Prof. Dr. Suherni Susilowati, M.Kes, drh dalam pidatonya pada pengukuhan
guru besar UNAIR yang dilaksanakan pada Sabtu (27/8). (Foto: UNAIR NEWS)
DIOLUHTAN - Ketersediaan pangan termasuk yang berasal dari hewan, terus
menjadi tantangan bagi Indonesia. Tantangan tersebut salah satunya adalah soal
keberhasilan inseminasi buatan atau kawin suntik. Inseminasi buatan ini
merupakan alternatif pilihan yang dapat digunakan dalam mempercepat program
peningkatan kualitas bibit ternak dan mempermudah penyebaran bibit ternak,
termasuk ternak kambing dan domba.
Latar belakang penelitian itulah yang disampaikan Prof. Dr. Suherni
Susilowati, M.Kes, drh dalam pidatonya pada pengukuhan guru besar UNAIR yang
dilaksanakan pada Sabtu (27/8). Prof. Suherni dikukuhkan sebagai Guru Besar
bidang Ilmu Inseminasi Buatan pada Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Ia
menyampaikan naskah pidato dengan judul “Potensi Frozen Semen pada Kawin Suntik
Kambing Sebagai Upaya Memenuhi Kebutuhan Protein Hewani”.
Menurutnya, salah satu faktor pendukung dalam upaya mengoptimalkan
program inseminasi buatan pada ternak kambing adalah tersedianya semen beku
yang memenuhi standar minimal. Dari penelitian yang ia hasilkan, semen yang
dibekukan ternyata mudah mengalami kerusakan sehingga perlu ditambahkan protein
Insulin Like Growth Factor-I Complex dalam medium bahan pengencer sehingga
dapat menekan kerusakan semen.
Dalam pidatonya Prof. Suherni mengatakan, peningkatan suplai daging
kambing baik secara langsung maupun tidak langsung, akan mengurangi tekanan
terhadap pemotongan sapi potong produktif sekaligus mengurangi jumlah impor
daging sapi.
Sampai saat ini, berbagai teknologi telah diciptakan dan telah
dipergunakan untuk meningkatkan efisiensi reproduksi ternak. Inseminasi buatan
merupakan awal pemakaian bioteknologi reproduksi pada hewan jantan. Selain itu,
keuntungannya adalah peternak tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan
pejantan dan dapat memperbaiki kualitas genetik dalam waktu yang relatif
singkat. “Salah satu faktor pendukung dalam upaya mengoptimalkan program
inseminasi buatan atau kawin suntik pada ternak kambing adalah tersedianya
semen beku yang memenuhi standar minimal. Saat ini sangat sulit untuk
mendapatkan semen beku kambing yang memenuhi standar minimal yang layak
digunakan dalam program inseminasi buatan,” tutur Prof. Suherni.
Menurut Prof. Suherni, penyebab hal tersebut adalah proses pembekuan yang
menyebabkan kerusakan fungsi maupun struktur membran dan kemampuan spermatozoa
untuk mempertahankan hidup. “Untuk mengefisiensikan reproduksi kambing sehingga
terjadi peningkatan populasi ternak kambing di Indonesia dimana tercapainya
kebutuhan protein hewani perlu mengetahui peran dari protein Insulin Like
Growth Factor-I Complex,” ujarnya.
Insulin Like Growth Factor I berperan terhadap pengaturan fungsi
spermatozoa sebelum dan sesudah ejakulasi terutama dalam meningkatkan motilitas
dan kapasitasi.
Sumber : Unair News