DIOLUHTAN. Meski
Indonesia telah Merdeka selama 70 tahun, namun ketimpangan pembangunan,
termasuk bidang pertanian antar daerah yang berada di Pulau Jawa dan luar Pulau
Jawa masih banyak terjadi. Untuk mengatasi persoalan tersebut peran penyuluh
dan penyuluhan sangat penting.
Kepala
Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian kedua, Syamsuddin Abbas
mengatakan, pembangunan mengisi kemerdekaan telah berjalan sesuai perjalanan
waktu. Hasilnya ada yang menggembirakan. Adapula yang menyedihkan. Telah
puluhan juta masyarakat lapisan bawah meningkat ke lapisan menengah. “Itu patut
kita syukuri,” ujarnya.
Namun
Syamsuddin menilai, masih ada ketimpangan ekonomi. Terlihat dari koefisien
gini. Pada tahun 2010-2013, angka koefisien gini meningkat dari 0,38 menjadi
0,41. Bahkan pada tahun 2014 koefisien gini meningkat menjadi 0,42. “Kian
melebarnya ketimpangan, akan berbahaya karena dapat menimbulkan revolusi
sosial,” katanya.
Menurut
dia, khusus di sektor pertanian, terutama tanaman pangan (padi, jagung dan
kedelai), menunjukkan tingkat produktivitas ketiga tanaman tersebut sangat
timpang di beberapa daerah. Misalnya, di Papua produktivitas tanaman padi hanya
41,30 kuintal/ha, Maluku hampir sama yakni 41,74 ku/ha dan NTT sebesar
32,80/ha. Padahal di Pulau Jawa produktivitas tanaman padi bisa mencapai 60
ku/ha.
Upsus Penyuluhan
Syamsuddin
mengatakan, melihat ketimpangan produktivitas tersebut, perlu upaya khusus bagi
daerah-daerah yang produktivitas tanaman
pangan rendah. Upaya khusus tersebut antara lain melalui pendekatan penyuluhan
pada satu atau dua kecamatan tiap kabupaten/kota.
Langkah-langkah
antara lain. Pertama, katanya, memilih lokasi kecamatan yang telah ada BPP dan
dekat dengan BPTP. Kedua, menempatkan PPL yang kompeten dengan semangat kerja
dan motivasi yang tinggi, meski bertempat tinggal di daerah terpencil.
Ketiga
lanjutnya, PPL tersebut diberi sarana kerja dan insentif (gaji dan biaya
operasional) yang memadai dengan masa penugasan minimal tiga tahun (6 musim
tanam/MT). Pada MT-I dan MT-II membuat
programa penyuluhan dan menilai pelaksanaannya. MT ke III memperbaiki.
Selanjutnya MT-IV, V dan VI melaksanakannya sebaik-baiknya.
Keempat,
rasio PPL dengan keluarga tani harus rendah (ukuran FAO 1:500), misalnya 1:100
atau 1:50, bahkan bisa 1:20.
Sedangkan
untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan penyuluhan bisa dilihat dari beberapa
kriteria. Di antaranya, petani telah terampil penerapan sapta usaha taninya,
kelompok taninya sudah tingkat madya atau utama. Selain terbentuk satu P4S yang
klasnya minimal pemula, bahkan dapat madya, serta mulai terbentuk koperasi
pertanian atau assosiasi komoditas.
Dengan
adanya P4S tersebut, menurut Syamsuddin, petani di sekitarnya, termasuk dalam
kabupaten/kota dapat melakukan pelatihan/permagangan. Setiap pelatihan atau
magang diberikan tiga input yakni menanamkan nilai-nilai (N), menambah
pengetahuan (P) dan meningkatkan keterampilan (K). “Jadi latihan/magang
tersebut memberi NPK,” katanya.
Langkah
lainnya adalah supervisi BPP dan BPTP serta petugas pertanian kabupaten/kota
perlu lebih intensif, sistematis dan berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan
BPTP menyediakan teknologi maju spesifik lokal.
Menurut
Syamsuddin, pendekatan penyuluhan tersebut akan memberikan dampak signifikan,
bila kecamatan lokasi tersebut didukung beberapa hal. Seperti, prasarana
pengairan, jalan usahatani dan kabupaten, saprodi yang memenuhi syarat lima
tepat (tepat jenis, tepat waktu, tepat lokasi, tepat jumlah dan tepat harga).
Pendekatan lainnya adalah, dukungan harga produk pertanian dan jaminan
pemasarannya dan dukungan Pemda (Bupati/Walikota dan Pimpinan DPRD).
Dia
mengatakan, kesuksesan pendekatan penyuluhan tersebut dilakukan replikasi pada
kabupaten/kota lainnya dengan melakukan peningkatan arealnya. “Sukses tersebut
dapat mengurangi ketimpangan ekonomi dan sebagai upaya mencapai masyarakat yang
adil dan makmur serta masyarakat makmur yang berkeadilan,” katanya saat Sambung
Rasa mantan-mantan penyuluh pertanian
dengan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian yang
diselenggarakan Tabloid Sinar Tani.
Sumber : www.tabloidsinartani.com, penulis : Yulianto