DIOLUHTAN. Bagi para peternak,
momen Idul Adha, adalah saat yang ditunggu-tunggu dan telah dipersiapkan sejak
lama. Pada momen ini , peternak sapi dapat memperoleh keuntungan lebih besar
ketimbang hari-hari biasa.
Tanpa perlu dipelihara
secara intensif (untuk menaikkan berat badannya), peternak sapi sudah
bisa mendapatkan keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan. Keuntungan
yang cukup besar ini akhirnya menarik banyak pihak untuk terjun di bisnis Sapi
Kurban, termasuk para penjual sapi kurban dadakan, baik perorangan maupun
pemodal besar.
Jika dilihat dari sisi
moral, tingginya keuntungan dalam bisnis hewan kurban, sesungguhnya tidaklah
fair karena harga yang dibayarkan konsumen tidak sesuai dengan kualitas
hewan yang didapat.
Hal itu bisa terjadi
karena transaksi hewan kurban tidak transparan, penyebabnya adalah :
- Para pembeli hewan kurban umumnya adalah orang-orang mampu, yang telah memiliki niat serta memiliki dana yang cukup, tetapi sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengetahuan tentang ternak sapi. Oleh sebab itu, mereka cenderung melakukan transaksi dengan tingkat emosional yang sangat tinggi (panic buying), dalam bahasa sehari-hari, orang menyebutnya "membeli karena senang".
- Posisi tawar konsumen Sapi Kurban sangat lemah karena secara psikologis mereka sudah pasti membeli hewan (tidak mungkin menangguhkannya hingga tahun depan). Jika tidak jadi membeli, mereka merasa akan mendapat kesulitan untuk mencari hewan kurban dengan kondisi dan kualitas yang dikehendaki. Atau jika harga hewan kurban tidak terjangkau dengan dana yang tersedia, maka mereka akan tetap membeli, dengan mengalihkannya ke hewan kurban yang lebih kecil/murah
Perilaku inilah yang
dimanfaatkan “penikmat bebas” yaitu para pedagang perantara sapi kurban untuk
meraup keuntungan yang tinggi. Para pedagang ini seolah-olah adalah “dewa
penolong” yang dapat memberikan solusi atas permasalahan termasuk memberikan
pelayanan yang memanjakan konsumen. Bukan saja kepada konsumen, para pedagang
perantara ini juga memanfaatkan para peternak (produsen), dengan memberikan
imbalan lebih kepada peternak untuk mendapatkan kepastian pasokan di pasar
Di Indonesia, semakin
hari, bisnis sapi kurban semakin berkembang menjadi industri besar ,
bahkan beberapa diantaranya dikelola dengan jaringan usaha skala nasional
dan lembaga profesional. Walaupun sebenarnya para pelaku bisnis ini
mengetahui bisnis sapi kurban tanpa transparansi adalah bisnis yang tidak
sehat.
Perhatian pemerintah
pada sektor peternakan menjelang hari raya Idul Adha memang agak berbeda dengan
saat menghadapi Idul Fitri. Di hari raya Idul Fitri, pemerintah sibuk
melakukan berbagai upaya, agar harga daging sapi tidak naik. Sebab, kenaikan
harga daging sapi disinyalir akan turut memicu inflasi, yang pada
akhirnya turut pula mengganggu perekonomian nasional.
Padahal jika melihat
harga sapi pada saat Idul Adha, kenaikannya cukup besar. Jika pada saat Idul
Fitri kenaikan harga sapi mencapai 15%, pada saat idul Adha kenaikannya bisa
mencapai 25%. Belum lagi jika transaksinya diterapkan dengan beli “membeli karena senang", kenaikannya akan lebih besar.
Dampak ekonomi di hari
raya kurban memang berbeda dengan Idul Fitri. Pada saat hari raya kurban,
pembeli sapi adalah orang yang mampu dan memiliki dana. Setelah disembelih,
dagingnya didistribusikan kepada orang yang tidak mampu. Jadi, tidak ada upaya
“memaksa” rumah tangga konsumen untuk mengeluarkan sejumlah dana bagi kegiatan konsumtif.
Adapun di pasar Idul Fitri, keadaannya berkebalikan, seolah ada pemaksaan
rumah tangga untuk mengonsumsi daging. Akibatnya, pembelian terjadi dengan
tingkat emosional tinggi.
Untuk meningkatkan
produktifitas dan iklim usaha peternakan yang kondusif, bisnis hewan kurban
sudah selayaknya dibenahi. Yang paling utama asalah menciptakan transparansi
serta pemerataan dan keadilan dalam perolehan keutungan usaha sesuai dengan
risiko yang dihadapi para pelaku bisnis tersebut, dengan cara :
- Sosialisasi atau penjelasan tentang hewan kurban dengan segala implikasinya, agar konsumen paham paham bahwa harga yang dibayarkan sesuai dengan kualitas hewan yang dibelinya.
- Meningkatkan pengetahuan konsumen dalam hal transaksi jual beli, agar menjadi normatif dan tidak terjadi panic buying. Dampaknya, harga yang terbentuk pun akan mengikuti norma bisnis yang berlaku. Hal yang paling sederhana yang dapat dilakukan adalah transaksi pembelian didasarkan pada timbangan berat badan dengan disaksikan pihak-pihak terkait, bukannya dengan cara taksir seperti yang berlaku saat ini.
Pada pelaksanaannya,
masalah yang dihadapi pedagang sapi Kurban adalah tidak memiliki sarana dan
prasarana yang memadai. Pada kondisi inilah peran pemerintah diperlukan untuk
menyediakan timbangan ternak di pusat-pusat penjualan hewan kurban. Untuk itu,
pemerintah harus mengumumkan sentra penjualan ternak dengan standar operasi dan
prosedur yang wajib diikuti pedagang hewan kurban.
Selanjutnya, pemerintah,
badan-badan usaha swasta, dan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di
bisnis ini segera menyebarluaskan tata cara pembelian dan pengolahan daging
kurban. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Muslim dapat melaksanakan
kewajibannya dengan mudah, murah dan mendapatkan manfaat yang lebih besar
dari pelaksanaan pemotongan hewan kurban.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Editor : Y. A. Yahya
5 komentar
Click here for komentar
Replyalhamdulillah terimakasih atas informasi mengenai kurban
Replyalhamdulillah terimakasih atas informasi mengenai kurban
Replyrencanakan kurban anda dengan tabungan kurban inshaAllah akan mempermudah para perkurban untuk mempunyai hewan kurban pada saat akan berkurban di hari raya idul adha.
biasanya harga hewan kurban pada hari menjelang idul adha akan naik tentunya kita harus mempersiapkan hewan kurban kita jauh jauh hari agar mendapatkan harga yang sesuai.
Replybiasanya harga hewan kurban pada hari menjelang idul adha akan naik tentunya kita harus mempersiapkan hewan kurban kita jauh jauh hari agar mendapatkan harga yang sesuai.
Reply