DIOLUHTAN.
Salah satu kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung adalah
pengaplikasian pupuk berimbang ke dalam tanah serta kecukupan air bagi tanaman,
dengan memperhatikan kadar air serta unsur hara tanah, jenis pupuk yang sesuai
dan kondisi lingkungan fisik di areal penanaman.
Pemupukan
Lahan pertanian umumnya mengandung unsur N dalam jumlah
yang tidak mencukupi, terkecuali pada tanah baru hasil pembukaan lahan vegetasi
hutan. Pada lahan latosol, podsolik, vulkanik dan mediteran, pemberian pupuk
Urea dengan dosis 200 - 400 kg/ha memberikan efisinsi pemupukan (setiap kg
hasil panen diperoleh dari setiap kg pupuk urea yang diberikan) 6.0–7.5.
Berbeda dengan pupuk N, pemberian pupuk K perlu diperhatikan karena tidak semua
tanah memerlukan tambahan pupuk P.
Aplikasi
pemupukan ke dalam tanah perlu mempertimbangkan jenis pupuk serta dosis/takaran
pada jenis tanah dan lingkungan tertentu. Ketersediaan unsur N di dalam
tanah dalam jumlah yang beraneka ragam.
Tanah
vulkanis di lahan kering, tanaman jagung kurang tanggap terhadap pemupukan P.
Berbeda halnya pada tanah berkapur, pemberian pupuk P dosis 100–200 kg/ha
menunjukkan efisiensi pemupukan yang cukup baik. Pengaruh yang cukup signifikan
terlihat jelas pada tanah Podsolik dimana ketersediaan P merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan tanaman, dikarenakan kandungannya yang sangat rendah
dan unsur P sangat kuat terikat di dalam tanah ini sehingga menjadi tidak
tersedia bagi tanaman. Sama seperti pupuk P, pengaplikasin pupuk K ke dalam
tanah perlu diperhatikan karena pemupukan K umumnya kurang memberikan
tanggapan.
Dosis
pemupukan untuk budidaya tanaman jagung yang umumnya dianjurkan yaitu pupuk
Urea 450 kg/ha; pupuk SP-36 100 kg/ha; dan KCl 100 kg/ha. Pupuk Urea
diaplikasikan sebanyak 3 kali masing-masing 150 kg/ha yaitu pada saat tanam, 3
Minggu Setelah Tanam (MST) dan 6 MST. Sementara itu, pupuk SP-36 dan KCl
diberikan ke dalam tanah saat tanam. Alternatif lain dosis pemupukan untuk
jagung, apabila menggunakan pupuk majemuk yaitu pemberian pupuk NPK Phonska
(15-15-15) 400 kg/ha dan Urea 200 kg/ha. Pupuk NPK Phonska diaplikasikan 2 kali
yaitu saat tanam (250 kg) dan saat 3 MST (150 kg). Sama halnya dengan NPK
Phonska, pupuk Urea juga diaplikasikan 2X yaitu 100 kg saat tanaman berumur 3
MST dan 100 kg saat 6 MST. Pemberian pupuk ke dalam tanah dilakukan dengan cara
ditugal dengan jarak 7-10 cm di samping lubang tanaman dan ditutup dengan
tanah. Selain pupuk anorganik, pupuk organik (pupuk kandang/kompos) perlu
diberikan ke dalam tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Dosis yang
diperlukan yaitu sekitar 5 ton/ha dan diberikan saat tanam sebagai penutup
lubang tanam.
Efisiensi
pemupukan, jenis dan dosis pupuk yang diaplikasikan sebaiknya didasarkan pada
hasil analisis/uji tanah (Soil Testing). Akan tetapi pendekatan tersebut
dihadapkan pada keterbatasan areal yang tanahnya telah dianalisis, adanya
perubahan status hara tanah seiring dengan lamanya pemanfaatan dan pengelolaan
hara serta sulitnya petani mengakses fasilitas uji/analisis tanah tersebut
karena masih kurangnya perangkat uji tanah (Soil Test Kit) yang beredar di
kalangan kelompok petani dan belum intensifnya penyuluhan pertanian terkait
analisis tanah dari petugas penyuluh lapang Dinas Pertanian di daerah-daerah.
Pengairan
Lahan
sawah dengan irigasi yang terbatas atau sawah tadah hujan yang dilengkapi sumur
dangkal sebaiknya ditanami jagung pada musim kemarau atau setelah padi (corn
after rice). Pengairan pada musim kemarau bersumber dari air irigasi maupun air
tanah yang dipompa dan para petani umumnya membuat saluran air di antara barisan
tanaman dengan menggunakan cangkul.
Pengairan untuk budidaya jagung di musim
kemarau perlu memperhitungkan efisiensi penggunaan air dan tenaga kerja
(biaya). Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan
pada musim kemarau memerlukan 4 kali pengairan selama masa pertumbuhan dan
perkembangan jagung. Pengairan dilakukan saat tanaman berumur 15, 30, 45 dan 60
Hari Setelah Tanam (HST).
Tanaman
jagung membutuhkan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi yang
optimal. Air sangat diperlukan terutama saat penanaman (0 HST), pembungaan
(45-55 HST) dan saat pengisian biji (60-80 HST).
Drainase
atau sistem pembuangan air juga sangat penting untuk petumbuhan tanaman jagung
yang optimal. Hindari tanaman dari kondisi tanah yang tergenangi air karena
kondisi ini akan menjadikan tanaman layu dan mati.
Dari Berbagai Sumber