DIOLUHTAN – Banyaknya beras yang patah pada saat proses penggilingan bukan semata-mata
disebabkan buruknya kualitas mesin penggilingan. Dosen peneliti pupuk organik,
Universitas Hasanuddin, Marhamah Nadir, SP. M.si. PhD. mengungkapkan masalah
tersebut bias berasal dari tingginya kadar air yang ada dalam bulir gabah. “Petani
terlalu banyak menggunakan pupuk urea, urea bersifat menyerap air yang
mengakibatkan beras punya kadar air tinggi” Ungkap Marhamah, Kamis (25/3/2016)
di Makassar.
Marhamah
mengungkapkan, tingginya kadar air dalam gabah membuat bulir beras menjadi
rapuh dan mudah patah. “Setelah kering karena airnya hilang, gabah rapuh karena
memang bulirnya berisi air lebih banyak dari pada pati” tuturnya.
Menurut
dosen peraih gelar PhD. bidang bioteknologi ini, gabah dengan kadar air yang
bagus memiliki kandungan pati atau karbohidrat yang lebih banyak. Sehingga
tidak mudah patah pada saat proses penggilingan dan nilai rendemen menjadi
lebih tinggi.
Dirinya
menyarankan agar petani mengurangi penggunaan urea. Karena justru urea yang
berlebih akan meningkatkan kadar air dalam beras sehingga mudah rapuh.
Penggunaan pupuk organik dapat menjadi cara me-subtitusi pupuk urea.
“Di
urea (kadar) N Sampai 42%, Organik Cuma 1-2% tapi lengkap hara makro dan mikro
yang tidak ada pada urea dan kimia” terangnya.
Dirinya
mengakui kendala di petani adalah sulit untuk beralih ke penggunaan pupuk
organik. Akan tetapi, dapat dimulai dengan mengkombinasikan antara pupuk
organik dan pupuk kimia dengan persentase perbandingan 50:50.
“Dikombinasi
dulu, kurangi Pupuk kimia setengah dosis dan tambahkan organik untuk pupuk
dasar setengah dosis. Saya juga biasanya kombinasi pupuk organik cair atau
memakai jerami sisa panen untuk dibenamkan waktu olah tanah” Tutupnya. (Sumber Klik DISINI)
Editor : Y. A. Yahya