DIOLUHTAN. Biji
buah kakao ternyata tidak hanya bisa dibuat permen, minuman dan kue, tapi juga
bisa dibuat sabun padat. Bisa jadi sabun dari biji kakao kurang familiar di
telinga kebanyakan orang, tapi Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) di Jember sudah memroduksinya sejak
2009. Sabun padat dari dari biji kakao, dibuat dengan memanfaatkan lemak dari
kakao dengan kualitas rendah.
Biji kakao dengan kualitas bagus akan diolah
menjadi coklat dalam bentuk pasta maupun bubuk. Lemak dari biji kakao tersebut
dicampur dengan minyak kelapa, NaOH (Natrium Hidrosida), bahan emulsi dan
parfum. Minyak kakao sangat baik sebagai bahan sabun karena mengandung Vitamin
E yang berfungsi sebagai emolien. Emolien merupakan zat yang bermanfaat untuk
melembabkan dan melembutkan kulit, sehingga bisa mencegah pengerutan dan
penuaan kulit.
Jika
biji buah kakao bisa dijadikan bahan sabun, kulitnya ternyata juga bisa
dijadikan bahan sabun cair. Seperti diketahui, buah kakao terdiri dari kulit
buah, pulp, keping biji dan plasenta. Kulit buah kakao merupakan bagian
terbesar dari buah kakao. Buah kakao terdiri dari 75% kulit buah, 3% plasenta,
22% biji (Wahyudi, et. al., 2008).
Dengan demikian semakin meningkatnya
produksi biji kakao, mengakibatkan semakin meningkatnya kulit buah kakao yang
terbuang menjadi limbah. Limbah dari kulit buah kakao tersebut kini bisa diolah
menjadi sabun cair, dengan memanfaatkan KOH (karbon dioksida) yang dikandungnya.
KOH tersebut didapatkan dengan cara dibakar hingga menjadi abu, kemudian
dicampur dengan air dan disaring. Air
abu tersebut dipanaskan hingga membentuk kristal KOH sebagai bahan dasar.
Kristal KOH tersebut ditambahkan dengan bahan-bahan lain seperti; pembusa dan
emulsi, pewarna makanan dan parfum.
Fungsi utama KOH di sini adalah sebagai pengental dan pembunuh bakteri.
Sumber: Puslitkoka