DIOLUHTAN-suluhtani. BEP
(Break Even Point) adalah titik dimana pendapatan dari usaha sama dengan modal
yang dikeluarkan, tidak terjadi kerugian atau keuntungan. Break Even Point
menjadi ukuran yang penting dalam bisnis. Namun seringkali pengusaha
mengartikan BEP dengan balik modal. Titik impas dan balik modal adalah dua hal
yang sangat berbeda.
Balik
Modal
Saat
anda membuka sebuah usaha, anda tentunya menyediakan modal untuk sewa tempat,
membeli peralatan, atau kebutuhan lainnya. Yang dimaksud dengan balik modal
ialah profit yang didapatkan dari usaha, seluruh modal yang sudah dikeluarkan
akhirnya bisa kembali. Dalam istilah keuangan ini disebut dengan ROI (Return on
Investment).
Berbeda
dengan ROI, saat anda menjalankan usaha, pastinya akan mengeluarkan biaya
operasional. Ada dua jenis biaya operasional: biaya tetap dan biaya tidak tetap
(variabel). Biaya tidak tetap adalah penghitungan biaya yang berdasarkan dari
penjualan usaha. Sebagai contoh, dalam menjalankan usaha ini anda harus
menyewa tempat dengan biaya sewa Rp. 400.000/bulan. Maka meskipun tidak ada
penjualan produk yang anda tawarkan, anda tetap harus membayar biaya sewa
tempat ini. Jadi, meskipun usaha anda sepi dan tidak ada pemasukan, tetap ada
biaya yang harus dikeluarkan.
Namun,
saat terjadi proses penjualan, ada biaya lain yang ditimbulkan. Misalnya anda
harus mengirim pesanan pelanggan atau harus mengganti barang pesanan. Biaya
yang dikeluarkan ini adalah biaya tidak tetap. Semakin banyak penjualan, maka
biayanya juga meningkat. Dalam proses bisnis ini, yang dimaksud dengan biaya
operasional adalah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel.
Untuk
memberi gambaran penjelasan diatas, berikut adalah ilustrasi penghitungan Break
Even Point (BEP) usaha mie ayam :
Biaya
tidak tetap (misal: bayar listrik, pegawai, sewa tempat) Rp.
100.000/hari. Biaya ini harus anda keluarkan sekalipun tidak ada
penjualan. Jika ada penjualan, untuk tiap porsi terjual biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 5.000 untuk beli mie, ayam, bumbu dll. Misalnya, terjual
10 porsi, maka biaya variabel yang dikeluarkan adalah Rp 50.000. Jadi total
biaya adalah 150.000. Dari setiap porsi yang terjual, anda mendapatkan Rp
10.000, maka kalau menjual 10 porsi, biayanya adalah Rp 150.000 dengan
pendapatan Rp 100.000. Perhitungan ini menunjukkan kalau bisnis anda belum
impas. Untuk mencapai titik impas, biaya harus sama dengan pendapatan. Berapa
titik impasnya? Berikut ini rumus penghitungannya:
Biaya
tetap (A), biaya operasional (B), dan harga jual produk (C), maka rumusnya:
A + (B x n) = C x n
A + (B x n) = C x n
Dari
contoh diatas :
Rp
100.000,- + (5000 x n) = 10000 x n
100000
= (10000 x n) – (5000 x n)
100000
= 5000 x n
n
= 100000 / 5000
maka
n = 20.
Titik
Impas
Titik
impas anda ialah jika anda dapat menjual 20 porsi, maka Anda akan mendapatkan
penghasilan Rp 200.000 dan biaya (tetap + variabel) Rp 100.000 ditambah Rp
100.000 (dari Rp 5000 x 20), maka total biayanya adalah Rp 200.000.
Ini
adalah impas anda dimana anda tidak untung dan tidak rugi. Jika anda berhasil
menjual lebih dari 30 porsi, maka barulah anda mendapatkan untung.
Inilah
mengapa pelaku usaha perlu mengetahui Break Even Point (BEP) agar bisa memasang
target minimal penjualan harian atau bulanan. Anda bebas menentukannya, yang
terpenting anda harus tahu berapa banyak penjualan yang harus dicapai untuk
berada pada posisi titik impas. Sehingga Anda bisa menentukan bisnis anda
untung atau rugi
Break-Even Point (foto: kajianpustaka.com)
Break
Even Point sama dengan Titik Impas tapi tidak sama dengan Balik Modal
Anggapan
yang selama ini ada bahwa BEP adalah balik modal, perlu diluruskan.
Jadi, yang dimaksud dengan BEP atau titik impas adalah pendapatan usaha sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak rugi dan juga tidak untung.
Jadi, yang dimaksud dengan BEP atau titik impas adalah pendapatan usaha sama dengan modal yang dikeluarkan, tidak rugi dan juga tidak untung.
Sedangkan
yang dimaksud dengan balik modal adalah keuntungan yang dihasilkan dari
pemasukan usaha, seluruh modal yang telah dikeluarkan (misal untuk sewa tempat,
renovasi, membeli perlengkapan dsb) bisa kembali. Yang dalam istilah keuangan
disebut dengan Return on Investment.
Semoga
dengan memahami perbedaan tersebut, kita tidak salah kaprah dalam menggunakan
istilah Break Even Point (BEP).
Sumber : www.zahiraccounting.com