Dalam upaya membangun pertanian berkelanjutan. Menteri Pertanian (Mentan)
Andi Amran Sulaiman telah mengeluarkan enam terobosan.
Mentan Amran mulai 2015 membuat terobosan baru kebijakan. Pertama,
membuat regulasi baru dan merevisi regulasi yang menghambat. Kedua, membangun
infrastruktur besar-besaran 2,6 juta hektar irigasi tersier. Ketiga,
memperbaiki atau optimasi lahan 932 ribu hektar. Empat, mekanisasi dengan
bantuan 80.000 alat mesin pertanian (alsintan). Kelima, mendorong investasi dan
hilirisasi. Keenam, tata niaga serta ketujuh, mengendalikan impor dan mendorong
ekspor.
Kebijakaan dan program tidak berhenti di tahun 2015, namun terus
dilanjutkan pada 2016 dan selanjutnya sesuai tahapan dan skala prioritas. Skala
prioritas 2016 adalah mencetak sawah 200 ribu hektar, mekanisasi dengan lebih
dari 100.000 unit alsintan, alih teknologi benih unggul padi 4,5 juta hektar,
jagung 1,5 juta hektar dan kedelai 750 ribu hektar dan rehabilitasi irigasi
tersier 467 ribu hektar serta impor 25 ribu sapi indukan.
"Berbagai kebijakan dan pogram ini terbukti telah memberikan hasil
nyata pada pembangunan pertanian. Hasilnya, pertama, program mempersenjatai
petani dengan alsintan telah mampu menghemat biaya produksi, efisiensi tenaga
kerja dan mengurangi lossis. Dampaknya produktivitas padi naik dari 5,14 ton/ha
tahun 2014 menjadi 5,34 ton/ha tahun 2015. Produktivitas tenaga kerja juga
meningkat seiring dengan mekanisasi pertanian," kata Amran dalam siaran
persnya, Jumat (20/5/2016).
Kedua, memperbaiki unsur pendukung (supporting-system) dan manajemen cara
membangun dengan cara penguatan kelembagaan petani, kapasitas SDM dan aparat,
kualitas riset dan pemanfatannya, program dirancang secara sistemik dan massif
dan setiap kegiatan dilaksanakan dengan output terukur. Selain itu, melalui
pengawalan program ketat melibatkan semua unsur termasuk penegak hukum,
pemantauan secara harian/mingguan, dan menerapkan system reward and punishment.
engan berbagai cara ini, hasil yang diperoleh yaitu luas tanam
meningkat, teknologi jajar legowo diterapkan, masalah di lapangan langsung
diselesaikan, birokrasi transparan, bersih dan melayani petani dan pemalsuan
pupuk diproses hokum serta penyelundupan dan impor illegal ditangkap atau
dimusnahkan.
Ketiga, pada upaya tata kelola air irigasi, Mentan Amran memegang prinsip
“tidak ada air berarti tidak ada kehidupan”. Upaya ini terbukti mampu mengatasi
lahan mengalami kekeringan. Berdasarkan hasil kunjungan kerja lebih dari 300
kabupaten, dijumpai 3,35 juta ha lahan membutuhkan air.
Untuk menjamin tata kelola air agar terus mengurai kekeringan, Mentan
membangun sinergisme dengan Menteri PUPR dan Menteri LHK serta menetapkan
prioritas 2017-2019 revitalisasi irigasi dan sumber air. Hal ini ditempuh
dengan cara membangun atau memperbaiki jaringan irigasi tersier dan pompanisasi
20 ribu unit/tahun untuk melayani air padasawah irigasi 4,76 juta ha. Selain
itu, membangun pintu-pintu air di Kalimantan, drainase di lahan rawa lebak
Sumatera. Mentan pun membangun embung di lahan tadah hujan, dam-parit, long-storage,
sumur dangkal, sehingga mampu melayani sawah non irigasi 3,35 juta ha
semula ditanami satu kali menjadi minimal dua kali (IP-200).
Tak heran, berkat terobosan baru Mentan dan didukung kerja keras semua
pihak, terbukti terjadi peningkatan produksi pangan. El Nino 2015 yang
cenderung lebih kuat dari tahun 1997 juga tidak berpengaruh secara signifikan.
Yang terjadi malah produksi padi petani meningkat dan tertinggi dalam kurun
waktu 10 tahun terakhir. Data BPS (Angka Sementara 2015), menyebutkan produksi
75,36 juta ton GKG naik 6,37 persen dibandingkan tahun 2014.
Sehingga, setelah sukses melewati El-nino 2015, kini sedang panen raya
padi Maret-Mei 2016 dengan menghasilkan produksi 30,9 juta ton gabah kering
giling setara 19,5 juta ton beras. Padahal kebutuhan konsumsi beras nasional
selama tiga bulan hanya 7,98 juta ton. Hal ini menunjukkan terjadi surplus
pasokan beras.
Peningkatan produksi dan produktivitas ini telah dinikmati petani
manfaatnya. Ini terbukti dari Usaha pertanian semakin membaik berdasarkan data
BPS bahwa NilaiTukar Usaha Pertanian (NTUP) nasional 2015 sebesar 107,44 naik
1,40 dibandingkan 2014 sebesar 106,04.
Di sisi lain, panen padi melimpah ini berdampak pada perekonomian
keseluruhan. Kepala BPS, Suryamin (2/5/2016) pada April 2016 terjadi deflasi
sebesar 0,45 persen. Hebatnya, penyumbang terbesar deflasi ini adalah
dari kelompok pangan yang mencapai angka 0,94 persen. Kelompok penyumpang
berikutnya yakni perumahan dan kesehatan. Deflasi April ini paling tinggi
dibandingkan beberapa tahun lalu sejak tahun 2000.
Keempat, memberi kemudahan investasi di sektor pertanian dengan cara
merevisi regulasi terkait lahan, perijinan dan keringanan pajak. Hasilnya
diperoleh komitmen investor dalam negeri dan asing. Yaitu investor pada 15 Pabrik
Gula (PG) eksisting komitmen membuka lahan tebu seluas 300 ribu ha, investor 19
PG baru pada lahan 500 ribu ha dan empat investor mengembangkan 500 ribu
ha untuk jagung. Selain itu, sembilan investor pengembangan ternak di lahan 1
juta. Realisasi investasi tersebut saat ini adalah PG di Lamongan, PG di Dompu
dan investasi ternak sapi di Sumba Timur sudah siap diresmikan pada bulan Juni
2016.
Kelima, melalukan penanganan tata niaga terkait rantai pasok yang panjang
dan gejolak harga pangan. Ini diatasi Mentan dengan resep bisnis yaitu
“sedikit kali banyak”. Maksudnya sedikit keuntungan dikalikan banyak
pembeli dan bukan sebaliknya, sehingga 2016 dibangun minimal 1.000 Toko Tani
Indonesia (TTI) dengan membeli langsung ke petani dengan harga wajar dan menjual
langsung ke konsumen dengan harga lebih murah. Dengan demikian, dampaknya
adalah rantai pasok menjadi lebih pendek. Petani mendapat jaminan pasar dan
menikmati harga wajar, pedagang memperoleh normal profit dan konsumen
tersenyum.
Keenam, mengeluarkan kebijakan pengendalian impor dengan cara importasi
hanya dilakukan sesuai kebutuhan alias bukan keinginan. Kemudian, mendorong
ekspor komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kopi, sayur, buah-buahan dan
lainnya telah menunjukkan hasil. Sehingga trend impor pangan seperti bawang
merah, jagung dan lainnya menurun drastic dan ekspor pangan meningkat.
Dari berbagai capaian kebijakan dan program di atas, kebijakan dan
program Kementan 2015 hingga 2019 sudah on the track mengawal proses
transformasi struktural ekonomi. Hasil dari investasi infrastruktur seperti
membangun irigasi, membangun embung, dam-parit, long-storage, cetak sawah,
optimasi lahan, membuka kebun, maupun investasi yang bersifat soft-system,
kualitas riset, perbaikan manajemen, revolusi mental aparat dan SDM, penguatan
kelembagaan petani dan lainnya, tidak hanya berdampak jangka pendek. Yaitu
peningkatan produksi dan pendapatan petani, tetapi juga memperkokoh pondasi
pertanian jangka panjang.
Sebagai estafet pembangunan pertanian jangka panjang, kebijakan dan
program Kementan 2015 hingga 2019 perlu dilanjutkan pada 2020 hinnga 2024
dengan skala prioritas dan tahapan sesuai perkembangan kedepan. Di antaranya
fokus pada melanjutkan investasi infrastruktur, teknologi (riset), peningkatan
kapasitas SDM dan pemantapan kelembagaan petani. SUMBER
Editor : Yusran A. Yahya
Foto : FP Kementrian Pertanian