DIOLUHTAN. Khusus
untuk jagung, imbuhnya, target tersebut akan bersumber dari kawasan hutan di Provinsi
Jawa Tengah sebanyak 352.358 ton (29 persen), Jawa Timur 726.725 ton (60
persen), Jawa Barat 130.798 ton (11 persen) dan Banten 10.250 ton (1 persen).
“Sumbangan produksi jagung tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan jagung
nasional yang pada tahun 2016 diprediksi sebesar 20,22 juta ton. Sedangkan
Kabupaten Grobogan, luas lahan kawasan hutan yang berpotensi untuk ditanami
jagung dengan sistem tumpang sari seluas 21.670 ha dengan target produksi
86.683 ton,” katanya.
Sementara
itu, Menteri BUMN Rini M Soemarni menyatakan bahwa Harga Pembelian Pemerintah
(HPP) 2016 atas komoditi jagung sudah final, yakni ditetapkan sebesar Rp 3.200
per kg. Harga tersebut diharapkan memberikan multiplayer effect, tidak hanya
untuk meningkatkan kesejahteraan petani jagung, namun para peternak ayam dan
harga ayam jauh lebih murah dan stabil. “Tadi saya baru bicara dengan Pak
Menteri Pertanian, HPP jagung ditentukan Rp 3.200,” katanya.
Meski
begitu, Rini mengharapkan panen komoditi jagung di tingkat petani tetap terjaga
dan mampu memenuhi kebutuhan secara nasional. Namun, pemerintah terpaksa masih
impor jagung pada 2016 ini sebesar 3-4 juta ton untuk memenuhi kebutuhan jagung
secara nasional. Dipastikan, impor jagung pada awal 2016 lalu, dipastikan tidak
sampai menjatuhkan harga petani. Karena impor dibeli langsung oleh Bulog. “Bulog
kami harapkan bisa mendukung menstabilkan harga untuk padi, jagung dan kedelai.
Itu sebagai bentuk sinergi antara BUMN dalam ketahanan pangan. Kami juga terus
meminta Menteri Pertanian untuk terus bersinergi dan saling mendukung,”
katanya.
Targetnya,
imbuh Rini, komoditi jagung diharapkan tahun 2017 tidak lagi impor. Karena itu,
PT Sang Hyang Seri (Persero) diharapkan menyediakan bibit untuk petani dan bank
BUMN menyediakan kredit usaha rakyat (KUR). (ida)
Sumber : Radar Semarang