh tim R&D Medion bahwa di 2015
yang lalu virus AI clade 2.1.3 telah membentuk 2 sub grup baru. Sedangan AI
clade 2.3.2 yang kemunculan awalnya diketahui hanya membentuk 1 sub grup,
sekarang sudah membentuk 8 sub grup.
Dari keseluruhan sub grup tersebut juga berhasil diidentifikasi adanya
virus AI clade 2.1.3 maupun 2.3.2 yang tergolong sangat ganas karena dengan
titer yang sedikit sudah mampu untuk menimbulkan infeksi pada unggas. Saat ini
pun serangan AI clade 2.3.2 dan gabungan antara clade 2.1.3 & 2.3.2 lebih
mendominasi dibanding clade 2.1.3 (lihat Tabel 1). Dengan demikian, penggunaan
vaksin yang homolog dengan virus lapangan (AI clade 2.3.2) dalam program
vaksinasi AI dinilai menjadi suatu keharusan agar perlindungan yang dimiliki
ayam lebih optimal.
Vaksinasi Belum Tepat
Menurut laporan tim tenaga lapangan Medion (2016), dari seluruh laporan
kasus AI pada peternakan broiler (ayam pedaging), baru sekitar 36,36% peternak
broileryang sudah melakukan vaksinasi AI pada ternaknya. Sisanya belum
melakukan vaksinasi karena pertimbangan waktu pemeliharaan yang singkat. Ayam
yang belum divaksin inilah yang sangat rentan terserang AI dengan tingkat
keparahan/kematian yang tinggi.
Sedangkan pada peternakanlayer(ayam petelur), sebagian besar peternak
sudah menjalankan vaksinasi AI. Layeryang mendapatkan vaksinasi AI ditambah
dengan program vaksinasi ulangan (booster vaccination) yang tepat cenderung
lebih tahan terhadap infeksi. Kalaupun ayam yang telah divaksin baik
broilermaupun layer tetap terserang AI (karena tantangan virus lapangan sangat
tinggi), maka tingkat kematian yang muncul rata-rata tidak terlalu tinggi yaitu
< 10% (Tech. Support Medion, 2016). Tingkat kematian bisa sangat tinggi
mencapai = 50% apabila jadwal vaksinasi ulang AI tidak tepat, vaksin tidak
homolog atau ayam berada dalam kondisi imunosupresi serta mengalami komplikasi
dengan penyakit lain seperti ND, Gumboro, atau colibacillosis.
Pengendalian AI
Guna mengendalikan AI, sudah sepatutnya kita meningkatkan kekebalan tubuh
ayam melalui vaksinasi yang tepat. Program vaksinasi AI sebaiknya disusun
berdasarkan sejarah kasus di daerah setempat dan berdasarkan data monitoring
titer antibodi. Jika peternak jeli mengamati hasil uji titer AI, maka saat
ditemukan adanya gambaran titer yang berbeda dari baseline, peternak akan tahu
kapan waktu yang tepat untuk vaksinasi ulang dan hal ini berfungsi sebagai
peringatan dini (early warning system).
Gunakan vaksin AI yang homolog dengan virus lapangan agar perlindungannya
lebih optimal. Medivac AI Subtipe H5N1 2.3 bisa menjadi solusi tepat untuk
pengendalian AI ini. Dari hasil uji coba (trial) dilaporkan vaksin tersebut
optimal melindungi unggas dari serangan virus AI H5N1 clade 2.1.3 dan 2.3.2.
Selain dengan vaksinasi, untuk mencegah serangan AI kita juga perlu
menerapkan biosekuriti secara ketat (membatasi lalu lintas orang dan kendaraan
yang masuk ke area peternakan, menerapkan 3 zona yaitu zona bersih, transisi,
dan kotor), melakukan manajemen pemeliharaan yang baik, serta selalu menjaga
daya tahan tubuh ayam melalui pemberian pakan berkualitas dan multivitamin.
Editor :
Y.A. Yahya
Sumber : www.trobos.com